Home Blog Page 535

100%

0

Di Gontor, santri harus nyantrik secara kaafah, 100%, menyeluruh dan total.

Nyantrik secara kaafah berarti benar-benar menjadi santri, mempercayai Kyai sebagai pimpinan pondok dan mengikuti seluruh sunnah dan peraturan yang berlaku. Totalitas adalah harga mati yang tidak bisa ditawar. Apabila seorang santri hanya setengah-setengah saja dalam thalabu-l-ilmi, maka proses transformasi ilmu dan nilai dari kyai pun setengah-setengah.

Udkhuluu fi Gontor kaafah.

Kata-kata di atas menyerukan kepada seluruh penghuni Darussalam agar masuk secara total. Masuk secara total, berarti berada di dalam secara fisik maupun ruh. Bukan hal yang aneh, ada santri yang tidak betah di pondok. Hal ini dikarenakan dia tidak masuk secara kaafah, secara total ke pondok. Ibaratnya orang yang berenang di sungai dengan melawan arus, pasti akan sulit baginya untuk bergerak.

8 Jumada Tsaniyah 1431

Tarbiyah Amaliyah Bekali Santri Terampil Mengajar

0

GONTOR — Selama hampir dua minggu siswa kelas 6 Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) Pondok Modern Darussalam Gontor berjibaku menghadapi Tarbiyah Amaliyah. Sebuah ujian mental dan akademis bagi segenap siswa kelas 6 KMI yang jumlahnya mencapai 679 siswa dalam bentuk praktek mengajar. Selain harus menguasai materi yang diajarkan, mereka juga dituntut untuk mempersiapkan mental, baik pada saat mengajar di dalam kelas maupun sewaktu mendapatkan evaluasi dari teman sekelompoknya. Setelah melewati hari-hari yang membekali mereka sebuah keterampilan dalam mengajar, akhirnya Tarbiyah Amaliyah berakhir dengan lancar sesuai dengan jadwal yang ditentukan.

Pada saat memberikan sambutan dalam acara penutupan di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM), Senin (31/5) ini, KH. Hasan Abdullah Sahal, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, menyampaikan, Tarbiyah Amaliyah merupakan bentuk pendidikan yang sangat penting bagi siswa kelas 6 KMI sebelum menjadi alumni. Banyak hal yang bisa diperoleh dari proses Tarbiyah Amaliyah di samping keterampilan mengajar. Dari sinilah seorang santri belajar melatih mental dan selalu siap untuk dievaluasi atau mendapatkan kritikan dari orang lain.

Dalam Tarbiyah Amaliyah, siswa kelas 6 KMI melalui tahap-tahap pendidikan yang tidak akan pernah dirasakan siswa kelas 1-5 KMI. Berawal dari Tarbiyah Amaliyah perdana, Selasa (18/5) silam, seluruh siswa kelas 6 KMI memusatkan pikiran untuk kelancaran praktek mengajar yang mereka jalani setelah itu. Tarbiyah Amaliyah perdana yang menjadi acuan pelaksanaan Tarbiyah Amaliyah selanjutnya dilaksanakan enam orang siswa kelas 6 KMI di tempat-tempat yang telah ditentukan panitia. Hasbie Felayabi (6-B) bertugas sebagai pelaksana Tarbiyah Amaliyah perdana di BPPM, Dinar Somantri Agustiansah (6-D) bertugas di Aula Rabithoh, Muhammad Prabasworo Jihwakir (6-B) di Gedung Olahraga (GOR) Pondok Modern Darussalam Gontor, Ahmad Muslih (6-C) bertugas di Gedung Rabithoh Lantai 4, Moh. Sabilar Rosyad (6-F) di Gedung Rabithoh Lantai 3 dan Haqqi Chairu Ajry (6-D) yang mendapatkan tempat di Aula Pakistan.

