Tidaklah salah bila dikatakan, bahwa pemimpin juga merupakan manager atau administrator, yaitu yang menata seluruh totalitas kehidupan pondok, akan tetapi secara khusus, pola kepemimpinan di Gontor bukanlah kepemimpinan managerial atau administratif saja, yang hanya mengatur, menyelenggarakan, dan membagi tugas rutin kemudian menunggu laporan dan berakhir memberikan keputusan-keputusan yang bisa dilakukan beberapa jam saja. Dalam kamus Gontor, model kepemimpinan seperti ini sama dengan manager. Ditinjau dari fungsinya, leader atau pemimpin memiliki fungsi yang berbeda. Dalam ilmu managemen. Manager berfungsi mengatasi kerumitan rutinitas pragmatis, dan hanya melaksanakan unsur-unsur organisasi yaitu POACE (Planning, Organizing, Actualing, Controlling, and Evaluating). Sementara leader atau pemimpin berfungsi mengatasi perubahan dan memahami betul atas perubahan-perubahan tersebut di masa depan (future). Di Gontor, pemimpin adalah pendidik, yang memiliki visi dan misi jauh ke depan, setiap saat menata, mengarahkan, memberikan tugas, melatih, mengawal, mendo’akan serta memberikan contoh. Di samping bahwa pemimpin juga berfungsi sebagai motivator, supervisor, evaluator, bahkan terjun langsung dan ikut campur dalam seluruh tata kehidupan di pondok.
Hal ini dikuatkan oleh hasil penelitian seorang kandidat doctor tentang budaya organisasi di pesantren. Hasilnya menunjukkan, bahwa kepemimpinan yang ideal dikarenakan banyak data menunjukkan adanya keseimbangan antara fungsi manager yang kuat dengan kuatnya fungsi leader, buktinya di Gontor terlihat rapi dalam rutinitas aktivitas sehari-hari, tapi juga kuat dalam komitmen melaksanakan nilai-nilai yang disertai dengan uswatun hasanah.
Dalam pengalaman memimpin Gontor selama 25 tahun lebih ini, tugas yang paling banyak menyita waktu adalah mengkader para santri dan guru. Memanggil, mengarahkan, memberikan tugas, dan mengawalnya setiap saat. Dengan demikian, pemimpin harus memiliki integritas tinggi, totalitas jiwa dan raga untuk terus mengembangkan pesantrennya. Setiap saat, yang dipikirkan dan dikerjakan adalah untuk kemajuan pondok ini. Seperti inilah karakter pemimpin Gontor yang selalu dinamis dan aktif.
Selain itu, bahwa seluruh apa yang ada di Gontor ini terjadi proses pimpin memimpin, tidak ada yang bisa bebas semaunya sendiri, semuanya ada tatanannya dan aturannya. Dan untuk itu semuanya, siapapun yang hidup di Gontor harus mengalami proses kepemimpinan. Siap memimpin dan siap dipimpin dengan segala keikhlasannya.
Di samping itu, proses kaderisasi yang sangat efektif adalah masa-masa umur seperti di KMI, yaitu belasan tahun. Karena masa tersebut adalah masa pembentukan mental dan karakter, bila masa ini berjalan dengan baik, maka masa selanjutnya akan mudah menjadi lebih baik. Demikian juga di KMI, guru tidak saja menjadi pengajar, tetapi dia menjadi pendidik, dan juga pembantu pondok untuk proses pelatihan diri menjadi pejuang, dan sekaligus menjadi mahasiswa, sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas wawasan mereka.
Itulah mengapa seluruh santri dan guru harus memahami atau mengerti kepondokmodernan, karena ini dasar atau kunci untuk menjalankan kehidupan di pondok. Pemahaman yang benar, pengertian yang tepat terhadap Pondok akan melahirkan pola fikir yang benar, sikap hidup yang positif, tingkah laku yang baik, bahkan gaya hidup yang produktif.
Pengertian dan pemahaman yang benar dan tepat, juga akan melahirkan etos kerja yang tinggi, sedangkan etos kerja akan menumbuhkan militansi. Dengan demikian, apapun yang dikerjakan dan ditugaskan akan terasa ringan, asyik, dan menyenangkan. Mengerti apa itu pondok, mau dibawa kemana, bagaimana caranya menata kehidupan, mengembangkan dan memberikan pengaruh kepada masyarakat itu bagaimana. Semuanya harus dimengertikan berkali-kali bahkan seribu kali. AaRum
*diambil dari buku Bekal untuk Pemimpin