Ketika bel berbunyi pukul 17.00, maka seluruh aktivitas terpusat di masjid. Dari menara, qiraat Al-Qur'an terkumandang. Sayup-sayup bacaan Al-Qur'an para santri terdengar. Matahari senja berubah perlahan, kekuningan kemudian memerah di awal maghrib. Azan terdengar. Betapa syahdu dan tenangnya suasana Pondok.
Maghrib, dan waktu-waktu shalat lainnya seakan menjadi break bagi hingar-bingar kehidupan Darussalam yang memang tidak pernah tertidur. Sebagaimana shalat menjadi istirahat rohani bagi alur hidup manusia selama 24 jam sehari.
Para santri, kebanyakan berusia antara kisaran 12-19 tahun. Usia yang demikian adalah usia yang menentukan karakter dan kebiasaan. Apabila ia terbiasa untuk berbuat baik ketika masa muda, ia akan terbiasa hidup baik di masa mendatang.
'Man syaaba 'ala syaiin, syaaba 'alaihi', begitu KH. Syamsul Hadi Abdan sering bertutur. Barang siapa yang terbiasa atas sesuatu di masa muda, maka, sesuatu itu akan menjadi muda baginya, sesuatu itu akan menjadi kebiasaannya, meskipun hingga di masa tua kelak.
Pembiasaan demi pembiasaan dilaksanakan. Termasuk di antaranya, yang disebut di atas, kebiasaan untuk berjamaah maghrib.
Ahad, 25 Jumadal Ula 1431