Date:

Share:

Fathul Kutub, Uji Kemampuan Berbahasa dan Keilmuan Siswi Akhir

Related Articles

RIMBO PANJANG – Pada hari Sabtu (21/9), pagi. Direktur Kuliyyatul Mu’alimina-l Islamiyyah (KMI­) Pondok Modern (PM) Darussalam Gontor Pusat Ponorogo, al-Ustadz K.H. Mashudi Subari M.A membuka agenda Fathul Kutub. Acara tersebut diikuti oleh siswi akhir KMI yang berjumlah 162, bertempat di lapangan serba guna PM. Gontor Putri Kampus 7.

Sambutan singkat dari Wakil Direktur PM Gontor Putri Kampus 7, al-Ustadz Muhammad Jamaluddin, M.Pd.I. mengawali acara pembukaan. Sambutan kedua, disampaikan oleh Wakil Pengasuh PM Gontor Putri Kampus 7, al-Ustadz K.H Muhammad Ma’ruf Chumaidi. Dilanjutkan dengan pesan dan nasihat dari Direktur PM. Gontor Pusat, al-Ustadz K.H Mashudi Subari M.A.

Dalam nasihatnya, beliau menyampaikan bahwa siswi akhir KMI harus merasa menjadi yang terakhir di setiap tempat, terakhir dalam arti memberikan terbaik untuk terakhir kalinya. Maka, di dalam menjalani semua aktivitas pondok harus dengan setulus hati dan jiwa. Berorientasikan kepada give, give, and give, “Memberikan” yang terbaik untuk segala macam pergerakan di pondok ini. 

Beliau juga mengingatkan kembali kepada seluruh keluarga pondok; baik santri, maupun guru, bahwa seorang pemberi itu harus mempunyai sesuatu untuk diberinya. Agar pemberiannya dapat bermanfaat bagi orang lain.  “Faaqidu as-Syaii la Yu’thii,” – orang yang tidak memiliki sesuatu, bagaimana ia bisa memberi.

Dalam sambutannya pula, al-Ustadz Mashudi bercerita bahwa Gontor dikenal dengan sistem yang modern, tetapi Gontor tetap mengadakan pembelajaran kitab kuning ini. Walaupun  pembelajaran kitab kuning di Gontor berbeda dengan pembelajaran kitab kuning di pesantren salafi pada umumnya, karena di Gontor pembelajaran dilakukan dengan memberikan masalah seputar fikih, hadist, dan akidah yang telah ditentukan oleh panitia.

Dalam pelaksanaan Fathul Kutub ini, santriwati secara berkelompok mencari penyelesaiannya dalam kitab-kitab kuning yang telah disediakan. Kemudian mendiskusikannya bersama teman satu kelompoknya dengan dibimbing dua orang guru senior. Maka, untuk mempermudah memahami isi dan kandungan kitab, santriwati dibekali dangan ilmu seperti, Nahwu dan Sharaf. Meymey

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Popular Articles