KH. Ahmad Sahal, salah satu Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor mengatakan, “Indonesia rumahku, Asia sawahku, Amerika pelanconganku.” Konon, pernyataan beliau ini terbukti dengan perkembangan Gontor sedemikian rupa. Gontor dengan cabang-cabangnya telah membuktikan bahwa jangkauannya telah melebihi batas pulau dan negara. Betapa tidak, ibarat sawahnya, seorang petani sewaktu-waktu melihat-lihat perkembangan padi yang ditanamnya ataupun hasil tanaman di ladangnya. Demikian pula halnya dengan Gontor yang kini memiliki lebih dari sepuluh cabang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Pondok Cabang sewaktu-waktu mendapatkan kunjungan dari Gontor. Mengamati hal ini, Pondok Cabang yang subur di tempatnya masing-masing itu layaknya sawah atau ladang yang dikatakan Pak Sahal.
Lebih daripada itu, kini Gontor telah membuat jaringan kerja lintas dunia. Hal ini didukung dengan tersebarnya para alumni di luar negeri. Bukan hanya di Amerika, hampir di setiap belahan dunia terdapat alumni Pondok Modern Darussalam Gontor. Sebenarnya ini tidaklah berlebihan karena Trimurti telah mempersiapkan santri-santrinya agar dapat berada di mana saja. Itulah alasannya kenapa bahasa Arab dan Inggris menjadi bahasa sehari-hari santri Gontor. Para santri dipersiapkan sedemikian rupa agar mampu berkiprah hingga ke dunia internasional.
Saat ini, bisa dikatakan, jika kita pergi ke mana saja termasuk ke luar negeri, tidaklah mustahil akan bertemu dengan alumni Gontor. Pak Sahal mengibaratkan Amerika sebagai tempat melancong sangatlah beralasan. Ternyata, pandangan beliau telah menerawang jauh ke depan sebelum Indonesia ini terlepas dari penjajahan. Pak Sahal berkeyakinan bahwa suatu saat santrinya akan mewujudkan cita-cita beliau. Terbukti, bukan hanya ke Amerika, ke Eropa dan Afrika pun sekarang kita bisa. Alumni Gontor sudah berada di mana-mana. Mereka selalu menyambut dengan baik kedatangan siapapun dari ‘kampung damai’ Darussalam.