Pada pelaksanaan Tarbiyah Amaliyah tahun ini, seluruh siswa kelas 6 KMI terbagi ke dalam 46 kelompok Tarbiyah Amaliyah. Setiap kelompok beranggotakan sekitar 15 siswa dengan dua sampai tiga ustadz pembimbing pada setiap pelaksanaan Tarbiyah Amaliyah. Secara bergilir, masing-masing mendapatkan jatah praktek mengajar pelajaran tertentu di kelas-kelas yang telah ditentukan panitia. Setiap harinya, panitia memanggil siswa kelas 6 KMI yang mendapatkan giliran melaksanakan Tarbiyah Amaliyah sehabis Dhuhur di Masjid Jami’. Mereka dipanggil tiga hari sebelum hari praktek dengan harapan agar setiap individu mempunyai waktu yang cukup dalam mempersiapkan diri, berkonsultasi dengan pembimbing dan latihan mengajar. Hal ini berlangsung sepanjang pelaksanaan Tarbiyah Amaliyah yang dimulai pada hari Kamis (20/5) hingga menjelang penutupan, Senin (31/5) lalu.

Pelaksanaan Tarbiyah Amaliyah terbagi dua. Pertama, Tarbiyah Amaliyah yang dilaksanakan satu siswa dalam tiap-tiap kelompok setiap hari yang dimulai pada hari Kamis (20/5) hingga Ahad (23/5) lalu. Kedua, Tarbiyah Amaliyah yang dilaksanakan dua siswa dalam satu kelompok setiap harinya, tepatnya dimulai sehari setelah Tarbiyah Amaliyah untuk satu siswa, Senin (24/5) lalu, yang berakhir seminggu kemudian, Ahad (30/5) kemarin.

Demi tercapainya tujuan Tarbiyah Amaliyah, maka sebelum memasuki pelaksanaan Tarbiyah Amaliyah tersebut diadakanlah beberapa pengarahan dari Pimpinan Pondok dan Direktur KMI. Setelah pembukaan, Kamis (13/5) silam, Pimpinan Pondok memberikan pengarahan umum terkait pelaksanaan Tarbiyah Amaliyah tersebut. Setelah itu, Direktur KMI, KH. Masyhudi Subari, M.A. berkesempatan menyampaikan dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di pondok. Pada hari selanjutnya, Sabtu (15/5), beliau memberikan orientasi praktek mengajar yang dilanjutkan Dr. H. Nur Hadi Ihsan, MIRKH selaku wakil Direktur KMI, menyampaikan orientasi tentang tujuan pendidikan. Sehari kemudian, Ahad (16/5), KH. Masyhudi Subari, M.A. kembali memberikan orientasi pengajaran Tarjamah dan Alquran yang dilanjutkan H. Ahmad Suharto, S.Ag. sebagai wakil Direktur KMI, menyampaikan orientasi Naqd Tadris. Setelah itu, Dr. H. Nur Hadi Ihsan, MIRKH memberikan contoh Naqd Tadris dalam bahasa Arab dan Inggris. Pengarahan ini diakhiri dengan evaluasi Tarbiyah Amaliyah untuk seluruh kelas 6 KMI, Senin (17/5).


Hidden Curriculum

0

Setiap pesantren dan institusi pendidikan memilikihidden curriculum alias kurikulum tersembunyi, yang tidak diajarkan di kelas, hasil yang dipelajari tapi tidak secara tersurat dicantumkan sebagai tujuan.

Apa hidden curriculum di Gontor?  Secara pasti, di Gontor tidak dikenal hidden curriculum, karena semua elemen kehidupan di Gontor adalah pendidikan.

Santri melihat, mendengar, merasakan, melakukan tugas yang diberikan, itulah kurikulum.

Proses belajar tidak hanya terjadi di dalam kelas, melainkan di asrama, di masjid, di dapur, di lapangan olahraga sekalipun, santri dan guru belajar.

Kurikulum di Gontor adalah kurikulum yang integral, komprehensif dan overall.

Rabu, 7 Jumada Tsaniyah 1431

Oase Gontor 2007

0

Anak-anakku yang kami cintai…. Kebahagian seorang guru bila melihat anak-anak didiknya berhasil. Kebahagian seorang petani tatkala menyaksikan hasil pertaniannya subur. Kebahagian seorang dokter jika melihat pasiennya sembuh.

