“Andaikata muridku tinggal satu, akan tetap kuajar, yang satu ini sama dengan seribu. Kalaupun yang satu ini pun tidak ada, aku akan mengajar dunia dengan pena.” (K.H. Imam Zarkasyi)
Trimurti, sebagai pendiri dari pondok modern Darussalam Gontor (PMDG) adalah salah satu contoh terbaik dalam mendidik. Beliau, semasa hidupnya, tidak pernah mengenal lelah dan putus asa dalam mendidik santrinya, perjuangan yang terus dikobarkan untuk kemajuan bangsa dalam mendidik pemimpin masa depan. Semangat inilah yang terus diestafetkan sampai saat ini, yaitu keikhlasan dalam mengajar; selalu mendidik dan mengajarkan kepada semua orang walaupun di tempat yang terpencil sekalipun.
Kehebatan Trimurti dalam mendidik ini sudah dibuktikan melalui para alumninya yang sudah berjuang di dalam masyarakat untuk kemajuan bangsa ini. Mereka mengajarkan semua ilmu yang diberikan oleh beliau bahkan sampai di pelosok negeri hingga mancanegara.
Seorang pendidik sejati tidak akan melihat berapa pun jumlah murid yang ia ajar atau bagaimana keadaan murid itu. Berapapun jumlah yang diajar, akan tetap dibimbing dan diarahkan meskipun hanya 1 orang. Karena dari 1 orang ini akan menghasilkan puluhan murid yang akan ia ajarkan nantinya. Ilmu yang diajarkan dengan ikhlas dan tulus akan tetap ada sampai kapanpun, diajarkan dari 1 anak yang kemudian menghasilkan puluhan, dan dari puluhan ini menghasilkan ribuan bahkan hingga tak terkira jumlahnya.
Seperti dikutip dalam buku berjudul “Senarai Kearifan Gontory” oleh Al-Ustadz Ahmad Suharto, “Pendidik sejati tidak peduli pada jumlah anak didiknya, berapapun akan diajar, bahkan kalau tidak ada yang diajar secara lisan (langsung), maka akan mengajar dunia dengan pena. Semangat dan kreatifitas seorang pendidik tidak bisa dibatasi dengan apapun, bahkan banyak mereka yang dimasukkan penjara sebagai konsekwensi perjuangannya, tetap berdakwah dan mendidik bangsanya”.
Pendidik sejati, akan terus mengajarkan ilmu yang ia dapat tanpa henti. Walaupun ia tidak memiliki murid sekalipun, ia tetap akan mengajarkannya walaupun hanya dari tulisan yang ia rangkai, karena sudah merupakan tanggung jawab dari seorang yang berilmu untuk menyampaikan apa yang telah ia ketahui. Dari tulisan ini pun nantinya akan lahir tokoh-tokoh pembesar masyarakat yang kaya akan ilmu. Ilmu dalam bentuk tulisan ini akan tetap kekal dan abadi selama ia dibaca, walaupun sang penulis telah tiada. Pun begitu juga dengan ilmu yang ia diamalkan, akan terus ada sampai kapanpun selama yang mempelajari ilmu tersebut masih menerapkannya.
Seorang pendidik sejati, haruslah memiliki keikhlasan yang tiada tara, walaupun ia ditempatkan di negeri yang jauh dari penduduk atau diasingkan dari masyarakat tapi semangat ini akan terus berkibar. Semangat inilah yang diwariskan oleh Trimurti kepada generasi sekarang, agar kita sebagai para alumni tidak mengharap balasan dari apa yang kita ajarkan. Selama kita berniat membagikan ilmu kita dengan ikhlas barang sedikit saja, maka selama itu pula Allah SWT akan mencatat kebaikan kita dan menyiapkan balasan setimpal bagi kita di akhirat nanti. Maka seyogyanya bagi kita untuk menjaga prinsip mengajarkan ilmu ini selama kita masih hidup, sebagaimana yang juga disampaikan oleh Alm. K.H. Imam Zarkasyi, “Di manapun dan kapanpun kamu berada, jangan pernah berhenti mengajar”.