Home Blog Page 367

Konser Band Wali Ikut Ramaikan Pesta Milad ke-90 Pondok Modern Darussalam Gontor

0

DARUSSALAM – Penampilan Grup Band Wali di Pondok Modern Darussalam Gontor pada Minggu (28/8) sukses menghibur para hadirin mulai dari santri, guru, hingga masyarakat sekitar. Grup band yang beranggotakan 4 orang mantan santri yaitu Faank (vokalis), Apoy (Gitaris), Bustomi (Drummer), dan Hamzah Shafi (Keyboardis) tersebut membawakan 11 buah lagu antara lain Cari Berkah, Emang Dasar, Nenekku Pahlawanku, Salam 5 Waktu, Hymne oh Pondokku, Baik-baik Sayang, Ada Gajah Di Balik Batu, Doaku Untukmu Sayang, Taubat Maksiat, Aku Bukan Bang Toyyib, dan Cari Jodoh.

Acara dimulai pukul 20.30 dan dipandu oleh dua pembawa acara yaitu Al-Ustadz Nida Husna dan Al-Ustadz Rudi. Kedua pebawa acara tersebut bersifat non formal sehingga mereka seringkali mengajak penonton untuk tertawa dengan pantun dan tebak-tebakan.

Sebelum Band Wali tampil pada konser tersebut, terlebih dahulu tampil 2 grup band Juara Gontor Music Festival kemarin yaitu Pondok Pesantren (PP) Al-Iman Ponorogo dan Kampus PMDG. PP Al-Iman membawakan sebuah lagu yaitu lagu Menembus Batas ciptaan kyai mereka, K.H Ahmad Zawawi sedangkan PMDG Kampus Pusat menampilkan dua buah lagu diantaranya adalah Taubat Maksiat milik Wali.

wali-bergaya1Konser tunggal yang disiarkan di Gontor TV secara streaming tersebut disambut antusias oleh para santri khususnya dan juga masyarakat.

Dalam pertunjukan Wali Band tidak hanya membawakan lagu-lagu ciptaan mereka saja, bahkan lagu Hymne “Oh Pondokku” pun mereka sajikan untuk para penonton yang kebanyakan dating dari kalangan santri. Beberapa kali Faank dan Apoy bernostalgia dengan masa kesantrian mereka dengan sedikit mengucapkan kata-kata berbahasa arab.

Selain menghibur dengan nyanyian, Wali pun menyuguhkan beberapa penampilan lain seperti atraksi gitar dari Apoy, pertunjukan drum dari Bustomi dan lain sebagainya. Faank pun meyisipkan potongan lirik lagu “Sakitnya tuh disini” disela-sela lagu Aku Bukan Bang Toyyib. Ia pun kerap mengajak para penonton ikut serta menyanyi bersama.

Konser tersebut mendapat berbagai tanggapan positif dari beberapa kalangan seperti aparat Keamanan yaitu Sersan II Kandar, dan Brimka Agus, Al-Ustadz Bramantya serta bagian Keamanan OPPM yaitu Syeh Aindallah.

                “Sangat baik karena ini juga melestarikan budaya Indonesia dan menunjukkan kecintaan pada kesenian, juga yang ada hanya di Gontor sekolahan bisa mengundang grup Band Wali,” ujar Brimka Agus salah satu aparat kepolisian.

                “Luar biasa, sangat menghibur karena project lagu Wali untuk santri mengandung pesan-pesan Islami, juga mengandung nilai-nilai kehidupan. Saya harap para santri jadi lebih bersemangat dalam mengembangkan potensi mereka di bidang kesenian,” ujar Al-Ustadz Bramantya Dananjaya. biibmufassir

Indahnya Malam Takbiran di Pondok Modern Darussalam Gontor

0

DARUSSALAM – Pada malam menjelang Hari Raya Idul Adha, terdengar suara takbir berkumandang begitu merdu, terlihat para santri berbondong-bondong berjalan menuju Balai Pertemuan Pondok Modern Darussalam Gontor (BPPM) guna mengikuti acara Malam Takbiran menjelang Hari Raya Idul Adha. Malam takbiran di PMDG terasa lebih spesial, karena disini seluruh santri dan guru mengikuti pertemuan dengan Bapak Pimpinan di satu tempat untuk mendengarkan ceramah tentang Hari Raya Idul Adha, sebagai rasa syukur atas nikmalam-takbiran-2mat yang telah diberikan-Nya kepada seluruh umat islam di dunia.

