Sadarilah bahwa sekarang ini kita dan umat kita benar-benar merasa kekurangan ilmu-ilmu yang seharusnya lebih dipentingkan dari ilmu-ilmu yang lain.
Banyak orang berpandangan dan mengatakan bahwa ilmu fiqh itu tidak bikin kenyang, tidak bisa untuk kerja, cari kerja, yang lain mengatakan ilmu agama itu bukan bekal hidup didunia ini, sampai ada yang berfikiran mendingan ilmu-ilmu praktis yang lain.
Demikian dan seterusnya, padahal tidak ada pembagian ilmu dunia dan ilmu akhirat, bagi yang memandang hidup ini sakral, maka setiap perbuatan pun tidak terlepas dari amanat pahala dan dosa, halal dan haram. Semua ada ilmu pembelajarannya.
Dengan modal bahasa Arab yang sekecil atau seminim apapun perlu mulai melatih diri berani dan insyaAllah bisa membaca kitab-kitab islami klasik atau modern dari pada literatur anti islam yang meracuni dan diracuni oleh pihak kaum “lamtardloo” dengan Talmud nya.
Dengan jiwa mandiri, insyaAllah bisa otodidak karena yang ada di kitab-kitab klasikatau disebut kitab kuning itu inti-inti isinya bisa dimengerti asal ada kemauan yang bersungguh-sungguh.
“Membaca dengan benar, mengerti isinya, pembahasannya, dan bisa menyimpulkannya. Kemudian syukur-syukur bisa menerangkannya kepada orang lain. Alhamdulillah, pada akirnya menjadi bermanfaat.”
Kehausan akan tuntunan Islam sudah merata di seluruh benua, di bumi Allah ini. Ini bukan info kosong tetapi kenyatan yang diupayakan kemudian disembunyikan, ditutup-tutupi oleh media, karena takut tersisih pengaruhnya, kalah berlomba, kalah bersaing.
Setiap waktu harus dimanfaatkan untuk yang berguna, diisi dengan membaca, mengarungi kitab-kitab di perpustakaan, mumpung masih banyak waktu dan kesempatan. Jangan ada gambaran bahwa kelak nanti setelah tua banyak waktu dan kesempatan. Tidak! Saya yakin.
Apa yang di sekitar kita ini kitab yang mudah dibaca, mendidik kita untuk aktif produktif mengisi umur ini untuk kehidupan umat. Mereka yang bermental dinamis dan militan mendapat tempat di hati umat dan dengannya bisa membina mereka ke arah yang diharapkan, tidak dibina oleh kaum tanpa moral, tanpa agama, tanpa aturan.
Membaca kitab dan suasana miliu alam sekitar dengan daya analisa yang cerdas, luas, tuntas, serta sanggup menyampaikannya dengan pembahasan yang tepat atau mengadakan forum tanya jawab atau diskusi untuk pemantapan pemahaman hasil bacaannya.
Jangan “melek walang” atau “meguru anyar”. Mata belalang terbuka tapi tidak pasti melihat, itulah perumpamaan orang yang melihat tanpa perhatian atau hanya membuka mata tapi tidak melihat apa yang ada didepannya. Meguru anyar itu berguru baru, masuk keperguruan baru setelah keluar dari perguruan lama mendapat tambahan ilmu dari guru dan perguruan yang baru, lalu buru-buru merendahkan guru dan perguruan yang lama.
Sekarang banyak orang bertitel tak berkualitas, berkualitas tidak bertitel karena kurang aktif, kurang produktif pada keilmuannya. Mandeg, tidak menyentuh kitab lagi, alih profesi atau lain sebab. Ini merugikan dan disayangkan sebab umat sedang dan selalu membutuhkan orang-orang berkualitas dan aktif produktif.biibmufassir