PEACE COUNTRY–Pramuka merupakan kegiatan ekstrakulikuler wajib di Pondok Modern Darussalam Gontor (PM. Gontor). Kegiatan tersebut berbasis pada pokok penanaman pendidikakan kepemimpinan atau leadership pada jiwa tiap adika pramuka. Pramuka di PM. Gontor dibagi menjadi tiga golongan, yaitu; Penggalang, Penegak, dan Pembina. Santri yang berhak menjadi Pembina adalah Kelas Lima yang telah mengikuti kegiatan Kursus Mahir Pembina Pramuka Tingkat Dasar (KMD), yang diadakan tiap tahun pada awal semester.
- Gontor, terbilang istimewa dalam bidang kepramukaan, karena golongan Pembina yang seharusnya baru bisa dicapai pada umur 25 tahun, sudah bisa didapat oleh santri Kelas Lima Kulliyatu al-Mu‘allimin al-Islamiyah (KMI). Dalam sistem dan metode yang unik tersebut, Pondok tidak berhenti berinovasi dalam berpramuka dan berhasil melanjutkan kiprah untuk melahirkan Pembina yang lebih berkualitas dengan pengadaan Kursus Mahir Pembina Pramuka Tingkat Lanjutan (KML).
Kursus di sini tidak jauh berbeda dengan KMD, hanya yang perlu diketahui bahwasanya KML menuntut Pembina untuk menjadi subjek dan lebih aktif berdiskusi menghadapi studi kasus yang biasa mereka temui dalam membina adika pramuka baik siaga, penggalang, maupun penegak. Anggota kursus berasal dari Siswa Akhir KMI yang berpartisipasi menjadi peserta, dan juga beberapa Asatidz tahun ke-Enam yang belum sempat mengikuti KML pada masanya. Kegiatan ini bertujuan untuk memecahkan masalah dan memberi solusi untuk kakak Pembina pramuka, setelah mereka berpengalaman dalam membina di tahun sebelumnya.
Peserta berjumlah 450 orang dengan biaya administrasi masing-masing orang Rp. 470.000, berasal dari Gontor Pusat; 351 peserta, Gontor Dua; 94 peserta, dan Asatidz 5 orang. Panitia berjumlah 26 orang dari Kelas 3 Intensif dan 4. Event berlangsung selama satu minggu dimulai pada Jum‘at 29 Desember 2017–Kamis 4 Januari 2018. Pembukaan berlangsung di Aula Gedung Rabitah pada Jum‘at siang dan dihadiri KWARCAB daerah, dilanjutkan dengan pemberangkatan di hari berikutnya, dan materi season tiga kali sehari selama empat hari, karyawisata di Camp Tawangmangu di hari berikutnya, dan penutupan kursus di hari terakhir.
Dalam pelaksanaannya, kak Heru Wahyudi selaku Ketua dari Dewan Pelatih kursus mengakui adanya nilai plus tersendiri dari KML 2017/2018. Bukan hanya dari segi antusiasme dan keaktifan peserta dalam kursus, tetapi juga waktu pelaksanaan yang beliau bilang merupakan KML terlama, yang pernah diadakan. Melewati waktu dua tahun, dua bulan, dua minggu, dan setengah hari. Walaupun hal tersebut hanya ungkapan belaka berhubung acara melewati pergantian tahun 2017 ke 2018.
Seluruh peserta dinyatakan lulus, dan beberapa peserta dengan predikat lulus bersyarat. Meski begitu, KML tahun ini diakui lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Diharapkan dengan pengadaan kursus, dapat memajukan kepramukaan di bumi Gontor tercinta. Dengan tercetaknya Pembina yang berkualitas haruslah bisa menginspirasi adika pramuka agar lebih bersemangat dalam tiap kegiatan.