Ahad malam (11/9), Ustadz Abdul Amim selaku penceramah yang bertugas pada malam itu beliau menyampaikan bahwa Hari Raya Idul adha adalah hari yang sangat bersejarah bagi Umat Islam di dunia, hari dimana tauhid dan keikhlasan seorang nabi benar-benar diuji dan dipertaruhkan, memperjuangkan akidah supaya tetap kokoh tidak terhasut oleh bisikan setan yang ingin melemahkan iman seorang Nabiyullah Ibrahim ‘Alaihissalam.

Pada malam itu K.H. Hasan Abdullah Sahal beliau juga menyampaikan dalam pidatonya, agar santri jangan melupakan sejarah Islam yang penuh dengan perjuangan dan keikhlasan, di dalam menegakkan kalimat La Ilaha Illallah untuk kejayaan umat islam. rosikh

 

Musyawarah Kerja Rayon Tanamkan Nilai Kedisiplinan Santri dalam Beraktifitas

0

DARUSSALAM – Musyawarah kerja rayon adalah salah satu program OPPM untuk menjunjung tinggi disiplin yang ada di asrama bagi tiap mudabbir dan anggota yang bertempat tinggal di rayon tersebut. Melalui musyawarah ini, munculah ide-ide cemerlang yang disepakati bersama antara mudabbir dan anggotanya untuk memupuk jiwa ukhuwah islamiyyah dan rasa memiliki diantara mereka, disamping itu mudabbir dapat lebih mudah memahamkan anggotanya mengenai disiplin beraktifitas dalam  keseharian di asrama maupun di luar asrama, karena hasil musyawarah ini akan digunakan dalam keseharian mereka sampai satu tahunmuker-2 kedepan.

Sabtu malam (10/9) Gedung Baru Shigor (GBS) lagi-lagi keluar sebagai asrama yang terbaik di ajang perlombaan antar rayon, kali ini mereka berhasil meraih juara umum dalam penyelenggaraan  acara musyawarah kerja rayon, acara yang diselenggarakan di Gedung Robithah ini melibatkan seluruh santri dari 21 asrama yang berbeda beserta para pembimbing dari tiap-tiap asrama. Nampak terlihat semangat yang berkobar dari tiap asrama dalam menjalankan musyawarah kerja ini, mereka berlomba-lomba menjadikan asrama mereka keluar sebagai yang terbaik dalam penyelenggaraan Muker ini, namun tujuan awalah yang harus diperhatikan yaitu menjalankan hasil musyawarah yang telah disepakati dalam musyawarah ini. rosikh

Drama 4 Sintesa Meriahkan Acara Sidasa Band

0

DARUSSALAM – Acara demi acara yang terlehat di BPPM terlaksana sudah, Sidasa Band pun akhirnya menjadi penutup rentetan acara Khutbatu-l-‘arsy yang dipanitiai santri kelas 3 intensif dan 4 Kulliyatu-L-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI). Dengan bertemakan Aligarh yang diteladani kemodernannya, acara ini membawakan unsur kemodernan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), yaitu dengan menampilkan beberapa pertunjukan seperti : Nasyid, Pantomim, Band, Acrobatic, Seni Bela Diri dan Drama 4 Sintesa.

                Senin malam (8/9), terlihat antusias para penonton yang memenuhi balai pertemuan menungggu acara Sidasa Band ini dimulai, Drama 4 Sintesa pun menyelingi tiap penampilan pada acara ini, menggambarkan nila-nilai kemodernan, keteladanan kiai, waqaf pondok serta kedamaiannya yang mewarnai kehidupan santri gontor dalam kesehariannya. Rayon yang keluar sebagai juara kali ini adalah saudi 3 lt.1, meski dengan jumlah mereka yang lebih sedikit dari asrama lainnya mereka bisa meraih juara mengalahkan rayon santri baru yang jumlahnya lebih banyak, membuktikan bahwa kualitas lebih utama dari kuantitas dan kesungguhan dapat mewujudkan segalanya.

