Date:

Share:

Kuliah Subuh 2 Ramadhan 1445 H, Bulan Ramadhan Memberikan Yang Terbaik Kepada Allah

Related Articles

Setiap tahun, kita memasuki Ramadhan, melaksanakan ibadah bulan Ramadhan. Bulan ini adalah bulan yang diberkahi Allah SWT. Pintu surga dibuka lebar-lebar. Ibadah-ibadah yang dilaksanakan pada bulan ini dilipatgandakan (pahalanya) dibanding di bulan-bulan yang lain. Ada hadits yang mengatakan, kalau Rasulullah adalah orang yang paling dermawan, dan paling dermawan pada bulan Ramadhan.

Pintu-pintu neraka ditutup. Di situ setan-setan akan dibelenggu, maka di sini kesempatan berbuat baik terbuka lebar, dan tidak ada kesempatan berbuat buruk. Alangkah bodohnya kita kalau tidak menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Allah memberikan kemuliaan pada bulan ini yang mana di dalamnya ada satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Maka barangsiapa yang tidak mendapat kesempatan (untuk) mendapatkan kebaikan pada malam itu, maka ia betul-betul rugi.

Terdapat hadits yang mengatakan, dalam bulan Ramadhan, bahwasanya Jibril setiap malam menemui Rasulullah dan mengajarkannya al-Qur’an. Dari hadits inilah para ulama bersepakat, bahwa pada bulan Ramadhan ini kita disunnahkan untuk banyak-banyak membaca al-Qur’an.

Yang diwajibkan berpuasa adalah orang yang beriman. Yaa ayyuha-l-ladziina aamanuu kutiba ‘alaikumush-shiaam kama kutiba ‘alal-ladziina min qoblikum la’allakum tattaquun. Orang yang beriman akan mendahulukan (melaksanakan) kewajibannya, bukan mempertanyakan kenapa ia diwajibkan (melakukan perintah tersebut). Kemudian ia melaksanakannya sesuai dengan apa yang telah digariskan. Maka, kita sebagai orang yang beriman, apabila diperintahkan Allah untuk melaksanakan sesuatu, kita harus membenarkannya dan melaksanakannya.

Innama-l-a’maalu bin-niyyati wa innama likulli imri’in ma nawaa. Seseorang itu hanya akan mendapatkan apa yang diniatkan, apa yang ia tuju. Ada orang berpuasa, tapi niatnya supaya sehat, maka ia akan mendapatkan apa yang ia tuju. Jangan sampai salah niat.

Dalam surat al-Bayyinah tertulis, “wa ma umiruu illa liya’budullaha mukhlishiina lahu-d-diin”. Beribadahlah kepada Allah dengan ikhlas hanya karena mematuhi perintah Allah. Kalau niatnya sudah benar, maka kemudian kita harus menambah pengetahuan kita tentang puasa itu sendiri.

Ada dulu, di sekitar pondok ini, orangnya sudah agak tua. Ketika Ramadhan ini, ia duduk di depan rumahnya sambil merokok. Akhirnya, ada yang menghampiri. “Pak, apa tidak puasa?” dijawab, “Loh, saya ini puasa. Inikan (merokok) tidak makan, tidak minum.” Akhirnya dia tetap seperti itu karena memang sehari-harinya ia merokok. Jadi kalau Ramadhan dia tidak kuat tidak puasa. Cuma (menahan) makan dan minum sampai maghrib dia kuat.

Orang-orang semacam ini perlu mengetahui apa puasa itu, harus meningkatkan pengetahuannya tentang agama. Ada orang yang kalau bertemu temannya langsung berkata kasar. Jadi ketika Ramadhan ia terbiasa berkata kasar. Rasulullah pernah bersabda, “Kam min shoimin laisa lahu min shoumihi illa-l-ju’ wa-l-‘athos.”

Kita melaksanakan sesuatu harus dengan ilmu. Man arooda-d-dunya fa’alaihi bi-l-‘ilmi wa man arooda-l-aakhiroh fa’alaihi bi-l-‘ilmi wa man aroodahuma fa’alaihi bi-l-‘ilmi. Idzaa wusida-l-amru ila ghoiri ahlihi fa-ntazhiri-s-saa’ata. Di Indonesia ini, banyak orang yang dipercaya mengurus sesuatu, ternyata bukan ahlinya. Apa yang terjadi ? Ya, rusak. Apa-apa harus dengan ilmu. Nanti, kalau kita mendapat amanah berupa apa saja, sebelum melangkah, maka pelajari dulu apa yang berkaitan dengan amanah itu. Agar amanah itu bisa kita jalankan sebaik-baiknya.

Bulan puasa, bulan yang selalu dinanti-nantikan bahkan sejak bulan Rajab. Allahumma baarik lana fi Rajab wa Sya’bana wa ballighna Ramadhan. Rasulullah pada bulan Sya’ban hampir tidak pernah tidak puasa setiap hari. Kalau beliau yang sudah dijamin masuk surga melakukan hal seperti itu, maka kita sebagai umatnya harus berusaha mengikuti jejaknya. Dari puasanya, hingga amalan-amalan sunnahnya betul-betul (diusahakan agar) bisa mengangkat derajat kita. Ini harus kita lakukan semaksimal mungkin.

