Date:

Share:

Kaji Said Nursi, Gontor Melangkah ke Turki

Related Articles

Kajian "Risalah Nur"
Kajian “Risalah Nur”

ISTANBUL–Program Studi Pengayaan Lapangan (SPL) yang biasanya berlangsung hanya di dalam negeri, kini melangkah jauh ke Istanbul, Turki. Ini merupakan salah satu bentuk terobosan baru Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor untuk menunjang kualitasnya. Tur studi bertajuk “International Short Course on Bediuzzaman Said Nursi” ini dilaksanakan mahasiswi Fakultas Ushuluddin UNIDA Gontor Kampus Mantingan, berbentuk kajian dan observasi lapangan. Program SPL dilaksanakan di negara peninggalan Khilafah Utsmaniyah tersebut untuk memperdalam kajian tentang “Risalah Nur” warisan ulama kenamaan Turki, Said Nursi, yang bergelar sang Bediuzzaman (‘keajaiban zaman’).

Risalah Nur” yang terkenal itu merupakan kumpulan pemikiran-pemikiran cendekiawan muslim kebanggaan rakyat Turki tersebut. Karya fenomenalnya terbagi ke dalam empat bagian yang berisi hasil renungan sang Bediuzzaman, serta pengajaran nilai-nilai Islam yang menyentuh semua sisi kehidupan. Bagian pertama dinamakan The Words (Sozler), berisi tentang rekonstruksi nilai-nilai iman dan pemikiran Islam. Kedua, The Letters (The Maktubat) yang berupa kumpulan pemikiran-pemikiran Islam, iman, dan esensi kehidupan. Ketiga, The Flashes (Lem’alar) yang mengandung refleksi hikmah serta kebijaksanaan Al-Qur’an dan spiritualitas. Sedangkan bagian keempat dinamakan The Rays (Su’alar), berisi perjalanan intelektual, iman, keislaman, pemikiran, serta kehidupan.

Bediuzzaman Said Nursi mengemasnya dengan bahasa yang sederhana, namun sangat menyentuh kalbu orang yang membacanya. Karena bahasanya yang sederhana itu pula, “Risalah Nur” bisa membuat orang yang paling malas membaca pun akan menikmati saat-saat membacanya. Pada saat yang sama, isinya dapat menembus relung-relung kalbu dan mengokohkan iman di dada. Risalah ini juga menjelaskan bahwa Islam sama sekali tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, justru keduanya saling mendukung satu sama lain.

Program SPL untuk mengkaji “Risalah Nur” ini diikuti 11 peserta. Mereka terdiri dari delapan mahasiswi semester 6 Fakultas Ushuluddin dan satu mahasiswi semeter 8 dari fakultas yang sama, ditambah satu mahasiswi semester 6 dari Fakultas Syariah, dan satu mahasiswi Pascasarjana Program Pendidikan Bahasa Arab. Kesebelas mahasiswi itu adalah Inayatul Maula, Dahniar Maharani, Fatatia Mahera, Farida Aryani, Najla Wildan, Siti Iffah Mahdiah, Dhita Ayomi, Ririn, Farida, Aisyah, dan Vina Qurrotu A’yun. Selama menjalani program ini, para mahasiswi tersebut didampingi seorang dosen pembimbing dari Fakultas Ushuluddin, Dr. H. M. Kholid Muslih, M.A.

Berkunjung ke Blue Mosque
Berkunjung ke Blue Mosque

Acara di Turki berlangsung selama 11 hari, tanggal 15–25 Januari 2015. Rombongan mulai berangkat dari Indonesia pada hari Selasa (13/1) lalu dan tiba di negara kawasan Eurasia itu hari Rabu (14/1). Sehari setelah tiba di sana, mereka langsung memulai kegiatan dengan mengikuti kajian “Risalah Nur” yang disampaikan oleh Ustadz Ihsan Qasim As-Shalihi. Ia adalah pemilik İstanbul İlim ve Kültür Vakfı atau Istanbul Foundation for Culture and Science, sebuah lembaga khusus mengkaji “Risalah Nur” Said Nursi, langsung di bawah bimbingannya.