Acara ini dihadiri oleh Bapak Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor K.H. Hasan Abdullah Sahal dan dibuka oleh Al-Ustadz H. Suraji Badi’, dan diakhiri dengan pembagian hadiah kepada para pemenang lomba Khutbatu-l-‘Arsy. rosikh

Terima Kasih Ayah, Kami Bangga Menjadi Bagian dari Sejarah ini (Bag. 2-selesai)

0

Usai rentetan perlombaan tadi, belum usai juga seluruh tugas kami. Masih ada latihan DASS, Workshop Marching Band, dan Jambore. Karena Jambore digelar di Gontor Kampus 2, tak banyak pengalaman yang kami rasakan di dalamnya, terkecuali para pesertanya. Adapun yang paling berkesan bagi kami adalah latihan DASS. Jikalau Drama Arena hanya untuk kelas 5, Panggung Gembira hanya untuk para santri selain kelas 5, maka DASS, diperuntukkan bagi semua santri dan guru, muda maupun tua. Hampir seribu orang diizinkan meninggalkan beberapa jam pelajaran demi menggelar latihan. Dan hasilnya cukup manis, kami berhasil menampilkan sesuatu yang belum pernah khalayak ramai tonton. Kami sungguh bahagia. Sekali lagi, terima kasih Ayah.

Selesai seluruh rentetan kegiatan Santri, rasanya Pondok sudah beranjak normal kembali. Saat itu kami mendengar bahwa Presiden belum pasti datang. Meski pada akhirnya, dua hari sebelum hari H, kami kembali dikumpulkan untuk menggelar gladi penyambutan. Berarti, Pak Presiden, Pak Joko Widodo, pasti datang. Seluruh rentetan prosedur protokoler dan pengamanan kembali digelar.

Namun untuk yang ketiga kali ini, kami tak terlalu asing dengan cara penyambutan ini. Kami sudah tahu, kami sudah berpengalaman. Tak perlu diajari, rasanya kami sudah siap dengan proses penyambutan rumit ini. Mulai dari penyebaran pagar betis, pengadaan Paskibra dan Marching Band, penempatan santri, memasuki metal detector, pasukan militer yang berdiri sebagai ‘tirai’ di depan kami, hingga penertiban bangku dan meja, kami sudah hafal semuanya.

Hingga akhirnya, puncak kegiatan itu datang juga. Tepatnya tanggal 19 September 2016. Hari bersejarah bagi kami. Hari maha penting bagi kami. Presiden ke-7, Pak Joko Widodo hadir tepat di tengah-tengah kami. Ini seperti mimpi. Orang yang selama ini hanya hadir di televisi, kini benar-benar nyata di depan mata kami. Rasa bangga dan haru menyelimuti kami. Tak hanya Presiden, menteri-menteri, pejabat-pejabat penting, hingga petinggi militer yang selama ini kami melihat di televisi, kini berada tepat di depan kami.

Entah kami duduk di kelas berapa pun, sebagai santri, kami sangat bangga menjadi bagian dari Peringatan ini. Kami bangga menjadi bagian dari Pondok ini. Kami sungguh bangga menjadi santri Pondok ini. Terlebih saat Presiden mengatakan, “Terima kasih karena di Indonesia, ada Pondok Modern Darussalam Gontor.” Tangis kami tumpah ruah, terharu dengan apresiasi orang nomor satu di negeri kami terhadap Pondok.

Hingga suatu saat nanti, akan kami ceritakan kisah ini kepada generasi-generasi selanjutnya. Saat kami menjadi guru nanti, kami akan berkisah kepada para santri. “Nak, dulu Ustadz masih merasakan Peringatan 90 tahun. Saat itu kami……,” cerita kami sulit untuk disembunyikan dan ditutupi di depan para santri.

Sekali lagi. Terima kasih Ayah, kami bangga menjadi bagian dari sejarah ini. Ayah kami, Pondok Modern Darussalam Gontor.Binhadjid

“Terima Kasih Ayah, Kami Bangga Menjadi Bagian dari Sejarah ini” (Bag. 1)

0

Tanpa terasa Peringatan 90 Tahun Gontor telah berlalu. Suka duka kami lewati dengan kebersamaan. Kami merasa sangat bangga telah menjadi bagian dari Peringatan ini, kami sungguh bahagia menjadi bagian dari sejarah ini. Sejarah Peringatan 90 Pondok Modern Darussalam Gontor. Peringatan kesepuluh yang digelar oleh Pondok tercinta kami.

