Gontor – Mengawali acara Pekan Perkenalan Khutbatul ‘Arsy (PPKA), Kuliah Umum Babak ke III di Balai Pendidikan Pondok Modern (BPPM) pada Senin, 22/07/2019 tepat pada pukul 07.00 Wib. Seluruh santri, guru-guru baik junior dan senior, dan juga ibu-ibu guru senior turut ikut dalam acara tersebut.
Di awal acara, sebagaimana biasa dengan dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, selanjutnya menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan juga lagu Oh Pondokku yang menggema di BPPM. Untuk menjalankan disiplin yang sudah berlangsung lama berikutnya guru-guru wali kelas secara serentak mengabsen seluruh anak didiknya tiap kelas dikawal dengan staf pengasuhan santri.
“Karena masih pagi mari kita belajar bersama, coba ikuti saya nanti ya…”, ungkap kyai Hasan Abdullah Sahal dalam pembukaan acara apel tahunan babak ke III. “Saya tertarik mengupas sedikit tafsir ayat yang dibaca oleh Qari’ (Pembaca Al-Qur’an) tadi”, ungkap Kyai Hasan.
يٰٓأَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبٰتِ وَاعْمَلُوا صٰلِحًا ۖ إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
“Allah berfirman, Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mu’minun 23: Ayat 51)
Nabi saja masih diperingatkan oleh Allah untuk mengkonsumsi makanan yang halal atau yang baik. “Sebenarnya perintah ini untuk siapa? Untuk Rasul? Untuk ummatnya rasul?“, Seru Kyai Hasan, serentak santri dan guru menjawab, “Untuk Ummat”.
Pada ayat berikutnya pada surat Al-Mukminun ayat 52 menjelaskan tentang pembinaan ummat dengan ketauhidan dan ketaqwaan kepada Allah.
وَإِنَّ هٰذِهِۦٓ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وٰحِدَةً وَأَنَا۠ رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ
“Dan sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.” (QS. Al-Mu’minun 23: Ayat 52)
Ummat Islam pada akhirnya berpeceh-pecah dan terbelah menjadi beberapa kelompok dengan beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Dan mengilustrasikan seperti bangsa Indonesia kelompok-kelompok atau partai-partai tersebut merasa berbangga diri dengan kelompok maupun partainya dan semakin jauh dari sentuhan Al-Qur’an maupun akhlaq yang terpuji.
فَتَقَطَّعُوٓا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا ۖ كُلُّ حِزْبٍۢ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
“Kemudian mereka terpecah belah dalam urusan (agama)nya menjadi beberapa golongan. Setiap golongan (merasa) bangga dengan apa yang ada pada mereka (masing-masing).” (QS. Al-Mu’minun 23: Ayat 53)