Pada tahun 1926, seorang pemuda bernama Ahmad Sahal menghadiri Kongres Umat Islam Indonesia di Surabaya. Saat itu usia beliau 25 tahun, masih sangat belia untuk seseorang yang kelak mendirikan sebuah pondok berkaliber internasional bersama kedua adiknya.
Pertemuan tersebut membahas pemilihan utusan yang akan dikirim ke Muktamar Islam Dunia di Makkah. Turut serta dalam kongres itu tokoh-tokoh Islam berpengaruh pada masanya. Seperti H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Usman Amin.
Sebuah masalah muncul dalam kongres tersebut. Tak ada satupun peserta yang menguasai bahasa Arab dan Inggris, dua bahasa yang menjadi penyambung lidah masyarakat dunia. Akhirnya, diputuskanlah dua orang yang akan berangkat; H.O.S. Cokroaminoto dan KH. Mas Mansur.
Urusan pelik itu membekas di hati seorang Ahmad Sahal. Sepulangya dari sana, ia bertekad untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang akan melahirkan pemimpin-pemimpin umat dengan kemampuan bilingual, Arab dan Inggris.
Perjuangan pun dimulai. Setelah dua adiknya, Zainuddin Fannanie dan Imam Zarkasyi pulang, mereka mempersiapkan kelahiran sebuah mahakarya fenomenal. 19 Desember 1936, lahirlah Kulliyyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI). Persemaian yang di kemudian hari menetaskan pemimpin bangsa seperti Idham Cholid (Wakil Perdana Menteri Indonesia tahun 1956-1959), Prof. Dr. H. Husnan Bey Fananie, M.A. (Duta Besar Indonesia untuk Azerbaijan tahun 2016-2020), dan Dr. H. Hidayat Nur Wahid (Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat RI tahun 2004-2009).
Gontor dengan KMI-nya telah dan akan terus mengukir tinta emas di lembar sejarah Indonesia. Dengan kurikulum yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan agama dan umum, Gontor terus mendidik calon-calon ulama intelek, bukan hanya sekedar intelek yang tahu agama.
Di masa yang penuh dengan paham liberal dan sekuler, Islam membutuhkan mujahid yang berpikiran visioner dan cerdas secara akademik. Dengan terus meningkatkan kualitas intelektual para santrinya, Gontor tampil sebagai garda terdepan dalam mencerdaskan bangsa, serta menjadi lentera peradaban dunia.
(Intisari pidato Prof. Dr. KH. Amal Fathullah Zarkasyi, M. A. dalam Kuliah Umum Tentang Kepondokmodernan)
(Artikel : Ghazi, Foto : Dejuan, Reviewer : Taufiq Affandi)
Related Articles :
Kuliah Umum Kepondokmodernan Matangkan Persepsi Keluarga Besar PMDG
Bhinneka Tunggal Ika Warnai Khutbatu-l-‘Arsy
PMDG Gelar Apel Tahunan, Jadi Puncak Pekan Perkenalan Khutbatu-l-’Arsy