Rasanya sebulan ini adalah sebulan yang sungguh berarti bagi kami. Dari kulitnya saja kami tampak sering meninggalkan ruang kelas untuk berbagai kegiatan di sana sini. Sebagai santri, kami sangat disibukkan dengan kegiatan Peringatan 90 tahun, khususnya dengan kedatangan tiga tamu maha penting ke Pondok kami.

Berawal dari Grand Syeikh Al-Azhar, Ahmad Thayyib. Awalnya, kami tak tahu banyak tentang apa dan siapa beliau. Perlahan kami menelaah, ternyata beliau adalah Pemimpin tertinggi Universitas Al-Azhar, sebuah lembaga pendidikan yang kami idam-idamkan sejak dulu, sekaligus menjadi sintesa Pondok kami. Beberapa hari kami disibukkan dengan persiapan penyambutannya, hingga kami juga meninggalkan ruang kelas. Namun, betapa hari itu kami mendapat pelajaran berharga. Pelajaran bagaimana merajakan tamu. Pelajaran penting, bahwa Pondok kami, teramat profesional dan terlatih dalam menyambut tamu sehebat apapun.

Pun juga saat kedatangan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla. Lagi-lagi kami disibukkan dengan banyak persiapan. Termasuk gladi yang digelar berkali-kali. Sekilasnya saja persiapan tersebut adalah bagian dari prosedur Pondok menerima tamu negara. Namun sejatinya, Pondok sedang mendidik kita. Pondok sedang mengajari kita bagaimana ikromu adh-dhuyuf (menerima tamu). Satu pelajaran penting yang juga diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kami melihat betapa banyaknya tentara dan polisi yang berlalu lalang di sekitaran Pondok. Kendaraan-kendaraan mewah dari protokoler istana, provinsi, dan daerah, serta kendaraan militer dari mobil tentara hingga Panser ‘Anoa’, juga dikerahkan mengamankan Pondok kami. Kami sungguh bangga melihat betapa besar perhatian Negara terhadap Pondok kami. Meski hanya sehari dua hari, namun kami sangat bangga dengan Pondok ini. Kami semakin cinta dan rindu terhadap Pondok ini.

Dalam bulan Peringatan ini digelar, kami sangat disibukkan dengan banyaknya kegiatan Divisi Santri. Sebagian dari kami mengikuti acara Pekan Olahraga dan Seni, Olimpiade Sains, Gontor Music Festival, Cerdas cermat, dan Haflah Tilawah al-Qur’an. Selama hari-hari itu, kegiatan belajar mengajar di kelas kami sedikit terganggu. Hingga kelas-kelas kami digabung, agar tenaga pengajar menjadi efektif dan efisien.

Ditambah lagi dengan latihan Darussalam All Star Show (DASS), ruang kelas kami menjadi semakin kosong tiap paginya. Hanya setengah atau bahkan seperempat kelas yang hadir. Namun di situ baru kami sadari, bahwa ini semua ada pelajaran yang tak dapat kami lihat dari kulitnya. Apa yang kami lakukan, apa yang dilombakan, apa yang dipentaskan, hingga persiapan untuk menuju hari H, adalah pendidikan mahal dari Pondok untuk kami. Jadi meski kami sering absen di kelas, namun kami tak pernah ketinggalan ‘pelajaran’.

DASS, Sebuah Pentas yang Layak Dikenang Sejarah

0

GONTOR – Kamis (8/9) malam lalu, santri dan guru Pondok Modern Darussalam Gontor telah menggelar pagelaran seni akbar Darussalam All Star Show (DASS). Pertunjukkan seni ini dikemas dengan prinsip out of the box alias dikemas dengan cara baru dan belum pernah ada pada pertunjukkan seni manapun di Gontor. Tentunya perhelatan DASS ini akan menjadi rujukan bagi pelaksanaan acara Drama Arena dan Panggung Gembira untuk generasi-generasi selanjutnya.

Kemegahan background Darussalam All Star Show.
Kemegahan background Darussalam All Star Show.