Banyak orang ketika berakhir bulan Ramadhan, mereka menutup dengan doa, mudah- mudahan masih dipertemukan dengan Ramadhan yang akan datang. Kami yang janggutnya sudah putih ini suka khawatir ketika akhir-akhir bulan Sya’ban bertanya, masih dipertemukan dengan Ramadhan apa tidak? Meskipun kematian tidak mengenal umur.

Shollu sholata-l-wada’, artinya sholatlah untuk yang terakhir kalinya. Maka, jika sudah tahu seperti itu pasti (kita) akan melaksanakan (ibadah) sebaik-baiknya. Seakan-akan puasa ini adalah puasa terakhir kita. Ya Allah, sampai (Ramadhan) apa tidak? Semoga Allah memberikan kita kekuatan lahir batin. Perbanyaklah ibadah-ibadah pada bulan ini.

Orang yang melaksanakan umrah pada bulan Ramadha, pahala yang didapatkan seperti melaksanakan ibadah haji. Ibadah selain puasa, biasanya Allah melipatgandakan pahalanya sepuluh kali, tujuh ratus kali. Kalau puasa, Allah memberikan pahala yang beda. Allah berfirman, “Setiap amalan ibnu Adam adalah untuk dirinya kecuali puasa. Puasa itu adalah untuk-Ku. Maka Aku akan memberikan ganjaran pada dia.” Kalau sudah dikatakan seperti itu kepada orang beriman, maka puasa itu untuk-Mu bukan untukku.

Sama seperti orang tua. Kalau kamu punya duit banyak, lalu kamu mau membelikan kerudung untuk ibumu. Ada satu, dua, tiga. Dari segi warna, ini putih, ini hijau, yang satunya merah. Kamu tau gak kesukaan ibumu? Ibumu itu tahu kesukaanmu. Berusahalah mengetahui kesukaan orang yang kamu cintai, mulai dari rumahmu sendiri.

Kira-kira, kalau kamu tahu ibumu suka (kerudung) yang hijau, apa kamu akan membelikan yang merah? Kira-kira kamu mau membelikan yang mana? Yang kasar, atau yang halus dan adem? Kamu mau memberikan ibumu sesuatu yang baik.

Sekarang, yang bilang Allah, “Puasamu itu untuk-Ku.” Yang bilang itu dzat yang membuatmu lahir, yang membuatmu hidup. Kamu mau memberikan puasa macam apa? Puasa yang mana? Ini puasa tapi masih merokok, apa semacam itu yang mau kamu berikan kepada dzat yang sudah memberikan hidup kepadamu? Apa yang mau kita berikan kepada Allah, kita siapkan sesuatu yang terbaik. Bukan hanya puasa yang dapat lapar dan haus saja.

Imam Ghozali itu membagi puasa menjadi tiga. Shoum Awwal itu yang sekedar menahan tidak makan dan tidak minum, kemudian tidak jima’. Kalau shoum khusus itu menjaga al-jawarih min-al-aatsaam, menjaga anggota badan dari melakukan dosa. Anggota badan yang melakukan dosa itu itu mata, mulut, tangan, dan farj. Tapi yang paling penting itu hati. Bukan hanya al-jawarih, tapi hatinya. Misalnya, kamu dapat takjil. Tapi, cuma sedikit. Kesel, gak? Mulutmu diam, tapi hatimu tidak terima.

Kita harus berusaha mengerjakan puasa lebih baik dari tahun ke tahun. Hari ini harus lebih baik dari kemarin. Esok harus lebih baik dari hari ini, sampai husnu-l-khatimah. Orang, semakin tinggi prestasinya, semakin besar tanggungjawabnya. Orang yang jabatannya semakin tinggi, semakin besar tanggungjawabnya. Apa yang kita dapat, sesuai dengan kualitas kita.

Kamu sekalian sedang menuntut ilmu, maka tuntutlah ilmu dengan maksimal. Semakin hari ada peningkatan. Kalau misalnya di pondok dapat kelas bawah terus, jangan menyerah. Terus berusaha. Tetapi itu bukan akhir, yang mengakhiri itu kematian saja.

Beberapa kali saya ketemu alumni Gontor musta’mal jidda di-l-mujtama’ ngomong, “Ana fi-l-ma’had ghoiru musta’mal ustadz.” Ketika santri, dia tidak musta’mal di manapun. Tapi, dia melihat kawannya yang musta’mal di munazhomah, klub, rayon. Ketika mendapat masalah di masyarakat, dia ingat bagaimana dulu mudabbir-nya menyelesaikan masalah. Jadi dia tahu caranya.

Yang penting adalah memberikan sesuatu nyang terbaik bagi siapa saja yang kita cintai. Dan yang paling berhak kita cintai adalah Allah dan rasul-Nya. Cinta kita itu harus pertama kepada Allah, yang kedua kepada rasul. Jangan sampai cinta kepada yang lain lebih tinggi daripada cinta kepada Allah dan rasul-Nya.

(Materi: Al-Ustadz H. Ismail Abdullah Budi Prasetyo, S.Ag.)

Related Articles:

Kuliah Subuh 1 Ramadhan 1445 H, K.H. Hasan Abdullah Sahal

Kuliah Shubuh 6 Ramadhan 1444 H, oleh Al-Ustadz Dr. H. Mulyono Jamal, M.A..

Kuliah Shubuh 2 Ramadhan 1444 H oleh Al-Ustadz Noor Syahid, M.Pd..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Popular Articles