‘Ke Gontor apa yang kau cari?’ kalimat tanya ini akan anda dapati saat memasuki kampus Gontor manapun. Satu pertanyaan sederhana, meskipun ma’na dibalik jawabannya adalah ketakterhinggaan, adalah ‘ruang’ di hati para pelajarnya; luas dan sempitnya ruang itu, bergantung dari tepat tidaknya jawaban atas pertanyaan sederhana tersebut. Ia memasuki hati, bersinggasana disana, dan tak akan berhenti untuk terus memperdengarkan pertanyaan itu berulang-ulang, baik saat santri ingat, diingatkan, atau secara tidak sengaja membaca deret kalimat itu, ya… kalimat tanya yang menempel di dinding-dinding gedung yang ada di setiap kampus Gontor itu akan terus bertanya sepanjang waktu santri ada di dalam naungan kehidupannya. Pertanyaan yang terus menuntut santri, guru, dan seluruh penghuninya; mempertanyakan niat! Kenapa mereka masih ada disana, untuk apa?
Suatu saat dalam perjalanan bersama beliau KH Abdullah Syukri Zarkasy (pimpinan dan pengasuh Pondok Modern Gontor) berkata “pondok ini adalah pondok serius, bukan pondok main-main; kami sungguh-sungguh dalam mendidik dan mengajar santri; pol-polan, habis-habisan, bondo bahu pikir lekperlu sak nyawane pisan, korban harta, korban pikiran, korban perasaan, dengan seluruh jiwa dan hati; kami berdoa keras, bekerja keras, berpikir keras untuk mencetak mereka – kader-kader umat ini – menjadi manusia yang bisa bergerak dan juga menggerakan, mampu berjuang dan memperjuangkan, hidup dan menghidupi, menjadi manusia yang banyak manfaatnya, kaya zakatnya, kaya amalnya, kaya karyanya. Pondok ini bukan pondok main-main, yang hanya sekedar menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, asal siswa diajar, dididik lalu mereka menyelesaikan jenjang yang ada, hanya begitu saja. Pondok ini adalah pondok nilai – yang mengemban amanat untuk menyebarkan risalah kenabian – dan untuk memperjuangkan nilai-nilai besar itu; tidak akan pernah berhasil tanpa kesungguhan, kerja keras, keseriusan dan niat yang benar. Cita-cita pondok kita besar, karena itu niatmu juga harus besar, harapan kita tinggi, karena itu hatimu harus kokoh dan kuat! tinggikan cita-citamu! kuatkan niatmu!”
Hari ini; jumlah pendaftar untuk menjadi siswa Gontor sudah mencapai 1500-an, sementara waktu yang dibuka untuk pendaftaran masih panjang sampai 10 syawal di depan; entah sampai di angka berapa calon pelajar tahun ini nantinya? Namun jumlah calon pelajar bukan hal terbesar yang ada di kepala kami – penyelenggara pendidikan – yang terbesar yang menguasai hati kami sesungguhnya adalah seberapa benar niat mereka memasuki Gontor ini; sudahkah mereka mempertanyakan baik-baik niat mereka hendak belajar disini? Untuk apa? Adakah mereka kesini hanya karena Gontor terkenal, karena itu keren jika bisa sekolah ditempat yang terkenal? Atau adakah mereka kesini hanya karena mereka telah tercemar dengan bergaulan di sekolah mereka dahulu; sudah keburu rusak mentalnya dan berharap Gontor mampu memperbaikinya? Ataukah mereka adalah anak-anak yang menjadi korban pemaksaan orang tua, karena ketakutan orang tua atas lingkungan buruk pergaulan di tempat mereka, sehingga memasukan anaknya ke Gontor adalah alternative jitu, murah dan praktis untuk menyelamatkan buah hati mereka? Jika niat para calon pelajar hanya itu, kasihan Gontor, dianggap sebagai penitipan anak, bengkel akhlak, dan hanya sekedar menjadi semacam konservasium atas rusaknya lingkungan di rumah calon pelajar itu tinggal.