Acara Darussalam All Star Show yang digelar untuk menyemarakkan Peringatan 90 tahun Gontor ini memiliki lima acara inti, yang kelimanya adalah manifestasi dari Panca Jiwa Pondok Modern Darussalam Gontor. Kelima acara itu adalah Drama Musikal yang melambangkan ‘Keikhlasan’, Musikalisasi Puisi yang menunjukkan ‘Kesederhanaan’, Fabel yang menggambarkan ‘Berdikari’, Tari Kombinasi yang mengarah pada ‘Ukhuwah Islamiyah’, dan Drama Komedi yang mengemas ‘Kebebasan’.

Kelima acara tersebut sangat menghibur. Selain karena kualitas yang dimiliki para peserta penampilan, seluruh penampilan inti tersebut, kecuali Tari Kombinasi, dikemas live, sehingga member kesan menyentuh lebih dalam. Dimulai dari Drama Musikal yang menceritakan kisah Trimurti Pendiri Gontor dikejar oleh PKI, setiap adegan di dalamnya, diberi sentuhan musik dan lagu live. Para pemeran pun, selain berakting, mereka juga bernyanyi. Satu level kemampuan seni tingkat tinggi yang memerlukan seniman berkualitas.

Dilanjutkan dengan Musikalisasi Puisi yang menokohkan “Mukidi”, satu sosok yang sedang viral di dunia media sosial. Karena tokoh humor, maka penampilan puisi pun didesain jenaka dan lucu, sehingga membuang jauh kesan membosankan yang biasa dilabelkan pada acara-acara puisi di panggung-panggung sebelumnya. Penampilan puisi memuncak saat jargonnya dibacakan dan tertera dalam sebuah banner besar, “Gontor bukanlah sekedar nama tempat. Ia adalah ide dan cita-cita.” Jargon ini mengundang tepuk tangan riuh dari para penonton.

Drama Musikal, sebuah penampilan berkelas di Darussalam All Star Show.
Drama Musikal, sebuah penampilan berkelas di Darussalam All Star Show.

Dilanjutkan dengan Fabel yang menceritakan kisah para penduduk ‘Hutan Khatulistiwa’ yang melawan penjajahan terselubung dari para penduduk ‘Hutan Bento’. Namun dalam fabel, para tokoh dijelmakan dalam bentuk hewan-hewan yang lucu. Sehingga penampilan ini dapat dinikmati oleh semua umur. Satu hal yang menunjukkan kualitas acara ini, adalah kehebatan para pengisi suara dalam membawa arah jalan cerita sehingga menarik. Terutama pengisi suara kancil, yang di mana mampu menyihir para penonton sehingga tanpa terasa alur cerita berjalan hingga akhir.

Selain ketiga acara itu, ditambah Tari Kombinasi dan Drama Komedi sebagai acara inti, masih ada puluhan acara lain yang tak kalah berkualitas. Seperti halnya Puzzle Painting, Choir, beragam tarian daerah, Triplehard Style, Diabolo Yoyo, Sulap, beragam penampilan musik, Soneta, dan bermacam penampilan lain yang tentunya sangat menarik.

Acara diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan dari Ketua Panitia kepada Pimpinan Pondok, dan dilanjutkan dengan lagu berjudul ‘Kemesraan’.binhadjid

 

Resepsi Kesyukuran Tutup Rentetan Peringatan 90 Tahun Gontor

0

GONTOR – Resepsi Kesyukuran 90 tahun Gontor yang digelar pada Senin (19/9) pagi, menutup serangkaian rentetan kegiatan Peringatan 90 tahun Pondok Modern Darussalam Gontor. Resepsi kesyukuran yang dihadiri oleh Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo tersebut berlangsung khidmat dan semarak. Selain menyampaikan sambutan kenegaraan, Presiden Jokowi juga meresmikan Gedung Utama Universitas Darussalam dan meletakkan Batu Pertama Pembangunan Menara Baru Masjid Jami’ Gontor.

Kyai Hasan memimpin doa bersama usai Peletakan Batu Pertama Menara Baru Masjid Jami' Gontor oleh Presiden RI
Kiai Hasan memimpin doa bersama usai Peletakan Batu Pertama Menara Baru Masjid Jami’ Gontor oleh Presiden RI.

