Tidak ada orang tua yang mempunyai maksud atau tujuan agar anaknya menjadi anak yang tidak saleh, tidak ada guru yang ingin anak muridnya menjadi tidak baik atau nakal dan juga tidak ada kyai yang ingin santrinya menjadi santri yang tidak alim. Hanya saja, proses yang ditempuh untuk mewujudkan dan mengusahakan niat yang baik itu susah.
Kalau dulu banyak yang menggantungkan dan menyerahkan nasibnya kepada Allah. Dulu juga banyak kyai yang alim berdoa kapada Allah agar anaknya menjadi alim, dan banyak juga ibu yang tidak mampu mendidik anaknya, ingin anaknya menjadi anak yang saleh dengan puasa tirakat. Maka jangan heran kalau banyak anak kyai yang pintar tanpa harus belajar. Itulah semua dilakukan oleh orang tuanya dengan tirakat, meninggalkan segala perbuatan maksiat dan juga tidak melakukan kesalahan, sehingga anaknya menjadi anak yang baik. Jadi dulu banyak yang seperti itu, tanpa harus belajar banyak.
Apakah sekarang bisa seperti itu? Kalau sekarang jauh untuk melakukan tirakat, karena banyak hal yang tidak mendukung adanya puasa secara terus-menerus. Sehinggga kalau sekarang kita melakukan puasa tirakat ini terasa sulit. Jadi sekarang banyak orang tua yang lebih memilih cara yang nyata atau lahir, yaitu lebih cenderung ke lembaga pendidikan. Kira-kira hal yang bagaimana yang pantas untuk membuat anak atau murid kita sukses, apakah hanya dengan ibadah tanpa adanya usaha atau usaha terus-menerus tanpa adanya doa atau ibadah?
Rasanya kalau yang pertama untuk sekarang ini sulit, tawakkal terus kepada Allah tanpa adanya usaha. Bukan hanya dengan tirakat, tapi harus juga dengan usaha. Bagi seorang guru, ia harus memberi tugas kepada muridnya dan jangan lupa juga mendoakan mereka. Tapi saya yakin seorang guru mempunyai tujuan yang sama dengan orang tua, bahwa kedua belah pihak menginginkan anak-anak atau murid-muridnya lebih baik dan pintar serta sukses.
Demikian juga halnya seorang pimpinan tentu berkeinginan agar anak buahnya lebih baik. Maka dari itu, rasanya untuk tirakat pada saat ini terasa sulit, selain itu suasananya tidak mendukung banyak makanan di mana-mana. Ketika mau berpuasa ada saja yang menawarkan makanan yang tidak mendukung untuk berpuasa tirakat.
Sulit rasanya mengikuti sunah Nabi dalam mengatur pola makan. Nabi itu tidak makan kecuali dalam keadaan sangat lapar dan kalau makan tidak terlalu kenyang. Sehingga serasa sulit bagi orang zaman sekarang untuk menerapkannya, yang pada akhirnya orang zaman sekarang tidak banyak yang dapat melaksanakan puasa tirakat. Untuk itu, orang zaman sekarang mau tidak mau harus menggunakan cara lahiriah dan mendidik secara langsung, yaitu dengan cara diarahkan, dikontrol serta diberi penugasan. Namun kadang-kadang banyak orang tua yang tidak sempat mendidik anaknya secara langsung dan jarang bertemu dengan anaknya. Bahkan terdapat anak yang merasa jauh dari orang tuanya, sehingga banyak anak yang tidak berbakti dan menurut kepada orang tuanya.
Maka kita hendaknya tidak hanya mengajarkan secara lahiriah, namun juga batiniah. Kedua-duanya itulah yang akan menyebabkan keberhasilan dan menjadikan anaknya itu baik. Dulu banyak orang tua yang tidak terlalu pintar namun anaknya itu baik-baik dan pintar-pintar. Orang tua zaman dahulu kebanyakan tidak pandai-pandai, namun tirakatnya tinggi serta perhatiannya terhadap anak juga tinggi. Zaman dahulu anaknya banyak-banyak dan baik-baik, beda dengan sekarang sudah sedikit dan tidak semuanya baik dan sukses.
Maka dari itu, siapapun nanti suatu saat akan menjadi orang tua. Maka hendaklah kelak mendidik anak-anaknya dengan baik, dengan juga mendoakan mereka. Namun juga tidak hanya didoakan atau ditirakati saja, namun juga harus dididik secara lahiriah dengan diperhatikan dan diberi kewajiban serta diiringi dengan doa.