Home Blog Page 539

Armada Rayakan Ulang Tahun ke-6

0

GONTOR — Armada, sebuah klub seni teater di Pondok Modern Darussalam Gontor, merayakan ulang tahunnya yang ke-6 dengan menggelar pertunjukkan, Jum’at (30/4) lalu. Acara yang berlangsung di sebelah timur Gedung 17 Agustus tersebut bertajuk “Armada Show 0,06 Abad”. Menurut Mohammad Yahdi, staf Bagian Kesenian Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM), acara tersebut menunjukkan bahwa hingga berusia enam tahun Armada mampu mempertahankan eksistensinya di pondok ini dengan menggali dan mengembangkan bakat seni para santri se-Darussalam. Bahkan, tak bisa dipungkiri, Armada telah menjadi tolak ukur kesenian di Pondok Modern Darussalam Gontor.

“Walaupun terdengar berlebihan, tapi kami bahagia dengan keberadaan Armada yang telah mewarnai pondok selama 0,06 abad atau enam tahun,” ungkap Yahdi siswa kelas 5 Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah yang juga merupakan pengurus Armada tersebut kepada Gontor Online, Sabtu (1/5) malam, di kantornya.

Yahdi menuturkan, acara yang sudah enam kali diadakan tersebut merupakan program pengurus Armada yang berasal dari kelas 5 KMI. Armada Show kali ini diketuai Ainul Labib. Adapun jumlah anggota Armada dari kelas 1-4 mencapai 42 orang. Mereka turut berpartisipasi menyukseskan acara kebanggaan mereka ini. Mereka semua tampil menunjukkan keahlian dan kemampuan mereka dalam bidang seni teater maupun puisi.

Di antara penampilan-penampilan mereka yang menarik perhatian para penonton adalah pantomim, dance, drama, pembacaan puisi, JSJ (tari kombinasi kelas 6-red) dan teater ilustrasi. Terlihat para santri memadati jalan antara Gedung 17 Agustus dan Kopwapel guna menyaksikan pertunjukkan mereka.

Dalam sambutannya saat membuka acara ini, Ustadz Taufiq Affandi, S.H.I. menyatakan, Armada Show merupakan gerakan dakwah, sebuah cara menyampaikan nilai-nilai keislaman melalui seni. “Kita semua berharap, acara ini juga dapat menjadi bahan evaluasi bagi Armada. Pertunjukkan yang bagus dan bernilai patut kita syukuri dan kita lanjutkan. Sebaliknya, jika ada yang tidak berkenan di hati, harus kita hilangkan di kemudian hari. Semoga Armada semakin hari semakin baik dan meningkat,” tuturnya, Jum’at (30/4).





Gontor dan Totalitas Kehidupan

0

Kehidupan di Gontor adalah kehidupan yang total, komprehensif dan ideal. Berusaha menggabungkan antara aspek duniawi-ukhrowi, dalam mainstream Islam.

Pagi hari, jauh sebelum matahari terbit, para santri bangun – biasanya dengan lantunan Al-Qur’an yang disiarkan serentak di seantero pondok. Mereka terjaga, mengambil air wudhu, membaca Al-Qur’an, tahajud. Beginilah hari di Gontor dimulai.  Pada akhir hari, sekitar pukul 22.00, para santri kembali ke asrama masing-masing, setelah melewati satu hari yang penuh dengan aktivitas dan makna, katakanlah paling tidak selama 18 jam sehari.

Jadwal yang padat dan kompak menciptakan miliu yang  militan dan berdaya saing tinggi, tanpa harus kehilangan sisi kemanusiaan. Ada persahabatan, persaudaraan, teamwork. Pun, ukhuwah islamiyyah adalah salah satu panca jiwa pondok- lima asas yang dibangun diatasnya kehidupan pondok.

Kehidupan yang demikian, dijalani oleh setiap hari, oleh per individu, baik santri maupun ustadz. Apabila minimal mereka menghabiskan masa belajar selama 4 tahun, maka mereka memiliki 21600 jam dalam pendidikan kehidupan yang berkualitas dan total. Sehingga, selepas para alumni dari pondok ini, diharapkan akan menjadi generasi pemimpin masa depan. Insya Allah.

Kamis, 22 Jumadal Ula 1431

Perkajum Tingkatkan Ketangkasan Anggota Baru Pasus

0

KAMPUNG DAMAI — Koordinator Gerakan Pramuka (KGP) Gugus Depan (Gudep) 15089 Pondok Modern Darussalam Gontor kembali mengadakan Perkemahan Kamis-Jum’at (Perkajum) dua pekan silam, 15-16 April 2010. Kali ini, giliran Desa Campursari yang menjadi bumi perkemahan adika-adika pramuka Gudep 15089.

Adapun peserta yang mengikuti Perkajum yang kesekian kalinya ini terdiri dari anggota baru Pasukan Khusus (Pasus) dari setiap POT yang jumlahnya mencapai 10 POT. Setiap POT mengutus 20 orang anggota Pasus untuk berpartisipasi dalam acara ini. Mereka dibimbing langsung oleh para ustadz yang bertugas selaku full-timer.

Para peserta Perkajum dilibatkan dalam berbagai perlombaan yang menguji ketangkasan dan kekompakan mereka. Setiap perlombaan bersifat menghibur seperti panjat tebing, lari karung, memasukkan air ke dalam botol dan lain sebagainya. Selain bertujuan meningkatkan ketangkasan setiap peserta, kegiatan ini diharapkan menjadi syiar Gontor bagi masyarakat sekitar bahwa pramuka Gontor adalah pramuka tetapi mereka juga muslim yang mempunyai kreativitas dan prestasi.