Dengan demikian, usai sudah Peringatan 90 tahun Pondok Modern Darussalam Gontor yang digelar dalam waktu 29 hari tersebut. Dalam kurun waktu satu bulan itu, ada 57 acara yang digelar oleh Panitia. Guna mempermudah pelaksanaan, Panitia membagi dalam lima divisi, yaitu Kegiatan Santri, Kegiatan Kemasyarakatan, Kegiatan IKPM, Kegiatan Unida, dan Kegiatan Gontor Putri.

Dibandingkan 9 peringatan sebelumnya, kali ini, acara yang digelar jauh lebih banyak. Selain karena cakupan Pondok yang semakin luas, yakni memiliki 20 kampus, jumlah santri dan jumlah alumni Gontor di usia 90 tahun, jauh lebih banyak dibanding saat Gontor menggelar Peringatan-peringatan sebelumnya.

Pertemuan Presiden RI dengan Pimpinan Pondok dalam Kantor Pimpinan.
Pertemuan Presiden RI dengan Pimpinan Pondok dalam Kantor Pimpinan.

Ini semua semata-semata sebagai bentuk kesyukuran kepada Allah SWT atas keberkahan yang terus menerus diberikan kepada Gontor. Semoga keberkahan tersebut selalu berkesinambungan hingga akhir masa. binhadjid

Presiden RI: Terima Kasih, Gontor

0

whatsapp-image-2016-09-19-at-10-42-54-amGONTOR–Gebyar Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor selama sebulan penuh berjalan lancar dan sukses. Setelah diawali dengan Sujud Syukur bersama Wakil Presiden Republik Indonesia (RI), Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, di bulan Agustus 2016 lalu, acara peringatan diakhiri dengan Resepsi Kesyukuran di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM), Senin (19/9) pagi. Pada puncak Peringatan 90 Tahun Gontor ini Presiden Republik Indonesia (RI), Ir. H. Joko Widodo berkenan hadir didampingi Ibu Negara Hj. Iriana Joko Widodo, disertai sejumlah menteri dan pejabat negara lainnya.

Di antara para pejabat yang ikut serta ke Gontor mendampingi Bapak Presiden RI tampak Juru Bicara Kepresidenan RI, Johan Budi Sapto Prabowo. Selain itu, turut hadir Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Dr. (HC). H. Zulkifli Hasan, S.E., M.M., Sekretaris Kabinet RI, Dr. Ir. Pramono Anung Wibowo, M.M., Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Puan Maharani, Menteri Agama RI, Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin, dan Wakil Ketua MPR RI, Dr. H. Muhammad Hidayat Nur Wahid, M.A. Tidak ketinggalan Gubernur Jawa Timur, Dr. H. Soekarwo, S.H., M.Hum., yang meluangkan waktunya hadir kembali bersama Bupati Ponorogo, Drs. H. Ipong Muchlissoni.

Sebelum bersilaturahim dengan seluruh Keluarga Besar Pondok Modern Darussalam Gontor dalam acara Resepsi Kesyukuran 90 Tahun, Bapak Joko Widodo, yang tiba bersama rombongan kepresidenan menggunakan tiga buah helikopter, menyempatkan diri untuk meresmikan Gedung Utama Universitas Darussalam Gontor. Gedung ini difungsikan sebagai pusat kegiatan perkuliahan dan perkantoran. Setelah peresmian, Ia sempat menyalami para mahasiswa dan menanyakan daerah asal mereka. Bapak Presiden mengaku terkejut, ternyata santri-santri atau mahasiswa Gontor berasal dari Sabang sampai Merauke, bahkan ada yang berasal dari luar negeri.

“Alangkah membanggakannya, ternyata di Indonesia ada pesantren yang tidak hanya bersifat nasional, tapi juga internasional,” ungkap Bapak Presiden RI waktu menyampaikan sambutannya di acara Resepsi Kesyukuran.

Ia juga mengungkapkan rasa terima kasih kepada Pondok Modern Darussalam Gontor atas kontribusinya terhadap bangsa dan negara. “Saya ingin berterima kasih karena di Indonesia ada Gontor,” kata Bapak Joko Widodo di hadapan seluruh Keluarga Besar Pondok Modern Darussalam Gontor dan para tamu undangan.

