Sebelum memahami karya-karya yang dihasilkan KH. Imam Zarkasyi, barangkali layak kiranya jika terlebih dahulu memahami sedikit banyak pemikiran beliau tentang makna karya. Karya, dalam pandangan K.H. Imam Zarkasyi, secara mendasar dihubungkan dengan prinsip amal jariyah yang membawa manfaat kepada orang lain. Semakin besar manfaat karya seseorang semakin besar nilai amal jariyah dari karya itu. Sehingga, karya yang bermanfaat merupakan salah satu bentuk ibadah dan realisasi ketakwaan serta menjadi ukuran kebesaran seseorang.
Seperti yang selalu menjadi tekadnya ketika mulai merintis sistem pesantren modern, beliau mengatakan, “Apabila saya tidak berhasil mengajar memalui pesantren, maka saya akan mengajar dengan pena.” Hal ini menunjukan bahwa karya, dalam pandangan K.H. Imam Zarkasyi , merupakan amal yang bermanfaat bagi orang lain, bisa berupa keberhasilan anak didiknya atau hasil karya tulis.
Pernah terjadi dialog antara K.H. Imam Zarkasyi (Kyai) dan salah seorang mantan anak didiknya (santri):
Kyai : Kamu sudah mengajar?
Santri : Belum.
Kyai : Mati, kamu!
Lalu disambung lagi.
Kyai : Sudah menulis atau menterjemahkan buku?
Santri : Belum.
Kyai : Mati kamu!
Kemudian disambung lagi.
Kyai : Sudah kawin?
Santri : Belum!
Kyai : Mati, kamu!
K.H. Imam Zarkasyi dalam dialog tersebut mengingatkan santrinya, bahwa dalam hidup ini seorang hendaknya berkarya. Mengajar, menulis, atau menterjemahkan buku, berarti ia menyebarkan ilmu, dan itulah karya.
Karya yang bermanfaat seringkali beliau jadikan sebagai ukuran orientasi dan target seseorang ketika memilih suatu bidang kehidupan. Pernah ada salah seorang santri meminta izin untuk menjadi lurah. Pertanyaan yang pertama diajukan beliau adalah apa karya yang bermanfaat (amal jariyah) yang akan disumbangkan untuk masyarakatnya sebagai seorang lurah kelak.
Bagi beliau, Seorang santri yang mengajar mengaji satu atau dua orang dengan ikhlas di surau, di tengah hutan, adalah orang besar, karena ia telah berkarya dan bermanfaat bagi orang lain di tengah hutan, yang mungkin orang lain belum tentu mau untuk melakukannya.
Bahkan hakikat ijazah seorang santri, bagi beliau, adalah pengakuan masyarakat terhadap karyanya yang bermanfaat di tengah-tengah mereka.
Itulah pokok-pokok pikiran K.H. Imam Zarkasyi tentang karya seseorang. Atas dasar pokok-pokok tersebut, K.H. Imam Zarkasyi telah meninggalkan karya-karya besar lagi bermanfaat sampai detik ini. Beberapa diantara banyak dari kalangan pendiri dan pimpinan pondok pesantren, baik salaf atau modern, kalangan pemikir, cendikiawan, dan politisi, dari kalangan pengusaha, entrepreneur, dan manajer. Beberapa diantaranya juga adalah tokoh-tokoh yang tidak dikenal, dan barangkali tak suka dirinya ditonjol-tonjolkan, yang bekerja dengan gigih dan ikhlas, yang karyanya amat besar dan bermanfaat di tengah-tengah masyarakat, yang bisa jadi lebih besar dari karya para tokoh masyarakat lainnya.
Adapun karya beliau dalam bentuk tulisan, diantaranya adalah;
- Durus al-Lugah al-‘Arabiyyah I dan II, merupakan buku pelajaran bahasa Arab Dasar dengan sistem Gontor;
- Kamus Durus al-Lugah al-Arabiyyah I dan II;
- Al-Tamrinat I, II dan III, merupakan buku latihan dan pendalaman qawa’id (kaidah-kaidah tata bahasa), uslub (gaya bahasa), kalimat, dan mufradat (kosa kata);
- Dalil al-Tamrinat I, II dan III;
- Amtsilah al-Jumal I dan II, merupakan buku yang berisi contoh-contoh I’rab dari kalimat lengkap yang benar;
- Al-Alfazh al-Mutaradifah, buku tentang sinonim beberapa kata dasar bahasa Arab.
- Qawa’id al-Imla, buku tentang kaidah-kaidah penulisan bahasa Arab secara benar;
- Pelajaran Membaca Huruf Arab I A, I B, dan II, dalam bahasa Jawa;
- Pelajaran Tajwid, dalam bahasa Indonesia, buku pelajaran tentang kaidah membaca Al-Qur’an secara benar;
- Ilmu Tajwid, dalam bahasa Arab, lanjutan pelajaran tentang kaidah membaca Al-Qur’an secara benar;
- Bimbingan Keimanan, buku pelajaran aqidah untuk tingkat dasar bacaan anak-anak;
- Ushuluddin, buku pelajaran akidah ahlusunnah wal jama’ah untuk tingkat menengah dan tingkat lanjutan;
- Pelajaran Fiqih I dan II, buku pelajaran fiqh tingkat menengah dan dapat dipergunakan untuk praktik beribadah secara praktis dan sederhana bagi pemula;
- Senjata Pengandjoer, ditulis bersama kakak kandungnya, K.H. Zainuddin Fanani;
- Pendoman Pendidikan Modern;
- Kursus Agama Islam ditulis bersama kakaknya, K.H. Zainuddin Fanani;
- Beberapa makalah dan pokok pikiran, yang bisa dibaca pada bagian II: Pikiran dan Gagasan K.H. Imam Zarkasyi.
Lihat buku K.H. Imam Zarkasyi dari Gontor Merintis Pesantren Modern, 1996
Rewritten by elfah on Saturday, November 23, 2013, at Secretary Office.