Date:

Share:

PPKA: Membangun Integritas Warga Pondok

Related Articles

integritas santri dan guru pesantrenDi usianya yang ke 87 tahun, Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor terus mengalami perkembangan. Tercatat sudah 12 kampus putra dan 7 kampus putri telah didirikan di seluruh Indonesia. Kesemuanya mendapat perhatian dan respons yang sangat positif dari masyarakat dan pemerintah. Dari sisi jumlah santri, beberapa tahun terakhir ini juga terus mengalami peningkatan. Saat ini, tidak kurang dari 18 ribu santri sedang belajar di Gontor dan cabang-cabangnya. Ini menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap Gontor dalam melaksanakan proses pendidikan begitu tinggi. Lebih dari itu, dewasa ini juga bermunculan alumni Gontor yang banyak memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat, baik dalam skala lokal, nasional, bahkan internasional.

Di sisi lain, semakin banyaknya santri yang belajar di Gontor meniscayakan perhatian serius terhadap pembangunan integritasnya. Mereka harus menyatu secara nilai, jiwa, filsafat hidup, idealisme, dan sistem yang ada di pondok. Menjadi berbahaya jika para santri sekedar masuk pesantren hanya menuruti kemauan orang tua, tanpa mengetahui apa sebenarnya yang akan dicari, tanpa memahami seluk-beluk pesantren di mana ia belajar. Maka, setiap santri di Gontor dituntut untuk tidak saja paham pesantrennya, tapi harus menyatu, terintegrasi dengan nilai, jiwa, filsafat hidup, idealisme, dan sistem yang ada di Gontor. Hal inilah sebenarnya yang menjadi starting point dari pelaksanaan Pekan Perkenalan Khutbatul ‘Arsy (PPKA) di pesantren Gontor.

Di sekolah-sekolah umum, kita mengenal program Masa Orientasi Siswa (MOS) untuk sekolah menengah dan Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kampus (Opspek) di Perguruan Tinggi. Kedua kegiatan ini memiliki tujuan yang serupa yaitu mengenalkan kepada siswa/mahasiswa A sampai Z tentang lembaga pendidikan tempat ia belajar. Namun demikian, yang membedakan PPKA di pesantren Gontor dan MOS pada sekolah umum adalah adanya Khutbatul ‘Arsy yang secara literal berarti khutbah singgasana pimpinan/kyai. Kyai sebagai figur utama di pesantren, melalui Khutbatul ‘Arsy,  memberikan penjelasan yang detail tentang apa itu pesantren Gontor, nilai-nilai, jiwa, idealisme, filsafat hidup, dan sistem yang dikembangkan, apa saja yang membedakannya dengan sekolah lain, apa visi, misi, dan orientasi pendidikannya,  bagaimana cara hidup di dalamnya, dan lain sebagainya. Lain dari pada itu, jika MOS/Opspek hanya diikuti oleh siswa baru, PPKA di Gontor diikuti oleh seluruh siswa/santri. Bahkan seluruh guru dan ketua-ketua lembaga-pun wajib mengikutinya. Hal ini karena PPKA sangat penting untuk membangun integritas mereka terhadap pondok pesantern.

Selain adanya Khutbatul ‘Arsy yang merupakan inti dan ruh, PPKA juga diisi dengan rentetan kegiatan yang berlangsung tidak hanya sepekan tapi berpekan-pekan. Kegiatan ini untuk mengenalkan pondok kepada para santri dan memperbaiki niat mereka mondok di Gontor. Program ini sudah dimulai sejak para santri datang ke kampus di awal tahun ajaran. Di antara rentetan kegiatan tersebut adalah Pekan Olahraga dan Seni (Porseni), lomba Poetry Reading, folk song, festival bahasa dan Anekaria Nusantrara, kegitatan-kegiatan penguatan bahasa Arab dan Inggris, lomba senam antar asrama, lomba baris-berbaris antar asrama, sosialisasi hasil musyawarah kerja Organisasi Pelajar Pondok Modern dan Koordinator Gerakan Pramuka, Lomba Perkemahan Penggalang dan Penegak (LP3), Apel Tahunan, pagelaran seni Drama Arena oleh kelas 5 KMI dan Panggung Gembira kelas 6, Art and Handycraft Show, dan masih banyak lagi. Seluruh kegiatan ini ada panitianya sendiri-sendiri, pembimbing dari dewan guru, bahkan juga dikawal secara langsung oleh guru-guru senior dan pimpinan pondok.

Dalam praktiknya di lapangan, seluruh santri mengikuti dengan serius seluruh rangkaian kegiatan ini. Ada yang menjadi panitia, ada yang tampil, dan ada juga yang menonton. Semua santri menikmatinya karena setiap kegiatan dikemas dengan sangat menarik dan begitu dinamis. Hal inilah yang menyebabkan perputaran waktu di Gontor terasa lebih cepat. Karena semuanya bergerak, pergantian dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain terjadi begitu dinamis. Dan yang paling penting, mereka terdidik oleh semua aktivitas ini.

Rentetan kegiatan PPKA tersebut di atas benar-benar dijadikan media untuk mengenalkan kepada seluruh warga pondok tentang kepondokmodernan. Sehingga semuanya masuk ke Gontor secara kaffah. Dan pada gilirannya, santri dan guru betul-betul memiliki integritas terhadap pondok. Ya…… santri yang berintegritas, guru yang berintegritas, kyai yang berintegritas, di mana upaya untuk membangunnya akan terus berjalan seiring dengan perjalanan waktu. AbuNuya

gambar diambil dari www.gettingsmart.com

 

 

Popular Articles