Proses pendidikan memang lama, memerlukan waktu, tenaga dan pikiran bahkan mengorbankan semuanya itu untuk menghasilkan alumni-alumni yang berhasil. Penciptaan suatu hasil yang maksimal atupun prestasi tidaklah bisa kecuali dengan ikhlas, sistematik, terorganisir serta kerja keras lahir dan batin.

Maka belajarlah, berbuatlah dan berjuanglah dalam mengemban amanat dan misi Gontor ini semaksimal mungkin dengan penuh keikhlasan.

Jadilah manusia yang wajar namun berjiwa besar; besar jasamu, besar amalanmu, besar cita-citamu dan kuat imanmu. Amin.

Semoga Allah menyertaimu dan doakanlah kami selalu meskipun kami sudah di kuburan.

Bapakmu yang selalu mendoakanmu,


Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA

Ahad, 16 Jumada Tsaniah 1431

Jelang Muktamar Liga Perguruan Tinggi Islam Dunia, ISID Bangun Wisma Bertingkat

0

SIMAN — Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Pondok Modern Darussalam Gontor membangun wisma setaraf hotel di sebelah barat Gedung CIOS yang direncanakan selesai sebelum Juli nanti. Pembangunan wisma bertingkat dua ini guna menyambut kedatangan para peserta Muktamar Liga Perguruan Tinggi Islam Dunia yang rencananya digelar pada akhir Juli mendatang. Hal ini dianggap perlu untuk memenuhi kebutuhan penginapan para tamu agar tidak menempati hotel yang letaknya jauh di luar kampus Pondok Modern Darussalam Gontor.  

Acara yang hampir sama juga pernah diadakan dalam rentetan agenda Peringatan 80 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor pada 2006 silam. Saat itu, wisma yang tersedia di Gontor tidak mencukupi kebutuhan para tamu yang hadir. Sehingga, mereka menginap di hotel-hotel. “Pada saat acara Peringatan 80 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontorjuga sempat diadakan acara serupa. Pada saat itu, para tamu menginap di hotel yang terletak didaerahSarangan. Karena jaraknya yang terlampau jauh, membutuhkan waktu yang lama untuk mengantar ataupun menjemput tamu-tamu dari Sarangan ke Gontor atau sebaliknya. Tentunya, hal ini mengurangi efisiensi dan efektivitas acara yang sedang berlangsung. Berkaca dari pengalaman ini, Pimpinan Pondok memutuskan untuk membangun wisma baru dengan fasilitas hotel di kampus ISID Siman,” ujar Ustadz Drs. H. Rif’at Husnul Ma’afi, MA selaku penanggung jawab pembangunan di kampus ISID.

Layaknya hotel, wisma baru ini menyediakan fasilitas yang nyaman untuk para tamu. Wisma yang menggunakan bahan baku dari besi dan baja ini dibangun dengan fasilitas sebanyak 20 kamar. Selain itu, wisma juga dilengkapi dengan dua ruang lobi, dua ruang untuk gudang, sebuah ruangan untuk jamuan prasmanan, ditambah sebuah ruang untuk staf wisma dan ruang kasir. Di samping itu, setiap kamar penginapan dilengkapi sebuah televise, pendingin ruangan, air hangat untuk mandi, lemari es dan jaringan internet yang dipasang di ruang lobi. Dengan ini, diharapkan acara muktamar yang digelar nanti berlangsung dengan sukses sekaligus memberikan kesan yang baik bagi setiap peserta.