Sebenarnya, Ustadz Ihsan Qasim As-Shalihi bukanlah orang Turki asli. Dia berasal dari Irak, namun sudah lama tinggal di daerah Byzantion, Istanbul, Turki. Beliau telah menerjemahkan “Risalah Nur” dari bahasa Turki ke bahasa Arab. Kemudian ia mendirikan lembaga pengkajian tersebut untuk orang-orang Turki di tempat tinggalnya itu. Selain masyarakat Turki, ia memiliki murid-murid yang sebagian tinggal berasrama di situ, mengadakan halaqah membahas kandungan “Risalah Nur” dengan rutin.

Rombongan mahasiswi peserta SPL juga tinggal di lembaga milik Ustadz Ihsan tersebut. Mereka disediakan waktu khusus untuk mengkaji “Risalah Nur” bersamanya. Ustadz Ihsan meluangkan waktunya mengajari mahasiswi-mahasiswi dari Gontor ini secara intensif selama 10 hari mereka berada di sana, dari pagi hingga sore. Sedangkan tiap malam, sehabis Isya’, mereka mengadakan diskusi bersama. Kecuali hari Sabtu (17/1) dan Ahad (18/1), Ustadz Ihsan memiliki kesibukan yang membuatnya tidak bisa menggelar kajian bersama mereka. Karena itu, ia mempersilakan tamu-tamunya untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Turki pada kedua hari tersebut.

Berkunjung ke Museum Panorama
Berkunjung ke Museum Panorama

Mendapat waktu luang, rombongan menggunakannya sebaik mungkin untuk mengenal Turki lebih jauh. Mereka berkunjung ke berbagai tempat terkenal di sana, dipandu dua orang warga Turki bernama Ihsan dan Laila. Namun, keduanya kesulitan berkomunikasi karena tidak menguasai bahasa Arab atau bahasa Inggris dengan baik. Maklum, kedua bahasa asing tersebut tidak begitu berkembang di negara Presiden Recep Tayyip Erdoğan ini. Untunglah, ada alumni Gontor dari Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Cabang Turki yang bisa membantu mereka. Sesuai rencana, tempat-tempat yang dikunjungi meliputi Masjid Sulaiman, Hagia Sophia, Blue Mosque atau Masjid Sultan Mahmet, Museum Panorama, Kota Bursa, Istana Topkapi, Universitas Istanbul, Masjid Fatih, Masjid Sehzade, Museum Arkeologi, Tour di Selat Bosporus, Islamic and Turkish Museum, Gulhane Park dan Nurosmaniye, Masjid Ayyub dan Pierre Loti.

Saat ini Turki sedang mengalami musim dingin. Suhu di sana sangat rendah, mencapai 4°C. Menurut salah seorang peserta SPL, salju tebal masih terlihat menutupi beberapa tempat. Mereka harus menggunakan jaket yang tebal, atau paling nyaman menggunakan jaket kulit. Selain itu, mereka juga harus menggunakan kaos kaki dan sarung tangan dari kulit. Walaupun demikian, semangat mereka untuk belajar sekaligus melihat-lihat peninggalan kejayaan Islam di Eropa tidak surut karena suhu 4°C itu.

Dekat Masjid Sulaiman
Dekat Masjid Sulaiman

Turki memang negara Islam yang mengagumkan. Setelah jatuhnya khilafah Islamiyah di bawah pemerintahan Turki Utsmani, lahirlah negara Turki sekuler yang membuat Islam di sana terpojokkan selama puluhan tahun. Tapi, sejak pemerintahan berada di bawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdoğan, negara ini perlahan tapi pasti mulai menanggalkan sistem sekuler. Islam menggeliat bebas bagaikan bangun dari tidur nyenyaknya. Salah satu faktor kebangkitan Islam yang luar biasa di Turki adalah kuatnya pengaruh ajaran Said Nursi melalui “Risalah Nur“-nya itu. Inti ajaran Nursi adalah Al-Qur’an yang berhasil dijiwai oleh orang-orang Turki. Walaupun masih banyak penduduknya yang belum lancar membaca Al-Qur’an, tapi mereka memiliki semangat untuk memperdalam ajaran Islam, semangat keislaman yang ditanamkan Said Nursi selama ia masih hidup hingga wafatnya, dan terus berpengaruh hingga saat ini melalui salah satu karya tulisnya yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, “Risalah Nur“.*elk

Popular Articles