Saat mendengar nama Gontor, orang-orang yang mengenal pondok umat warisan K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fanani, dan K.H. Imam Zarkasyi ini pasti akan membayangkan kehebatan disiplinnya. Begitu juga ketika menerangkan tentang Gontor, orang tidak akan lupa menceritakan disiplin ketat yang diterapkan di dalamnya. Begitulah, Gontor memang sangat identik dengan disiplin. Seakan-akan disiplin itu hanya milik Pondok Modern Darussalam Gontor yang didirikan tiga bersaudara ini.
Memang tidak bisa dipungkiri, eksistensi dan kemajuan Gontor hingga saat ini tidak bisa terlepas dari disiplin yang terus dijaga, dipelihara, dilestarikan, dan dijalankan orang-orang di dalamnya. Karena itulah disiplin di Gontor benar-benar mengakar kuat. Ketiga bersaudara yang dikenal dengan Trimurti itu telah menanamkan nilai-nilai kedisiplinan sejak awal mula mendirikan pondok, sehingga disiplin Gontor benar-benar kokoh sampai sekarang.
Sejak dulu, Trimurti mengajarkan disiplin bukan hanya dengan teori, tapi juga dengan keteladanan. Sehingga, santri-santri pun menjalankannya dengan penuh kesadaran. Memang, tidak segala sesuatu langsung diikuti secara sadar. Dalam prosesnya, disiplin yang pada awalnya dilakukan dengan terpaksa itu akan menjadi kebiasaan, hingga akhirnya dilaksanakan dengan segala kesadaran. Mereka yang menjalankan disiplin dengan sungguh-sungguh akan menyadari manfaatnya, baik bagi diri pribadi maupun bagi pondok. Dengan demikian, satu sama lain akan saling menjaga agar disiplin pondok tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Di Gontor, disiplin bukan sekadar kata-kata atau larangan-larangan tertulis yang hanya menghiasi dinding kelas dan asrama atau sekadar memenuhi buku-buku peraturan, tapi disiplin merupakan peraturan yang benar-benar harus ditaati dan dilaksanakan segenap penghuni pondok tanpa terkecuali, baik peraturan itu tertulis maupun tidak. Tak ada hak istimewa bagi siapapun yang melanggar disiplin pondok, walau itu dilakukan anak kiai, anak pejabat, atau anak seorang presiden sekalipun. Disiplin tetaplah disiplin. Gontor tidak mengenal tawar-menawar dalam menerapkan disiplin.
Tidak ada yang menyangkal bahwa penerapan disiplin secara konsisten merupakan sebab utama keberhasilan pendidikan di Gontor, bahkan di lembaga manapun juga atau di negara mana saja. Jepang adalah salah satu contoh negara maju dan berhasil karena masyarakatnya hidup berdisiplin tinggi. Bahkan, jika kita berbicara tentang negara maju yang terkenal dengan disiplinnya, maka sering kali kita membicarakan negeri Sakura itu. Demikian pula halnya dengan Gontor. Orang mengenal pondok bersistem modern ini dengan kedisiplinan santri-santrinya sejak bangun pagi hingga tidur kembali.
Karena itulah, kehidupan di Pondok Modern Darussalam Gontor berjalan sangat teratur. Setelah liburan, santri-santri dan guru-guru datang ke pondok tepat waktu. Orang-orang yang terlambat akan merasa sangat bersalah dan malu karena tidak berdisiplin. Disiplin telah menjadi bagian dari kehidupan segenap santri dan guru. Di Gontor, jika acara dimulai pada jam tujuh tepat, maka tidak boleh diundur walau sedetik pun juga.
Pimpinan Pondok sering mengatakan bahwa Gontor maju karena berdisiplin. Hal ini disampaikan Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. dalam setiap kesempatan. Tidak ketinggalan, K.H. Hasan Abdullah Sahal juga mengatakan betapa pentingnya disiplin dalam meraih keberhasilan. “Tidak ada keberhasilan tanpa kedisiplinan, dan tidak ada kedisiplinan tanpa keteladanan. Di manapun kita hidup, kita tidak akan pernah terlepas dari yang namanya disiplin, bahkan hidup di hutan pun harus berdisiplin,” demikian kata beliau.* elk