DARUSSALAM – Pada Selasa (20/5) pagi, segenap guru-guru beserta siswa-siswa akhir Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) memadati Aula Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM). Acara pagi itu adalah Pengarahan dan Pembagian Tugas Ujian Lisan Akhir Tahun. Di awal acara, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A., berkesempatan menyampaikan arahannya kepada segenap guru-guru dan siswa-siswa akhir KMI. Beliau berpesan, dalam mengerjakan tugas harus diniati karena Allah dan untuk Allah. Karena Allah-lah yang mengawasi dan menilai apa yang kita kerjakan.
Setelah Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. menutup arahannya, K.H. Hasan Abdullah Sahal berkesempatan melanjutkan dengan menyampaikan perihal isi Piagam Penyerahan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor kepada segenap yang hadir. “Amanat, saya su’udzon dengan semua yang ada di dalam pondok, apakah mereka itu membaca piagam wakaf pondok atau tidak?” ungkap beliau di awal arahannya. Kemudian, beliau meminta kepada Drs. K.H. Akrim Mariyat, Dipl.A.Ed. untuk membacakan teks naskah Piagam Penyerahan Wakaf PMDG yang tertanggal 12 Oktober 1958 tersebut.
“Dalam piagam wakaf itu, pondok memiliki hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Badan Wakaf selaku pihak yang menerima wakaf. Jadi, apabila Badan Wakaf tidak dapat menunaikan amanat ini, maka bisa saja Badan Wakaf akan dibubarkan,” tegas beliau.
“Status pondok ini sekaligus posisinya dan orientasinya harus diketahui dan dipahami dengan jelas. Semua yang ada di pondok ini bernilai ibadah. Jangan sampai karena mengikuti ambisi, nafsu, dan harapan yang semu, kalian tergilas. Pondok pesantren sudah memiliki pandangan tersendiri dalam menyikapi Hak Asasi Manusia (HAM), pemberdayaan wanita, demokrasi, dan lain-lain, maka segala bentuk intervensi yang masuk ke pondok pesantren adalah sebuah kezaliman,” ungkap beliau.
“Pondok tidak mendengar perkataan mayoritas atau minoritas, yang ada hanyalah musyawarah, kebersamaan. Berpikirlah pakai otak, pakai hati, bukan pakai perut! Buka mata, buka telinga, buka hati, buka otak, dan jangan berpikir anak saya nanti dapat apa, istri saya dapat apa, nanti saya bagaimana. Yang seperti itu adalah sampah, sampah dalam perjuangan!” tegas beliau. irba