GONTOR – Awan kelabu kembali menyelimuti Keluarga Besar Pondok Modern Darussalam Gontor pada Rabu (16/10) malam. Tepat sehabis Isya’, pukul 20.30 WIB. Ustadz H. Ahmad Tauhid Sahal berpulang ke rahmatullah. Berita duka yang sangat mengejutkan warga Darussalam di tengah-tengah semaraknya perayaan Idul Adha dan ibadah kurban.
Bahkan, tidak ada seorang pun yang memperkirakan putra kedelapan dari K.H. Ahmad Sahal kelahiran Ponorogo, 27 Juli 1951 silam tersebut akan bertemu sang Khalik sebegitu cepatnya. Kenyataannya, beliau terlihat sehat-sehat saja sebelum ini, tidak pernah mengeluhkan apapun. Sungguh kenyataan yang memilukan hati.
Namun demikian, kita hanya bisa mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un, kullu nafsin dzaiqatul maut. Tidak ada yang bisa menebak kapan ajal akan datang menjemput, tidak mengenal usia muda ataupun tua, dalam keadaan sehat ataupun sakit, kematian datang tak terkira. Maka, sekali lagi, tidak ada yang bisa kita katakan selain inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un. Demikianlah Allah telah berkehendak yang terbaik untuk hamba-Nya.
Banyak kenangan yang telah ditinggalkan beliau bagi segenap santri dan guru-guru Pondok Modern Darussalam Gontor. Bagi mereka yang mengenal Ustadz Tauhid dengan baik, pastilah mereka akan mengatakan bahwa bapak dari tiga orang putra dan satu orang putri ini adalah orang yang sangat ramah dan jujur, yang bersikap apa adanya dan berbuat sesuai dengan hati nurani. Beliau sangat senang mengajarkan hadits, terutama hadits-hadits di Kelas 3 KMI. Beliau pun senang bercengkerama dengan guru-guru, bertutur dengan ciri khas beliau yang penuh semangat dalam menyampaikan pendapat dan pemikirannya. Kini, semuanya telah menjadi kenangan yang terus membekas di benak santri-santri dan para guru.
Menurut penuturan pihak keluarga, usai shalat Subuh, Selasa (15/10), Ustadz Tauhid bersin-bersin dan merasakan sakit di pinggangnya. Badannya terasa kaku hingga beliau tidak bisa mengikuti shalat Idul Adha. Menjelang siang, pandangan beliau menjadi kabur. Menyadari kondisi ini, salah seorang putra beliau memanggil staf Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM) untuk memeriksa ustadz yang telah mengabdikan dirinya untuk pondok selama 38 tahun ini.
Ternyata, kondisi Ustadz Tauhid semakin memburuk. Beliau mengalami kejang-kejang dan tensi darahnya mengalami kenaikan drastis hingga mencapai angka 230. Kenyataan ini membuat pihak keluarga mengambil keputusan untuk segera merujuknya ke rumah sakit. Pada pukul 13.30 WIB, setengah jam setelah diketahui tensi darahnya naik, beliau langsung dilarikan ke Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit ‘Aisyiyah Ponorogo. Sesampai di Rumah Sakit, tensi darah kembali mengalami kenaikan dari 230 menjadi 250. Namun, beberapa jam kemudian, tensi darah beliau sempat turun di angka 220. Pada hari itu, beliau pun diopname untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Keesokan harinya, Rabu (16/10), kondisi Ustadz Tauhid masih belum stabil. Akan tetapi, beliau masih bisa sadar dan dapat mengenali orang-orang yang menjenguknya. Namun, selanjutnya beliau sempat tidak sadarkan diri beberapa kali. Pada saat inilah keluarga besar almarhum K.H. Ahmad Sahal berkumpul mendoakan beliau di rumah sakit.
Menjelang malam, sejak pukul 19.30 WIB, keadaan Ustadz Tauhid semakin mengkhawatirkan. Tensi darahnya menurun di angka 47. Kemudian sempat naik mencapai 60 hingga ke titik aman di angka 67. Namun, tensi darah kembali naik menjadi 100. Akhirnya, dengan kondisi yang terus memburuk hingga pukul 20.13 WIB, beliau menghembuskan napas terakhirnya di hadapan segenap anggota keluarga, termasuk sang kakak, K.H. Hasan Abdullah Sahal, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, yang terus berada di sisi beliau sejak pagi hari.
Tak bisa dipungkiri, kepergian Ustadz Tauhid ini melengkapi rasa kehilangan Keluarga Besar Pondok Modern Darussalam Gontor. Pada bulan Ramadhan lalu, Gontor juga baru saja ditinggalkan salah satu putra terbaiknya yang telah bertahun-tahun lamanya mengabdi untuk pondok, yaitu H. Imam Sukadi. Bahkan, kurang dari setahun yang lalu, pondok ini juga telah ditinggal pergi K.H. Imam Subakir Ahmad dan H. Edi Kusnanto. Mereka adalah para sesepuh pondok yang berperan penting dalam proses pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor.
Demikianlah, satu per satu, guru-guru senior pondok ini pergi mendahului kita. Generasi pertama pondok ini sudah lama meninggalkan kita dengan mewariskan nilai-nilai dan filsafat hidup yang harus selalu dijaga dan diamalkan. Kini, generasi kedua pondok ini mulai meninggalkan kita satu demi satu. Namun demikian, estafet harus terus berlanjut, sebagaimana yang seringkali ditegaskan K.H. Hasan Abdullah Sahal dalam berbagai kesempatan. Kader-kader pondok telah dipersiapkan sedemikian rupa untuk menjadi generasi penerus perjuangan Trimurti. Patah tumbuh, hilang berganti. Sebelum patah, sudah tumbuh. Sebelum hilang, sudah berganti. Demikian kata pepatah lama yang sudah tidak asing lagi di telinga santri-santri Pondok Modern Darussalam Gontor.
Selamat jalan, wahai ustadz-ustadz kami! Keluarga Besar Pondok Modern Darussalam Gontor dan seluruh umat Islam akan selalu mendoakan engkau. Semoga amal ibadah dan pengabdian engkau diterima di sisi Allah SWT, serta dosa-dosa engkau diampuni. Semoga Allah menempatkan engkau semua dengan rahmat-Nya di tempat tertinggi milik-Nya. Generasi setelah engkau berharap, semoga diberikan kemampuan oleh Allah untuk meneruskan perjuanganmu. Amin. shah wa
selamat jalan wahai suhada,dan mujahid islam,di pundakmu lah anak anak didik kau pertaruhkan.jiwa ragamu kau korbankan demi agama,semoga engkau menjadi tauladan yang mengharumkan dunia,jasadmu telah tiada,namun!ilmu dan ajaranmu senantiasa menjadi ladang amal di perjalanan menuju ilahi,,,,,selamat jalan kyai,,,