Date:

Share:

Ceramah Ustadz Abdul Somad di Masjid Jami’ PMDG: Dahulukan Adab sebelum Ilmu

Related Articles

Pada hari Jum’at (8/7), keluarga besar Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) beramai-ramai hadir di Masjid Jami’ PMDG guna mendengarkan ceramah yang disampaikan oleh Al-Ustadz H. Abdul Somad, Lc., D.E.S.A., Ph.D. Beliau menyampaikan ceramahnya seusai menunaikan shalat Shubuh berjamaah. Dalam ceramahnya, beliau menjelaskan tentang pentingnya bagi seorang muslim untuk memiliki adab. Adab harus didahulukan dari berbagal hal dalam kehidupan kita. Dan untuk menjelaskan hal tersebut, beliau mengisahkan beberapa contoh perbuatan dengan adab mulia yang dapat dijadikan pelajaran.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak pernah memuji Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam karena ibadahnya, shalatnya, ataupun hal serupa. Tapi Allah memuji Rasul-Nya karena kemuliaan adabnya. Allah befirman:

وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ (القلم: ٤)

Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti luhur,” (Q.S. Al-Qalam: 4)

Kemudian, suatu ketika Rasulullah pernah melakukan shalat sepanjang malam hingga mengakibatkan kakinya bengkak. Lantas ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha bertanya, “Kenapa engkau melakukan semua ini, padahal Allah telah mengampuni dosamu yang telah lampau maupun yang akan datang?” lalu Rasulullah menjawab, “Itulah yang aku kerjakan, agar menjadi hamba-Nya yang bersyukur.”

Sedemikian rupa akhlak mulia yang dicontohkan oleh baginda Rasulullah. Maka, tidak heran jika para ulama mengisyaratkan tentang pentingnya adab. “Adab di atas ilmu”, atau “Adab sebelum ilmu”.

Kemudian dalam hal lain, Allah tidak pernah memanggil Rasulullah dengan sebutan nama beliau sebagaimana Allah memanggil Nabi Adam, Musa, Yahya, dan Isa ‘alaihimussalaam dengan nama mereka langsung. Tapi Allah memanggil dengan sebutan ‘Rasulullah’ ataupun ‘Nabi’. Demikianlah Allah mengajarkan kita cara beradab kepada Rasulullah Shallallau ‘Alaihi wa Sallam.

Dalam kisah lain, suatu hari Rasulullah pulang ke rumah salah satu istrinya kemudian memakan madu namun madu tersebut tidak sedap baunya. Ketika Rasulullah pulang ke rumah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ‘Aisyah lantas bertanya kepada Rasulullah, “Aku telah mencium bau yang tidak sedap,” dan Rasulullah pun menjawab bahwa ia tidak memakan sesuatu seperti itu hari ini. Lalu turunlah firman Allah yang berbunyi:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِىُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَآ أَحَلَّ ٱللَّهُ لَكَ ۖ تَبْتَغِى مَرْضَاتَ أَزْوَٰجِكَ (التحريم: ١)

Wahai Nabi! Mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah bagimu? Engkau ingin menyenangkan hati istri-istrimu?” (At-Tahrim: 1)

Demikian cara Rasulullah memuliakan dan menyenangkan istrinya. Sementara kebanyakan orang mengaitkan wanita dengan kekurangan ataupun aibnya, namun Rasulullah senantiasa menghormati kaum wanita dan tidak mengumbar kekurangannya.

Selain Rasulullah, para ulama juga memiliki adab yang mulia. Contohnya Imam Syafi’i; ia melakukan perjalanan yang dimulai dari Mekkah setelah selesai menuntut ilmu dari Imam Sufyan bin ‘Uyaynah. Kemudian ia melanjutkan menuntut ilmu ke Madinah dengan Imam Malik bin Anas, kemudian melanjutkan lagi ke Yaman, lalu ke Baghdad, hingga sampai ke Kufah. Kufah merupakan kota tempat tinggalnya Imam Abu Hanifah, sehingga masyarakatnya bermazhab Hanafi. Ketika Imam Syafi’i menjadi imam shalat Shubuh, ia tidak membaca qunut sebagaimana biasanya ia lakukan. Orang-orang pun bertanya, “Mengapa engkau tidak membaca qunut?” Imam Syafi’i menjawab, “Untuk menghormati Imam Abu Hanifah,” begitulah adab Imam Syafi’i menghormati Imam Abu Hanifah, padahal ketika itu Imam Abu Hanifah telah wafat. Ia ingin mengajarkan kepada orang-orang, bahwa ia tidak ingin menunjukkan mazhabnya di daerah yang telah berlaku mazhab lain di sana.

Adapun kisah lainnya datang dari salah satu ulama asal Indonesia, yaitu K.H. Idham Chalid. Suatu hari ia mengunjungi makam Imam Baidhawi yang ada di Mesir, kemudian ia berjalan menuju makam dengan melepas sandalnya. Lantas orang-orang bertanya mengapa ia berbuat seperti itu, sedangkan ia adalah salah satu orang besar dan terpandang. Ia pun menjawab, “Bagaimana mungkin orang biasa seperti aku berjalan di atas tanah dengan alas kaki sementara aku berada di hadapan seorang wali Allah?”

Demikianlah Ustadz Abdul Somad menceritakan beberapa kisah yang mengisyaratkan tentang betapa utamanya adab yang mulia. Semoga dengan kisah-kisah tersebut dapat menjadi pelajaran penting bagi para santri dan para pembaca, untuk senantiasa memperbaiki adab dan pribadi sebagai seorang muslim. (Berita: Husain Zahrul, Foto: Irfan, Editor: Nezzard, Reviewer: Riza Ashari)

Related Articles:

UAS: Bukan Guru di Tengah Murid, Namun Hanya Murid yang Diberi Sedikit Kemuliaan

Silaturahim ke Gontor, UAS Isi Tabligh Akbar dengan Tema “Santri Sebagai Generasi Khairu Ummah”

Kiai Hasan Bertemu UAS

Popular Articles