Sekali lagi ‘niat’, ia berkaitan dengan seberapa dalam kita mengarahkan hidup kita agar benar. Belajar di Gontor adalah masalah niat pada mulanya; jika niat dalam hatinya tepat; ia akan sangat cepat menyerap nilai-nilai pondok ini dan akhirnya menjadi darah dan jantungnya, dimana kelak ia hidup dengan itu. Gontor bukan hanya lembaga pengajaran yang mengarahkan siswanya untuk bisa menguasai beragam pengetahuan yang tersusun dalam silabus buku ajar, ia lebih dari itu; ia adalah lembaga kehidupan yang mengajarkan kehidupan, mencetak seorang muslim bagaimana ia menjalani hidupnya, membawa manusia untuk mengerti untuk apa mereka dilahirkan!(hasib amrullah)
Tapi pada kenyataan, niat hanya dimengerti mereka-mereka yang sudah dewasa, untuk anak-anak kelihatannya belum paham betul akan niat, tapi anak-anak harus punya harapan-harapan di masa datang, mimpi-mimpi ketika besar kelak. Dengan bisa belajar di PM Gontor, anak2 diberikan arah dan jalan untuk mewujudkan harapan dan impian mereka (yang ingin menjadi orang shalih), jalan terbuka lebar untuk menwujudkan semua itu (dibanding lembaga pendidikan umum), hal ini sangat difahami karena tempaan dan bimbingan di Lingkungan PM Gontor yang begitu kuat niat, konsentrasi dan kesungguhan dalam mencetak manusia-manusia sholih di masa yang akan datang… namun tak bisa dipungkiri, para alumni santri lah yang akan menentukan kemanfaatan dan keshalihan atas apa-apa yang diperoleh dari tempaan dan bimbingan di PM gontor. Semoga PM Gontor tetap menjadi pencetak manusia-manusia shalih, manusia-manusia menebar manfaat dan unggul di segala bidang…amin.
Subhanallah… “Apa yang ada ini kalau dijaga dengan baik, sudah cukup! Hendaknya hati hati dengan hal baru!” sangat bijaksana sekali
Assalamualaikum. Anak saya akan masuk kelas 6 MI tahun ini,kami berencana masukkan pondok modern.salah satu pilihan adalah gontor putra.saya msh blm phm dengan KMI.apakah maksud KMI adalah bahwa masa smp+sma menjadi kesatuan paket shg jk smp lulus maka si anak otomatis ljt smu tanpa tes ulang?.saya berkeinginan anak saya kedepan memiliki kemampuan ilmu exact yg lbh utk bekal meraih beasiswa keluar negeri.apakah PMDGmampu mewujudkan harapan saya tersebut?.apakah PMDG memiliki prestasi dibidang exact tersebut dan ada alumnus yg mendapat beasiswa utk belajar ilmu exact keluar negeri?. Persiapan apa saja yang harus sayalakukan untuk kesuksesan anak saya menembus PMDG?.untuk asrama,berapa kapasitas penghuni kamar utk asrama putra?,utk makan-minum tersedia 3x/hari? Dg menu yg sehat?.berapa biaya bulanan yg harus saya bayar hingga lulus smu?.berapa kali kesempatan boleh berkunjung utk keluarga?.apakah kwalitas PMDG cabang dg induk sama?. Terima kasih.
Wassalam.
Apakah di Pondok Modern gontor kita betull di didik un menjadi seseorang yang berakhlak mulia…???
Soalnya insyan Allah bulan syawal tahun depan aku ingin menjadi santri disana….
Mohon penjelasannya ya…. ^_^
Wa'alaikumsalam
Gontor bukan pabrik, Gontor tidak menjamin para santrinya untuk menjadi seseorang yang berakhlak mulia. Hanya saja Gontor berusaha untuk mendidik para santrinya agar menjadi pemimpin umat masa depan, yang baik secara ilmu, akhlak dan adab.
Jazakumullah