Perkajum ke-5 Libatkan Santri Baru

0

GONTOR— Perkemahan Kamis-Jum’at (Perkajum) kembali diadakan. Perkajum kali ini diikuti tiap-tiap POT yang terdiri dari 10 pramuka penggalang dan 10 pramuka penegak. Jadi, masing-masing POT mengutus 20 anggotanya untuk berpartisipasi dalam kegiatan Perkajum yang diselenggarakan untuk kelima kalinya pada tahun ini. Acara pelepasan ke bumi perkemahan yang berlokasi di Karang Gebang, Jetis, berlangsung di depan Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM), Kamis (20/5) siang. Peserta Perkajum dilepas Ustadz Sunato WR, S.Ag. mewakili Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Kepada Gontor Online, Zaki Ihsan, staf Koordinator Gerakan Pramuka Gugus Depan (Gudep) 15089 Pondok Modern Darussalam Gontor, menyatakan, baik anggota pramuka penggalang maupun penegak yang diutus merupakan santri baru dari kelas 1 dan 1 Intensif Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI). Ihsan menambahkan, selain terdiri dari anggota POT tersebut, Perkajum kali ini juga diikuti asisten Koordinator Gerakan Pramuka yang mencakup Dewan Kerja Koordinator (DKK), Pasukan Garuda (Pasga), Asisten Andalan Koordinator Urusan Perpustakaan (ANKSTAK) dan peserta dari gabungan Pasukan Khusus (Pasus) tiap-tiap POT. “Jumlah peserta dari santri baru secara keseluruhan mencapai 200 santri ditambah utusan asisten bagian sebanyak 100 santri, sekitar 300 santri semuanya,” ungkap Ihsan, Jum’at (21/5) malam.

Acara Perkajum yang diketuai Salman Abdunnashir (5-C), Arrian (5-K) dan Rizal (5-K) ini merupakan acara perkemahan terakhir yang diadakan tahun ini. Sebelumnya, telah diadakan sebanyak empat kali dari semester pertama. Hanya saja, Ihsan menjelaskan, pesertanya masih dari Pasus atau utusan rayon se-Darussalam.  

Sementara itu, tidak jauh berbeda dengan Perkajum sebelumnya, setiap kelompok peserta didampingi salah seorang siswa kelas 5 yang bertindak selaku pembimbing mereka. Sedangkan full timer yang memantau dan mengarahkan acara perkemahan ini berjumlah 13 ustadz. Mereka berperan aktif memelihara situasi dan kondisi perkemahan, sehingga tidak keluar dari tujuan utama diadakannya perkemahan ini.

Kegiatan yang bernilai kemasyarakatan ini, Ihsan menjelaskan, merupakan bentuk dakwah atau syiar Gontor kepada masyarakat sekitar. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat dapat mengenal dengan baik visi dan misi Gontor untuk kemajuan dunia pendidikan. Sehingga, mereka mau bersimpati terhadap perjuangan Pondok Modern Darussalam Gontor dan memberikan dukungan agar tujuan Gontor dapat terlaksana dengan baik.

Di samping itu, dengan adanya Perkajum, masyarakat mendapatkan hiburan yang menarik dari hasil kreativitas santri Gontor. Berbagai perlombaan digelar untuk menghibur mereka sekaligus menguji kolektivitas dan ketangkasan para peserta. Di antara sekian banyak perlombaan tersebut, yaitu lomba pukul air di dalam plastik bergantung dengan mata tertutup, panjat pinang, mencari koin di dalam tepung, balapan karung, tarik tambang, membengkokkan paku tanpa dipukul-pukul, bersepeda lambat dan memasukkan paku ke dalam botol. Menurut Ihsan, pemenangnya nanti akan diumumkan pada saat penutupan kegiatan kepramukaan pada Juni mendatang, Kamis (10/6).

Malam unggun gembira, Kamis (20/5), juga menjadi perhatian masyarakat. Berbagai penampilan atraktif dan memukau disuguhkan para peserta dari asisten bagian Koordinator Gerakan Pramuka. Pasga menampilkan sebuah Tari Kombinasi yang digabungkan dengan pertunjukan semaphore. Sedangkan pertujukan Tari Kecak ditampilkan Ankstak. DKK memeragakan kegiatan PMR yang disusul dengan paduan suara khas dari gabungan Pasus. Acara turut dimeriahkan anggota Persatuan Senam Darussalam (Persada) dan Persatuan Beladiri Darussalam (Perbeda) yang menyuguhkan aksi-aksi memukau dengan berbagai gaya akrobatnya. Tidak mau ketinggalan, siswa kelas 5 tampil dengan Tari Kombinasi andalan mereka ketika acara Drama Arena (DA). Kemeriahan acara sangat terasa dengan kobaran api unggun yang menyala membakar semangat setiap peserta Perkajum.