Kehadiran Presiden RI di penutup acara Peringatan 90 Tahun melengkapi rasa syukur Pondok Modern Darussalam Gontor di usianya yang sudah mendekati satu abad ini. Pimpinan Pondok, K.H. Hasan Abdullah Sahal mengucapkan selamat datang kepada Bapak Presiden RI dan berterima kasih atas kesediaannya berkunjung ke Gontor. Kunjungan Presiden Joko Widodo ini melengkapi deretan semua Presiden RI yang sudah lebih dahulu menginjakkan kaki di Gontor dimulai Presiden Soekarno. Dengan demikian, patut disyukuri karena tak satu pun Presiden RI yang belum pernah bersilaturahim ke Gontor.

“Kehadiran Bapak Presiden RI ke Gontor sangat membesarkan hati kami dan hati anak-anak kami. Kami bersyukur pondok kami masih layak dikunjungi presiden, karena presiden-presiden sebelumnya juga telah berkunjung ke sini, dari presiden pertama, Bapak Soekarno, hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,” kata Ustadz Hasan.

Di dalam sambutannya, Ustadz Hasan kembali menegaskan tekad Gontor untuk berjuang mendidik umat dan bangsa Indonesia agar mulia di mata Allah dan di mata bangsa-bangsa lain, sesuai dengan tema yang diusung pada peringatan kali ini, “Gontor Mengestafetkan Nilai-nilai Perjuangan untuk Kemuliaan Umat dan Bangsa”. Gontor juga akan terus berkomitmen bersama pemerintah memperjuangkan bangsa agar terbebas dari penjajah dan penjajahan.

Setelah Resepsi Kesyukuran, Presiden Joko Widodo mendapat kehormatan untuk meletakkan batu pertama pembangunan menara baru yang terletak di sebelah utara Masjid Jami‘. Peletakan batu pertama juga dilakukan Bapak Zulkifli Hasan, Bapak Pramono Anung, Bapak Hidayat Nur Wahid, Bapak Lukman Hakim Saifuddin, dan terakhir Pimpinan Pondok K.H. Hasan Abdullah Sahal. Menara baru ini ditargetkan selesai pada tahun 2018 nanti. Semoga Allah senantiasa memberkahi pondok kita. shah wa

Menara Masjid Jami’ Kado Istimewa 9 Dekade Pondok Modern Darussalam Gontor

0

whatsapp-image-2016-09-11-at-6-10-55-am-8GONTOR–Senin ini, 19 September 2016, menjadi hari terakhir sekaligus puncak acara Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor yang dibuka dengan Sujud Syukur Bersama Wakil Presiden RI, Drs. H. Muhammad Jusuf Kalla, pada tanggal 20 Agustus 2016 lalu. Kali ini, Presiden RI, Ir. H. Joko Widodo, berkenan hadir mengikuti acara penutup berupa Resepsi Kesyukuran 90 Tahun Gontor. Pada hari itu pula, Bapak Presiden RI berkesempatan meletakkan batu pertama pembangunan menara baru Masjid Jami’ Pondok Modern Darussalam Gontor.

Menara baru tersebut merupakan kado istimewa untuk pondok tercinta di Peringatan 90 Tahun ini. Betapa tidak, Gontor sudah lama berencana merenovasi menara lamanya yang berdiri tegak di sebelah utara Masjid Jami’ itu, bahkan sudah merancang menara baru untuk menggantikannya. Akhirnya, Peringatan 90 Tahun Gontor ini menjadi momen yang paling tepat untuk memulai pembangunannya.

Menara lama memang sudah tua seusia masjidnya. Masjid Jami’ yang selesai dibangun bersama menaranya menjelang akhir tahun 70-an itu sudah hampir berusia setengah abad. Pembangunan masjid dimulai pada tahun 1969 oleh Panitia Pelaksana Pembangunan Masjid yang dibentuk K.H. Ahmad Sahal dan K.H. Imam Zarkasyi dengan diketuai oleh Ustadz Abdullah Mahmud. Sedangkan peresmian masjid yang diarsiteki secara sukarela oleh Ir. H. Muhammad Suyuthi, Direktur PT Adhi Karya Jakarta, tersebut diadakan pada tanggal 2 Maret 1978 silam, sebagai bagian dari acara puncak Peringatan Setengah Abad Pondok Modern Darussalam Gontor. Waktu itu, Presiden Soeharto berkenan memenuhi undangan Gontor untuk menghadiri acara sekaligus meresmikan Masjid Jami’ bersama sejumlah menteri dan duta besar negara-negara Islam.