Pelatihan Saka Bhayangkara Pupuk Keterampilan Santri

0

DARUSSALAM— Untuk memupuk kedisiplinan santri, Majelis Pembimbing Koordinator (Mabikori) Gerakan Pramuka Gugus Depan (Gudep) 15089 Pondok Modern Darussalam Gontor mengadakan pelatihan Saka Bhayangkara yang dibuka Kamis (8/4) lalu. Pelatihan ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut setelah acara pembukaan, Jum’at-Ahad, 9-11 April 2010. Acara ini diikuti sebanyak 400 santri yang terdiri dari kelas 3 Intensif, 4, 5 dan 6. Para peserta dikenakan biaya pendaftaran sebesar Rp 150 ribu per orang. Mereka mendapatkan fasilitas berupa kaos, souvenir, Kartu Tanda Anggota (KTA), co-card  dan sertifikat.

Pelatihan terbagi dalam dua macam yang mencakup pemberian materi dan praktek. Para pelatih sendiri didatangkan dari Kepolisian Ponorogo. Merekalah yang menyampaikan materi dan memberikan pelatihan secara langsung kepada setiap peserta. Materi-materi yang ada seperti bahaya Narkoba, Siskamling dan lain sebagainya disampaikan para pelatih di aula Rabithah. Penyampaian materi sendiri dilakukan pada malam hari dan setelah shalat Dhuhur, sehingga tidak bertabrakan dengan praktek.

Sedangkan pelatihan atau praktek sendiri dilaksanakan di dalam areal pondok dan sekitarnya setiap sore. Para peserta dilatih tata cara berbaris yang benar dan tepat dalam Latihan Ketangkasan Baris-berbaris (LKBB). Di samping itu, mereka juga diajari bagaimana menjadi Polisi Lalu Lintas (Polantas) yang selama ini hanya mereka saksikan di jalan-jalan dengan disiplin memberikan tanda-tanda kepada setiap orang.

Gontor 3 Gelar Bedah Buku N5M

0

KEDIRI— Pondok Modern Gontor 3 “Darul Ma’rifat” menggelar acara Bedah Buku “Negeri 5 Menara” dan Workshop Multimedia serta Seminar Sehari selama tiga hari berturut-turut, Jum’at-Ahad, 16-18 April 2010 lalu. Acara yang bertempat di Auditorium Pondok Modern Gontor 3 ini diisi langsung oleh sang penulis, Ahmad Fuadi. Acara bedah buku dilaksanakan pada hari pertama, Jum’at (16/4) pagi dengan dibuka secara resmi oleh Pengasuh Pondok Modern Gontor 3, H. Saepul Anwar, S.Ag.

Selaku panitia penyelenggara, Warta Mingguan Darul Ma’rifat Pos juga mengundang Uzair Hamdan, Manajer Pemberitaan Trans 7, untuk mengisi Workshop Multimedia pada hari yang sama, Jum’at (16/4) siang. Selain itu, mereka juga menghadirkan Lukman Hakim Arifin, Pemred Majalah Gontor, guna mengisi Pelatihan Tulis Menulis, Sabtu (17/4). Panitia juga mengundang Anis Maftuhin yang mengisi Pelatihan Penerjemahan Buku pada hari ketiga, Ahad (18/4).

Ahmad Fuadi menuturkan, Novel ini diinspirasi oleh pengalamannya bersama teman-temannya selama belajar di Gontor. Walaupun bersifat fiksi, tapi banyak kejadian dalam ceritanya diilhami oleh kisah nyata. Ada pengembangan karakter dan drama di dalamnya. Pesan utama novel ini adalah “Man jadda wajada” dan “Jangan remehkan impian, setinggi apapun, sungguh Allah Maha Mendengar”.

Karena banyak permintaan, buku N5M ini mencatat rekor sebagai buku yang terbanyak dicetak Gramedia dalam 6 bulan pertama terbit. Ini sesuai dengan data Gramedia Pustaka Utama selama 36 tahun terakhir untuk kategori buku lokal. Per April ini dicetak 100.000 eksemplar dalam periode 9 bulan. Artinya rata-rata lebih 10.000 buku setiap bulan. Sebuah angka luar biasa untuk dunia buku Indonesia. Rekor baru oplah buku lokal Gramedia dalam 22 tahun terakhir. Sebelumnya dipegang oleh buku novel remaja Lupus tahun 1988.

Di samping itu, N5M juga terpilih sebagai urutan pertama Buku Fiksi Pilihan 2009. Publik Malaysia juga suka dengan novel ini dan akan terbit dalam bahasa Melayu di Malaysia pada Juni 2010 mendatang. Selain itu, N5M telah diresensi berbagai media cetak Indonesia seperti Kompas, Republika, Jawa Pos, Koran Tempo, Jakarta Post, Femina dan lain sebagainya.

Menurut data yang dipaparkan Ahmad Fuadi, N5M ternyata sebuah novel yang bisa dibaca oleh berbagai umur, profesi dan agama. Pembacanya ada anak kecil berumur 8 tahun sampai nenek berumur 80 tahun. Dari kalangan pelajar, guru, pegawai, direktur ANTARA. Juga berbagai agama; