Gontor – Kedatangan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla kesekian kalinya ke Gontor dalam kunjungan kerjanya bukanlah hal asing bagi Gontor, kali ini beliau datang ke Gontor untuk meresmikan menara baru masjid jami’ Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG). Beliau juga termasuk Wakil Presiden yang cukup sering berkunjung ke Gontor, dan sering sekali mengikuti perkembangan Gontor sejak tahun 70-an hingga kini, bahkan beliau juga turut serta dalam mendirikan Gontor yang berada di Poso.
Oleh sebab itu, dalam sambutannya, KH Hasan Abdullah Sahal menyampaikan bahwa Wapres Jusuf Kalla bukanlah orang lain melainkan beliau sudah menjadi keluarga pondok. “Tamu kita ini bukan orang lain. Walaupun Bapak Jusuf Kala ini tidak menjadi wakil presiden, beliau ini sudah menjadi keluarga pondok, adiknya yang sebelah sana Ustadz Suhaili Kalla adalah adik dari beliau yang pernah mondok di Gontor”, ungkap Kiai Hasan.
Kiai Hasan juga menegaskan bahwa Pondok Modern Darussalam Gontor ini dari dulu hingga sekarang selalu bersama dengan NKRI untuk membina umat di dalam pendidikan dan tidak berpolitik praktis. “Saya katakan pendidikan karena di sini tidak berpolitik praktis. Kami berpolitik pendidikan. Kami mendidik politikus-politikus yang baik, tapi kami tidak berpolitik. Alhamdulillah Pak, presiden pertama, kedua, ketiga, keempat sampai ke tujuh, datang ke sini semuanya. Mereka menyetujui, merestui dan menganggap Pondok ini adalah aset Negara Republik Indonesia,” tegas beliau.
Kiai hasan juga mengungkapkan, bahsawasannya beberapa minggu yang lalu juga sempat berkunjung ke Papua, tepatnya di Sorong memenuhi undangan salah satu pesantren alumni Gontor yang sedang mengembangkan pesantrennya di bumi cenderawasih tersebut. Beliau memaparkan bahwasannya disana kaya sekali hasil alam dan itu tidak terbantahkan. Dan beliau menilai bahwa Indonesia sangat kaya dengan hasil bumi dan lautnya, jadi itu harus di kembangkan.
Kemudian Kiai Hasan melanjutkan dengan semangat nasionalismenya, mengatakan bahwa kebhinekaan Indonesia tidak boleh terurai. “Saya tidak rela ada kaki-kaki asing masuk menginjakkan kaki di tanah air Indonesia. Aset-aset kita kaya, kita Indonesia ini kaya jangan sampai dipecah-pecah jangan sampai dikoyak-koyak dan jangan sampai dikotak-kotakkan,” pesan beliau. Kemudian beliau juga menegaskan, “jika di Indonesia terdapat 4 pilar kebangsaan diantaranya adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harga mati, sedangkan disini NKRI harga mati, sampai mati.” Ini merupakan salah satu bukti bahwa pesantren selalu cinta tanah air Indonesia.