Menjadi pemimpin bukanlah impian setiap orang. Akan tetapi setiap orang haruslah memiliki bekal dan persiapan untuk memimpin. karena yang dihadapi, tidak saja hal-hal yang bersifat materiil, yang bisa diatur dengan kemampuan mekanik, tetapi yang lebih rumit adalah yang bersifat non materiil, yaitu pola fikir, sikap dan prilaku manusia yang dipimpin. Di Gontor selalu diajarkan ”Siap memimpin dan siap dipimpin”, falsafah itu, selalu dikumandangkan K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. hampir di setiap pertemuan dan kesempatan. Di setiap saat manusia bisa berubah dan berkembang, Untuk itu amat diperlukan kekuatan yang prima, yaitu daya dorong, daya tahan, daya juang, daya suai dan daya kreatif.
1. Daya Dorong
Kekuatan ini sangat diperlukan bagi para pemimpin, karena daya dorong merupakan satu upaya keras untuk mengembangkan diri dengan cara terus belajar sepanjang hayat. Pemimpin yang sukses, adalah pemimpin yang memiliki kemauan keras untuk terus menerus meningkatkan dan mengeluarkan potensi puncaknya. Namun demikian, kekuatan ini tidak saja untuk dirinya, tetapi yang lebih penting adalah kemampuan untuk mendorong atau mensupport orang lain agar mau berbuat sesuai dengan yang kita rencanakan. Inti kepemimpinan adalah motivasi atau support. Mengapa? Kekuatan mendorong yang dipimpin untuk meraih prestasi sangat diperlukan, karena semakin kuat dalam memotivasi atau mensupport, maka semakin besar prestasi yang akan dicapai.
2. Daya Tahan
Kekuatan kedua adalah kekuatan daya tahan. Seorang pemimpin, tidak saja membutuhkan daya dorong atau daya mensupport dirinya dan orang lain, tetapi yang lebih penting lagi adalah memiliki daya tahan untuk menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan. Sementara, bertahan yang baik adalah dengan menyerang. Maksudnya, bahwa problema atau tantangan mestinya tetap dihadapi dan dicarikan solusi. Cobaan adalah merupakan tantangan yang harus dihadapi. Pak Sahal, salah satu pendiri Gontor bila sedang menghadapi berbagai cobaan, beliau akan selalu berkata: ”Eee..koyo ngono to, Ayo, jajal awak, tak hadepane, mendaho mati, rawe-rawe rantas, malang-malang putung…” (Eee.. begitu to. Ayo, mencoba diri, saya akan hadapi, saya tidak akan mati…)
Jadi yang diserang adalah bukan orang yang menyerang kita, tetapi pekerjaan atau tugas-tugas kita yang harus diserang. Karena untuk memberikan kepercayaan atau keyakinan orang lain kepada kita adalah hasil kerja yang nyata dan sukses.
Maka, sebagai pemimpin, tidak layak untuk menyerah, apalagi mengeluh atau cengeng dalam mengahadapi kesulitan atau tantangan. Keluhan dan kecengengan adalah tanda kekalahan. “cengeng berarti kalah. Yaitu watak pemimpin yang cengeng, atau suka meraju’, menyalahkan orang lain atau ngambekan. Dia tidak saja membahayakan dirinya, tetapi juga membahayakan orang yang dipimpin. Pemimpin model ini akan menurunkan etos kerja dan militansi, bahkan bisa menghancurkan proses pendidikan kaderisasi.
Maka untuk menguatkan daya tahan kita, hendaknya selalu memohon petunjuk kepada Allah,. “Ya Allah, berikan saya berbagai cobaan, tetapi berikan juga kekuatan untuk menghadapinya”. Ya Allah, janganlah engkau berikan beban yang kami tidak mampu memikulnya”
3. Daya Juang
Kekuatan ini, merupakan solusi menghadapi berbagai cobaan, yaitu kekuatan untuk berjuang dan memperjuangkan. Perjuangan merupakan tanda kehidupan, apalagi seorang pemimpin, bila tidak memiliki jiwa ini, maka tidaklah layak untuk menyandang sebagai pejuang. Banyak yang harus diperjuangkan dalam hidup ini. Berjuang untuk meraih cita-cita, menegakkan agama Allah di muka bumi ini melalui pondoknya.
Tidaklah ringan apa yang akan dihadapi oleh seorang pemimpin, apalagi menegakkan kalimah Allah. Tantangan yang dihadapi jauh lebih besar dari yang diperkirakan. Maka kekuatan jiwa dengan selalu menyandarkan diri kepada Allah sangatlah dibutuhkan. Sandaran ini akan mengokohkan langkah dan perjuangannya. Hal ini seperti yang disampaikan Allah dalam firmanNya, bahwa orang-orang yang melepaskan diri dari ikatan Allah, dan menjadikan selain Allah sebagai sandarannya, ibarat laba-laba menjadikan sarangnya sebagai rumahnya, karena sesungguhnya selemah-lemah rumah adalah rumah laba-laba, kalau mereka mengetahui. Maka, sandaran dalam perjuangan ini haruslah dikokohkan dan dikuatkan, karena sesungguhnya, tiada kekauatan selain kekuatan Allah SWT.
4. Daya Suai
Selain daya dorong, daya tahan dan daya juang, sebagai bekal pemimpin, ada daya yang tidak kalah pentingnya agar proses kepemimpinannya bisa diterima oleh orang lain, yaitu daya suai. Maksudnya adalah, satu kemampuan seorang pemimpin untuk bersikap luwes, tidak frontal dalam menghadapi berbagai macam manusia, tetapi menggunakan pendekatan “Soft power”, kekuatan lunak.
Daya suai ini, tidaklah mungkin bisa dimiliki oleh seorang pemimpin, bila dia tidak memiliki wawasan yang luas, menguasai permasalahan dan mampu memberikan solusinya. Memiliki ketrampilan pendekatan yang baik, seperti yang diterangkan pada pendakatan manusiawi, tugas dan idealisme. Maka disinilah perlunya seorang pemimpin untuk terus belajar dan menambah wawasan ilmu pengetahuan, pemikiran, pengalaman dan pergaulan. Sehingga memiliki ketrampilan dalam menghadapi berbagai bentuk manusia, baik yang disukai maupun yang tidak disukai.
5. Daya Kreatif
Dalam kehidupan yang begitu kompleks seperti saat ini, pemimpin hendaknya memiliki daya kreatif yang tinggi. Kreatifitas yang dimaksud di sini adalah memiliki seni memimpin. Inilah daya tarik yang akan memudahkan pemimpin untuk mengajak, mengisi dan mengarahkan kepada yang direncanakan. Kepemimpinan yang pasif, statis, tidak kreatif akan mendatangkan kebosanan dan kejenuhan. Satu misal, dalam berbicara, pemimpin hendaknya memiliki kreatifitas yang tinggi, tidak monoton, tegang selalu, bernada tinggi menggebu-nggebu, tetapi hendak diberi variasi humor, untuk memancing perhatian mereka. Contoh lain, seperti seni dalam melakukan pendekatan, sesekali perlu dimarahi orang yang kita pimpin, tetapi juga perlu disupport, dimotivasi bahkan dihargai.
Di dalam seluruh aspek kehidupan, sebenarnya kreatifitas ini sangatlah diperlukan. Sudah banyak bentuk dan model, gaya dan pola yang dimiliki orang lain dalam berbagai lini kehidupan. Maka siapa yang paling kreatif, dialah yang akan menang dan mampu bertahan. Demikian juga pemimpin. elfah
Buku Bekal Pemimpin hal. 122-127