14409619_1184548964945166_4731184905135685440_o
Lokasi Peletakan Batu Pertama Menara Baru

Walaupun sudah memasuki masa usia setengah abad, Masjid Jami’ tetap tampak kokoh. Beberapa tahun yang lalu, Masjid Jami’ dipercantik dengan kubah barunya yang lebih artistik dan futuristik. Beberapa bagian masjid dipugar dan diperbagus, termasuk pagar di sekelilingnya, sekaligus tangga bagian depan-belakang dan kanan-kirinya. Kini, tampaklah Masjid Jami’ nan gagah dengan “wajah” barunya yang megah dan menawan. Namun, jika dicermati, masih terlihat janggal karena menara di sampingnya belum mendapat polesan apapun, tak selaras dengan kubah barunya yang indah. Memang, menara itu masih menantikan penggantinya. Maka, dengan adanya acara Peletakan Batu Pertama oleh Presiden RI Joko Widodo pada puncak Peringatan 90 Tahun Gontor, Senin (19/9) pagi, pembangunan menara baru resmi dimulai tahun ini.

Menara baru Masjid Jami’ yang akan dibangun tersebut diarsiteki oleh Pak Slamet, alumnus Gontor asal Ponorogo yang dahulu berpengalaman sebagai staf Pembangunan Gontor. Namun, saat ini ia berdomisili di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura dengan menjadi guru tetap di sana. Ceritanya, Ia bersama Ustadz Abdullah Mahmud dikirim dari Gontor untuk membantu proyek pembangunan Masjid Al-Amien. Setelah selesai, Ustadz Mahmud kembali ke Gontor, sedangkan Pak Slamet menetap di sana. Ustadz Mahmud sendiri hingga akhir hayatnya di Gontor mendapat amanah sebagai Ketua II Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor sekaligus Ketua Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Modern (YPPWPM).

“Ketika pembangunan Masjid Al-Amien, Pak Slamet dikirim ke Madura bersama Ustadz Mahmud. Ternyata, setelah proyek pembangunan masjid tersebut selesai, beliau disuruh menikah dan menjadi guru di sana,” cerita Ustadz Dedi Mulyanto, salah satu penanggung jawab pembangunan menara masjid, beberapa hari yang lalu, Jum‘at (16/9), saat menjelaskan rancangan menara baru Masjid Jami’ yang akan dibangun.

Masjid Jami' dengan Menara Lamanya
Masjid Jami’ dengan Menara Lamanya

Menurut Ustadz Dedi, menara baru dirancang dua kali lipat lebih tinggi dari menara lama. Menara lama yang mulai dibangun pada tahun 1977 itu hanya setinggi 45 meter, sedangkan menara baru direncanakan mencapai tinggi 90 meter. Selain itu, menara baru ini akan dilengkapi bangunan dasar berlantai tiga seluas 11 x 11 meter persegi. Lantai pertama diproyeksikan untuk kantor, lantai kedua akan digunakan untuk perpustakaan, sedangkan lantai ketiga rencananya akan difungsikan sebagai ruang studio rekaman atau studio radio Suara Gontor (Suargo) FM. Namun, kata Ustadz Dedi, ada juga rencana digunakan untuk kelompok pembelajaran Al-Qur’an Jam‘iyyatul Qurra’ (JMQ). Pastinya, fungsi ketiga lantai itu nantinya tergantung keputusan Pimpinan Pondok setelah proyek pembangunan menara selesai–ditargetkan–pada tahun 2018 mendatang.

Keberadaan menara sebagai pelengkap bangunan masjid sudah menjadi simbol peradaban Islam. Bentuk arsitektur yang paling strategis dan terbaik sebagai penanda kehadiran dan keberadaan Islam di suatu tempat adalah menara. Sebagai bagian dari simbol peradaban, menara dibangun umat Islam lantaran memiliki fungsi yang amat penting, yakni sebagai tempat untuk mengumandangkan adzan. Dalam sejarah peradaban Islam, selain sebagai tempat untuk adzan, beberapa menara yang dibangun juga berfungsi sebagai mercusuar atau menara pengintai. Karena itulah, sebagai lembaga pendidikan Islam yang mengemban misi dakwah Islamiyyah, menara menjadi salah satu identitas keislaman yang patut dilestarikan di Pondok Modern Darussalam Gontor. shah wa