“Ujian di Gontor memang berbeda.” Nampaknya kalimat ini pantas menggambarkan sistem ujian yang dilaksanakan di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), khususnya pada Ujian Pertengahan Tahun 1434/2013 ini. Bagaimana tidak? Ujian yang dilaksanakan hampir sebulan ini tak hanya menyita perhatian dari para peserta ujiannya saja, namun juga Bapak Pimpinan, Direktur KMI, guru-guru senior, guru-guru KMI hingga seluruh siswa akhir KMI. Hal ini seusai dengan yang dikatakan oleh Bapak Pimpinan PMDG sebelum ujian dilaksanakan, “Ujian ini tak hanya bagi para santri, namun bagi kita semua.”
Ujian yang berlangsung selama sebulan ini diawali dengan ujian lisan, atau yang lebih akrab dikenal dengan ‘Imtihan Syafahi’. Ujian lisan berlangsung selama 10 hari, melibatkan sebagian besar guru KMI serta ratusan ruang ujian. Disiplin yang dijalankan memang sungguh ketat. Tak hanya bagi peserta ujian, namun disiplin ini juga berlaku bagi para penguji dari kelas 6 maupun guru KMI. Kewajiban dalam berbagai hal mengikat disiplin bagi para penguji ini, seperti hadir sebelum bel pukul 06.55 pagi, membuat i’dad persiapan ujian, mengisi blanko nilai dari yang jenis centang hingga pengisian nilai, ketepatan dalam mengambil waktu istirahat, menjaga kebersihan, ketertiban, kewibawaan ruangan ujian hingga batas diperbolehkan keluar pukul 12.00 siang.
Dilanjutkan dengan ujian tulis atau yang lebih akrab dikenal dengan ‘imtihan tahriri”. Ujian ini menjadi puncak dari rentetan ujian sebelumnya. Ujian ini dilaksanakan selama 10 hari dengan 3 jam pelajaran tiap harinya. Kembali pada titik sebelumnya, sekali lagi, ujian ini tak hanya menguji para peserta ujian, namun juga menguji para pengawas ujian. Ujian tulis di Gontor bisa dikatakan sebagai ujian tulis paling ketat di dunia. Betapa tidak, pengawas terdiri dari 3 orang kelas 6 serta 2 orang guru. Jadi, tiap ruang ujian yang berjumlah ratusan ini, memiliki 5 pengawas tiap ruangannya yang mengawasi dengan berdiri selama 90 menit sesuai dengan waktu yang diberikan kepada para peserta. Para pengawas inipun masih saja diawasi oleh pengawas umum yang ada di setiap lantai.
Jangankan berbuat curang, terbesit dalam pikiran saja tidak. Sistem yang dilaksanakan hingga saat ini, merupakan sistem ujian yang telah dijaga kesuciannya selama 87 tahun pondok berdiri. Oleh karena itu, tiap kali ujian datang, dari para santri hingga bapak pimpinan pun, juga merasa diuji, hanya saja materi, pengawas, disiplin, serta amanah yang ditanggung tentunya berbeda, sesuai dengan skala prioritas. Ini semua dilakukan bukan hanya sekedar mencari nama, atau pun merasa ‘sok’ dengan ketatnya disiplin yang ada. Akan tetapi cita-cita yang ada lebih jauh dari itu, yakni menjaga kualitas dan kesucian ujian itu sendiri. Karena kualitas ilmu yang ada pada para santri, tentulah harus didapat dengan perjuangan serta kesungguhan masing-masing personal.Binhadjid
aku pnya keponakan yg sekolah di gontor. melihat cara ujian dia, aku salut banget. meski nilainya ga 8 atau 9, tapi didapat dari perjuangan. ujian tulisnya bukan a, b, c seingatku. tapi menulis jawaban