Netral

0

Anda tidak akan menemukan afiliasi Gontor dengan partai manapun. Gontor netral, tidak berpartai, tidak berhaluan ke organisasi masyarakat tertentu.

Gontor berdiri di atas dan untuk semua golongan. Itulah quote yang ditanamkan kepada para santri. Sikap netral ini pula yang membentuk karakter santri Gontor untuk menerima perbedaan, baik perbedaan pendapat, sikap, maupun platform organisasi ataupun partai.

Kalaupun ada alumni Gontor yang terjun ke partai tertentu, itu adalah kehendak pribadi, tidak ada arahan untuk ke sana.

Kecenderungan kepada partai tertentu, atau kepada organisasi tertentu akan menimbulkan fanatisme. Fanatisme inilah yang dihindari oleh Gontor. Sikap netral ini juga dimanifestasikan dalam pelajaran Fiqh kelas 5, di mana santri diajarkan untuk menjadi seorang mujtahid melalui kitab Bidayatu-l-Mujtahid wa Nihayatu-l-Muqtashid milik ibnu Rusyd. Sehingga, santri tidak menjadi muqallid, peniru buta yang hanya sekedar mengikuti orang-orang sebelumnya, tapi menjadi paling tidak muttabi', mengerti asal hukum sesuatu, bahkan diharapkan menjadi seorang mujtahid.

Selasa, 5 Jumada Tsaniyah 1431

GP 3 Gelar Tarbiyah Amaliyah Perdana

0

KARANGBANYU — Secara merata, hampir seluruh Pondok Cabang telah melaksanakan Tarbiyah Amaliyah yang diawali dengan pembekalan dan Tarbiyah Amaliyah perdana. Demikian pula halnya dengan Pondok Modern Darussalam Gontor Putri (GP) 3 yang berlokasi di Karangbanyu, Widodaren, Ngawi. Pondok Modern Darussalam GP 3 telah menggelar Tarbiyah Amaliyah perdana, Senin (17/5) kemarin. Pelaksanaan Tarbiyah Amaliyah perdana berlangsung di Auditorium yang baru saja diresmikan Badan Wakaf dan Pimpinan Pondok sehari sebelumnya, Ahad (16/5) lalu.

Tarbiyah Amaliyah perdana sendiri merupakan acuan pelaksanaan Tarbiyah Amaliyah berikutnya. Biasanya, Direktur KMI menentukan beberapa siswi sebagai pengajar praktek pada Tarbiyah Amaliyah perdana dari seluruh siswi kelas 6 KMI. Pada saat mereka mengajar, siswi lainnya memperhatikan dan menilai cara mengajar siswi yang bersangkutan. Setelah praktek selesai, guru pembimbing akan mengarahkan mereka tata cara mengajar yang benar dengan mengevaluasi pengajar praktek pada Tarbiyah Amaliyah perdana. Sehingga, pada Tarbiyah Amaliyah berikutnya tidak terjadi lagi kesalahan dalam mengajar.

Sebelum Tarbiyah Amaliyah perdana digelar, seluruh siswi kelas 6 KMI yang tahun ini jumlahnya mencapai 210 siswi diharuskan mengikuti pembekalan terlebih dahulu. Pembekalan Tarbiyah Amaliyah berlangsung selama dua hari berturut-turut, Rabu-Kamis, 12-13 Mei lalu. Pembekalan disampaikan Pimpinan Pondok, KH. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag., Direktur KMI, KH. Masyhudi Subari, MA. dan Pengasuh Pondok Modern Darussalam GP 3, Ustadz H. Muhammad Hudaya, Lc. M.Ag.

