“Penerapan pendidikan akhlak dan intelektual tidak cukup dengan hanya mengandalkan ucapan (pidato dan pengarahan), tetapi harus dengan keteladanan nyata dan penciptaan miliu pendidikan yang kondusif sehingga semua apa yang dilihat murid dan didengarkannya berupa gerakan dan suarasuara di pondok ini harus menjadi faktor pendukung pendidikan akhak dan intelektual.”
Keteladanan merupakan suatu hal pokok yang perlu diperhatikan oleh lembaga pendidikan dalam melaksanakan pendidikan. Dari keteladanan baik yang ditularkan oleh tenaga pendidik tersebut akan membawa pengaruh baik kepada para peserta didik, karena naluri alami seorang murid adalah meniru perilaku yang dicontohkan oleh guru-nya. Perilaku yang ditunjukkan seorang guru diamati dan ditiru oleh muridnya, bahkan seringkali murid tersebut memodifikasi apa yang mereka lihat untuk diaplikasikan kedalam versi mereka sendiri.
Jika seorang guru memberikan teladan yang baik dalam mengajar dan berperilaku sehari-hari tentu akan membawa dampak positif dalam kehidupan muridnya di masa yang akan datang, namun tak jarang ada guru yang menunjukan attitude kurang baik dalam berperilaku, hal ini kemungkinan besar akan membawa pengaruh buruk pada perilaku murid yang diajarinya.
Sadar akan hal tersebut, Gontor mengutamakan keteladanan dalam mendidik santri-santri nya. Al-Ustadz Ahmad Suharto menuliskan dalam buku “Senarai Kearifan Gontory” bahwa pendidikan di Gontor mengedepankan keteladanan, pembentukan lingkungan yang serba mendidik, penugasan yang banyak dan kegiatan yang terarah. Miliu yang steril dari polusi lingkungan dan peradaban, keteladanan yang berjenjang dan kegiatan yang menggairahkan, mencerdaskan, menambah ketrampilan dan menguatkan rasa tanggungjawab. Segala yang ada di pondok untuk pendidikan.
Seorang guru di Gontor tidak hanya menyiapkan materi yang akan diajarkan dengan maksimal, tapi juga mempersiapkan sebaik mungkin bagaimana ia tampil di hadapan santri-santri nya. Seringkali terlihat penampilan guru-guru dalam mengajar bagaikan penampilan untuk menghadiri acara besar setingkat Nasional. Berkemeja rapih, dasi, Jas dan beragam pernak pernik lain. Hal tersebut bertujuan memberikan first impression kepada santri-santrinya sehingga lebih bersemangat dalam menerima segala materi yang diajarkan.
Tak cukup dalam berpenampilan, keteladanan dalam berperilaku sehari-hari pun tercermin dari para guru. Pola 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun) yang senantiasa diterapkan dan dilihat langsung oleh para santri yang tinggal dan beraktivitas di sekitarnya juga sangat memberikan dampak positif dalam pembentukan karakter santri. Alif
Related Articles :
Seminar Akhir Tahun, Bekal Pengetahuan dan Wawasan Guru
Zakat Seorang Guru Kepada Santrinya
Penataran Guru Baru Tahun 2020: Membentuk Karakter Guru Yang Hakiki