Mantingan—Barisan santriwati yang berbondong mengenakan atribut sholat tampak memenuhi Jalan Nusantara, terus mempercepat langkah menuju rayon, mempersiapkan muwajjah malam, demi mendapatkan tempat yang dirasa cocok untuk berjibaku dengan buku. Belum seperempat jam berlalu, jalan utama yang memiliki lebar sekitar 10 meter itu sudah dipenuhi oleh santriwati dari berbagai angkatan. Saling berebut udara, mengeraskan suara, demi mendapatkan totalisme dalam belajar.
Begitu yang dirasa selama 5 hari terakhir. Mileu belajar yang panas oleh Masa Ujian Lisan Akhir Tahun Periode 1438/1439 H kembali dirasa oleh seluruh penduduk kampung damai Darussalam Gontor Putri Kampus 2. Ujian Lisan yang mana serempak diadakan di seluruh cabang Pondok Modern Darussalam Gontor di Indonesia memiliki 3 materi yang diujikan, yakni Bahasa Arab, Bahasa Inggris, serta Al Qur’an dan Ibadah Harian
Tak ada yang tersusun tanpa persiapan yang matang. Begitulah Gontor dalam merangkai seluruh agendanya. Semua agenda harus berjalan dengan sempurna. Dengan itu, demi berjalannya Ujian Lisan Akhir Tahun 1438/1439 H di Kampus 2, tepat pada Selasa, 16 Rajab 1439 H/ 3 April 2018 Aula Pertemuan Gedung Beirut menjadi saksi bisu atas Pengarahan dan Pembagian Tugas Ujian Lisan Akhir Tahun 1438/ 1439 H. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini Al-Ustadz H. Umar Said Wijaya, S.Ag. menghimbau untuk mengadakan pengarahan dan pembagian di tempat yang berbeda dengan kelas 6 demi meningkatkan interpretasi asatidz dan ustadzah dalam memahami makna dari Ujian Lisan, yakni Aula Pertemuan Beirut bagi Asatidz dan Ustadzah serta Serambi Gedung Damaskus bagi kelas 6. Setelah pengarahan usai, barulah perkumpulan dilanjutkan ke Serambi Gedung Damaskus untuk pembagian tugas Ujian Lisan.
Tak usai di Selasa malam, perkumpulan diadakan kembali demi menyamakan persepsi pemahaman atas pengarahan yang sudah dilalui sebelumnya. Para asatidz dan ustadzat serta seluruh kelas 6 dengan tugas yang sudah diemban dikumpulkan kembali demi pematangan pemahaman yang ada. Karena bagaimanapun, semua harus dilakukan ping sewu, mengutip pada apa yang dikatakan oleh Trimurti, demi menghindari kebocoran-kebocoran yang naasnya akan mengurangi ozon keberkahan, nauzubillah.
Begitulah Gontor mendidik santri dan santriwatinya, yakni bagaimana mendidik para pendidik, hingga semua tingkatan dapat mengemban amanah dengan bijak dan mampu mempertanggungjawabkannya. Dengan tugas pula, seluruh penduduk kampung damai dididik dengan bagitu hebatnya, hingga tercipta kelak, keadaan kondusif yang mampu melahirkan generasi terpercaya yang dapat menjunjung nama agama dan bangsa.
—noorajavi