Sedangkan pelaksanaan Tarbiyah Amaliyah sendiri akan berlangsung selama tujuh hari berturut-turut, dimulai sejak Rabu (19/5) lalu dan direncanakan selesai pada hari Selasa (25/5) mendatang. Dengan adanya pembekalan ini, seluruh siswi kelas 6 sudah mengetahui cara mengajar yang benar, sehingga diharapkan tidak terjadi kesalahan fatal pada saat mereka melaksanakan praktek. Walaupun demikian, setiap siswi dalam kelompok akan berusaha menemukan kesalahan temannya yang melaksanakan praktek mengajar.

Pelaksanaan Tarbiyah Amaliyah perdana di Pondok Modern Darussalam GP 3 digelar untuk pertama kalinya. Demikian juga halnya dengan pengarahan dan pembekalan Tarbiyah Amaliyah. Pada tahun sebelumnya, mereka mengikuti pengarahan dan pembekalan sekaligus Tarbiyah Amaliyah perdana di Pondok Modern Darussalam GP 1. Sementara  itu, satu-satunya siswi kelas 6 KMI GP 3 yang mendapatkan kesempatan untuk menjadi pengajar pada Tarbiyah Amaliyah perdana di GP 3 tahun ini adalah Ratri Nugraheni (6-B) dari Konsulat Sumatera.

Adapun jumlah kelompok Tarbiyah Amaliyah tahun ini sebanyak 21 kelompok yang terdiri dari 10 siswi. Sedangkan jumlah guru pembimbing yang terlibat dalam kegiatan praktek mengajar ini berjumlah 55 guru pembimbing. Selanjutnya, setiap siswi dalam tiap-tiap kelompok akan mendapatkan giliran praktek mengajar sesuai dengan pelajaran yang mereka pilih.





Oase Gontor 2006

1

Merupakan kesyukuran yang sangat mendalam bagi seorang Kiai melepaskan putra–putrinya setelah dididik, ditempa dan digembleng selama enam tahun lamanya. Lima tahun pendadaran, penggemblengan dan pendidikan dalam sebuah pesantren merupakan waktu yang sangat strategis dan mendukung untuk mendidik.

Totalitas kehidupan pondok yang diikuti oleh seluruh penghuni pondok merupakan unsur mutlak dalam mendidik watak dan mental serta etos kerja santri. Maka, anak-anakku… sekaranglah waktunya berbuat, bekerja dan berfikir untuk mencoba kemampuan diri di masyarakat dalam kancah kehidupan bermasyarakat. Maka, BERBUATLAH, BEKERJALAH, BERFIKIRLAH DAN BERGERAKLAH dengan gerakan yang positif, yang baik dan benar. Jadilah mujahid dan mujahidah fi sabilillah dalam seluruh lini kehidupan masyarakat.

Semoga Allah memberikan rahmat, hidayah dan pertolongan buat anak-anakku yang kami cintai. Do’akanlah kami dan keluarga pondok.

Bapakmu,


Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A.



Pengarahan Tarbiyah Amaliyah, Pimpinan Pondok ke Kendari

0

Kendari — Setiba di Kendari, Senin (19/4) pagi, salah satu Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, KH. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. beserta rombongan disambut Pengasuh Pondok Modern Gontor 7 ‘Riyadhatul Mujahidin’, Ustadz Heru Wahyudi dan Pengasuh Pondok Modern Gontor Putri 4, Ustadz Hanif Hafidz beserta beberapa ustadz lainnya dan ibu guru senior. Demi memantau dan memberikan pengarahan pelaksanaan Tarbiyah Amaliyah, KH. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. yang didampingi Ustadz Muhammad Badrun Syahir, MA. beserta beberapa ustadz dari Pondok Modern Darussalam Gontor 1 bermukim di Kendari selama empat hari hingga Kamis (22/4).

