Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. turut memberikan sambutan dalam acara yang membahas permasalahan Islam kontemporer ini. Dalam sambutannya, beliau menyinggung isu “Desakralisasi Al Qur’an” yang memang mulai marak berkembang saat ini. Proyek yang mengaburkan kesucian Kitabullah ini memang termasuk salah satu tema pokok dalam liberalisasi Islam. Dengan mengikuti tradisi kajian Al Qur’an model orientalis, sejumlah pemikir liberal tampak berusaha keras meyakinkan kaum Muslim, bahwa Al Qur’an bukanlah sebuah kitab suci, tetapi kitab yang dianggap suci. Hal senada juga disampaikan Tuan Guru Sofwan Hakim, ketua Forum Kerjasama Pesantren se-NTB saat memberikan sambutan.
Untuk itu, menurut Adian Husaini yang juga menjadi pembicara dalam seminar tersebut, bahkan ada yang berusaha keras menulis artikel untuk membuat kaum Muslim ragu-ragu terhadap kebenaran dan keotentikan Al Qur’an. Orang itu mencoba meyakinkan, bahwa Al Qur’an adalah kitab biasa-biasa saja, yang juga mengandung banyak kekurangan seperti kesalahan secara tata bahasa. Tentu saja, usaha yang dilakukannya itu hanyalah pekerjaan sia-sia yang tidak memberikan manfaat sedikit pun bagi yang bersangkutan. Meskipun si penulis mendapatkan imbalan tertentu di dunia. Tapi, sebenarnya dia tidaklah mendapatkan keuntungan apa-apa.
Selain itu, Gubernur NTB yang juga kandidat doktor ilmu Tafsir di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, bahkan menguraikan cukup panjang sejarah serangan kaum orientalis terhadap Islam, termasuk terhadap Al Qur’an. Ia menunjukkan sejumlah contoh kesungguhan dan kesabaran para orientalis dalam menyerang Islam. ”Sehingga dalam pertarungan ini, siapa yang lebih sabar, dialah yang akan menang,” ujarnya seraya mengajak para peserta seminar untuk meningkatkan kesabaran dalam berjuang menegakkan kalimatullah di muka bumi.
Tampaknya, bagi para ulama dan tokoh Islam di NTB, isu liberalisasi Islam sudah cukup akrab dengan mereka. Mereka mengakui, sejumlah masalah yang dibahas dalam seminar sudah terjadi juga di daerah mereka, meskipun dalam skala yang belum masif seperti di sejumlah kota di Pulau Jawa. Salah satu masalah yang sudah mulai dilontarkan kaum liberal di NTB adalah soal ”Desakralisasi Al Qur’an” seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Ada seorang tokoh di antara peserta seminar yang mengaku sempat berdiskusi dengan seorang mahasiswa IAIN Mataram. Mahasiswa ini bertanya kepadanya, ”Apakah Al Qur’an itu benar-benar suci atau dianggap suci?” Mendengar pertanyaan konyol itu, Pak Adian Husaini menjawab dengan agak bercanda, ”Tanyakan pada si mahasiswa, apakah dia benar-benar manusia atau dianggap manusia?” Demikianlah, hasil upaya kaum liberal untuk mengikis keimanan kaum Muslim di berbagai tempat. Salah satunya adalah dengan menistakan Al Qur’an, pegangan kokoh kaum Muslim di seluruh dunia.