Date:

Share:

Sebesar Keinsyafanmu, Sebesar Itu Pula Keuntunganmu

Related Articles

Sebesar keinsyafanmu, sebesar itu pula keuntunganmu

Kata-kata yang terucap oleh seorang pendidik yang rela mengorbankan pikirannya, tenaganya, bahkan nyawanya selama 24 jam untuk santri-santrinya. Merekalah Trimurti (K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fannanie, dan K.H. Imam Zarkasyi) para pendidik yang ikhlas dalam mengajarkan serta membimbing santri-santrinya, beliau memikirkan bagaimana santrinya bisa belajar, bisa makan, bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT, selama 24 jam itu mereka dibimbing, diajarkan, dan dididik dengan sepenuh hati.

 

Kata-kata ini bukan hanya sekedar kalimat motivasi, melainkan inilah mantra yang keluar dari mulut seorang kiai kemudian didengarkan oleh santri-santrinya yang nantinya mereka akan terbius, kemudian teringat dan melaksanakannya hingga berhasil dan sukses di masa mendatang. Bukan hanya sekedar mantra yang akan membius saja sehingga mereka terlena, namun terlena untuk sukses, bahkan di dalam kata-kata ini juga ada unsur doa seorang kiai untuk santri-santrinya. Hal ini karena sejatinya ucapan ini muncul dari seorang kiai yang telah rela berjuang mendidik, walau masih saja ada santrinya yang merasa terlena dengan kenikmatan yang ada. Artinya kata ini keluar dari lubuk hati seorang kiai sebagai nasihat bagi mereka yang lalai sekaligus doa untuk mereka agar nantinya dapat insyaf sehingga berubah dan dapat memperoleh keberhasilan dan kesuksesan nantinya.

 

Di Gontor adalah lingkungan pendidikan kemasyarakatan, karena di dalamnya terdapat berbagai macam anak dari berbagai macam suku, latar belakang, dan watak. Sehingga, kata-kata ini tidak hanya dapat dimaknai di dalam pondok ini saja, melainkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan bermasyarakat mereka nantinya setelah tamat pendidikannya di pondok ini.

 

Insyaf di sini artinya sadar dengan cara berubah dari pribadi yang kurang baik menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dari yang bermalas-malasan menjadi rajin kembali. Kesadaran ini didorong dengan mengikuti segala kegiatan yang ada dengan disiplin, karena di dalam pondok kita diajarkan “berlatih menjadi orang baik”, ketika sudah di luar bunyinya akan menjadi “jangan bosan menjadi orang baik”.

 

Seorang santri yang telah mencapai titik “keinsyafanmu” itulah yang kemudian akan terus terdorong untuk berbuat baik, karena di titik ini ia sadar akan makna dari kata-kata ini yang sejatinya adalah doa dari hati tulus seorang kiai kepada para santrinya. Keinsyafan ini yang nantinya akan terus berlanjut hingga santri tersebut dewasa kelak dan dapat berguna untuk umat dan bangsa ini. Aamiin.

 

Disarikan oleh Abdurrahman dari Kajian Sehati Suargo FM bersama dengan Al-Ustadz Dr. H. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, M.A.

 

Related Articles:

Masjid Süleymaniye Turki: Titik Temu Nilai Turki dan Gontor

Ojo Adigang, Adigung, Adiguna

Leuwih Becik Mikul Dawet Rengeng-rengeng Tinimbang Numpak Sedan Mbrebes Mili

Popular Articles