Dari bandara, rombongan bergegas ke kampus Pondok Modern Gontor Putri 4 di Konda, Konawe Selatan. Dalam kesempatan ini Bapak Pimpinan berkenan memberikan nasehat serta arahan-arahan di depan para santriwati dan ustadzah yang didampingi oleh Bapak Pengasuh Gontor Putri 4. Beliau menekankan, kita harus selalu bersyukur kepada Allah SWT atas segala kesuksesan yang telah diraih Gontor maupun para santri atau santriwatinya. Pasalnya, hingga kini tidak ada balai pendidikan semacam ini yang selalu istiqomah membimbing, membina dan mendidik santri-santrinya selama 24 jam, bahkan kasih sayang pondok melebihi kasih orangtua. Di samping itu, beliau juga menyatakan, seseorang yang masih menjalani masa belajar harus selalu “bertahan”, bertahan dari segala hal yang bisa membuatnyatidak fokus dalam belajar. Karena kesuksesan seseorang itu bergantung kepada ketahanannya terhadap segala hal yang mengganggunya.

Tidak hanya itu, KH, Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. juga menghimbau segenap santriwati agar tidak membiasakan diri untuk izin pulang dan dijenguk orangtuanya masing-masing. “Karena santri atau santriwati yang belajar itu ibarat sebuah nasi yang lagi ditanak, apabila nasi ini selalu dilihat dan dibuka penutupnya berkali-kali maka nasi tersebut tidak akan matang dan rasanya juga tidak enak, bahkan nasi tersebut seperti sebuah telur “kopyor” atau belum matang yang tidak layak dikonsumsi manusia,” ujar beliau.

Setelah dua jam di Pondok Modern Gontor Putri 4, rombongan melanjutkan perjalanan ke Pondok Modern Gontor 7 di Pudahoa, Konawe Selatan, Senin (19/4) Malam. KH. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. telah ditunggu seluruh santri di aula untuk mendengarkan pesan dan nasehat dari beliau. Acara diawali dengan laporan dari Ustadz Heru Wahyudi selaku Pengasuh Pondok Modern Gontor 7 mengenai segala aktivitas dan hasil ulangan umum para santri. Seperti halnya di Pondok Modern Gontor Putri 4, Pimpinan  Pondok kembali mengimbau segenap santri dan guru agar selalu bersyukur dalam segala hal. Beliau juga menerangkan bahwa Trimurti pada awal lahirnya Gontor selalu berkorban harta, tenaga dan pikiran bahkan kalau perlu sampai nyawa sekalipun akan dikorbankan, “Bondo bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan”.

Keesokan harinya, Selasa (20/4), Pimpinan Pondok bersama Ustadz Muhammad Badrun, MA berkonsentrasi pada rentetan kegiatan Amaliyah Tadris. Dalam kesempatan itu, KH. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. menyampaikan taujihat di hadapan seluruh siswa kelas 6 dan para pembimbing. Beliau menerangkan beberapa keuntungan yang bisa didapatkan seorang santri Gontor sejak menginjakkan kakinya di bumi Gontor. Selain itu, beliau juga memaparkan manfaat dan seberapa pentingnya persiapan mengajar atau i’dad bagi seorang guru. Para siswa kelas 6 juga diperkenalkan beberapa istilah dalam praktikum mengajar, darsu naqd (tahap evaluasi kritis-red) serta tata cara dan adab dalam me-naqd.

Tidak hanya itu, beliau juga menekankan bahwa persiapan dalam mengajar itu sangat penting sekali, bahkan sekaliber Buya Hamka saja menyempatkan diri untuk membuat persiapan pidato dalam acara Kongres Kebudayaan di Solo. DR. Ali Fahmi Amrusy (guru bahasa Arab dan Syaikh di Mesir) mempersiapkan apa yang harus dipidatokan kepada santri kala mendapat undangan ke Gontor. KH. Imam Zarkasyi pun mampu berorasi dengan bahasa Arab sebaik dan selancar itu dalam sebuah kongres yang diadakan di Mesir karena beliau mengajar selama 20 tahun dengan persiapan yang sangat matang sekali.

Di sela-sela pengarahan Tarbiyah Amaliyah, Pimpinan Pondok meluangkan waktu untuk mengetahui lebih keadaan masyarakat di sekitar pondok dan perkembangan pondok hingga saat ini. Dengan demikian, beliau mengetahui, ternyata pandangan negatif masyarakat atau suku setempat sejak tahun 2002 silam dengan menganggap pondok sebagai pendatang baru yang tanpa nilai dan tidak berguna sudah berubah. Sekarang mereka sudah merasakan betapa hebatnya Gontor. Mereka merasakan bahwa pondok telah membawa banyak manfaat dan ketenangan bagi penduduk sekitar. Hal ini dapat terwujud kaena ustadz-ustadz sangat sering mengadakan pengajian-pengajian dan pertemuan dengan para wali santri di Islamic Centre Kendari guna sosialisasi dan transformasi program, visi, misi dan nilai pondok. Meskipun demikian, masih terdapat segelintir orang yang tidak mau mengikuti pondok. Mereka kebanyakan berasal dari sukuTolaki yang mempunyai watak keras dan gengsi yang tinggi. Mereka seringkali merasa benar walaupun apa yang dikerjakan itu salah.

Di samping mengadakan pengajian dan pertemuan dengan wali santri, Pengasuh Pondok dan para ustadz juga kerap menemui aparat pemerintahan sekaligus membantu mereka dalam berbagai acara seperti pengajian kecamatan, kabupaten dan lain sebagainya. Sehingga, tanpa diduga Pondok Modern Gontor 7 sudah menghimpun kekuatan dari pihak pemerintahan untuk mendukung dan melindungi Gontor. Kenyataannya, semakin banyak aparat pemerintahan yang senantiasa siap setiap saat melindungi pondok.

Selanjutnya, Pimpinan Pondok memimpin proses evaluasi Tarbiyah Amaliyah sehari kemudian, Rabu (21/4). Untuk evaluasi ini, panitia telah menyiapkan 15 soal yang harus dijawab seluruh siswa kelas 6. Adapun jumlah siswa kelas 6 di Pondok Modern Gotor 7 sebanyak 30 siswa. Mereka terlihat begitu semangat dan sungguh-sungguh mengikuti pengarahan Tarbiyah Amaliyah ini. Hasil evaluasi pun dinilai berhasil dan memuaskan. Dengan ini, mereka diharapkan sudah siap melaksanakan Tarbiyah Amaliyah pada hari berikutnya.

Adapun Tarbiyah Amaliyah perdana juga diikuti Pimpinan Pondok, Kamis (22/4) pagi. Agung, salah seorang siswa kelas 6 dari Bali ditunjuk sebagai pengajar praktek pada Tarbiyah Amaliyah perdana ini. Ia mengajar pelajaran Muthola’ah di kelas 2-B dengan baik walaupun  masih terdapat beberapa kesalahan yang akan dievaluasi pada darsu naqd. Kali ini, darsu naqd langsung dipimpin KH. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. yang menjelaskan tata cara praktek mengajar sebenarnya. Dalam hal ini, beliau menekankan, segala sesuatu yang akan mau dikerjakan itu mempunyai sistematika dan cara-caranya sendiri seperti cara pemberian kosakata, penyampaian isi dan evaluasi.

Pada hari yang sama, beberapa saat setelah darsu naqd selesai, Pimpinan Pondok menyempatkan diri untuk mengunjungi tanah wakaf seluas 54,3 ha di Desa Mendikonu, Amonggedo, Konawe. Sebanyak tujuh ustadz dari Pondok Modern Gontor 7 diberi tanggung jawab untuk mengelola tanah wakaf tersebut. Mereka ditugaskan untuk membangun sekolah semacam TPA atau Islamic Centre. Pembangunan yang berjalan saat ini meliputi asrama sebanyak 10 lokal dengan luas 10 m x 7 m, kamar mandi 4 lokal (1,75 m2), rumah guru dengan luas 17, 5 m x 11 m, dan sebuah masjid dengan luas 14 m x 14 m setinggi 8 m. Meskipun masih dalam tahap pembangunan, masyarakat sekitar sangat antusias menanggapinya dan menunggu pembukaan sekolah ini. Hal ini terlihat dengan banyaknya anak-anak yang ingin belajar mengaji kepada para ustadz setelah shalat Maghrib. Bahkan, jumlah mereka terus bertambah setiap hari.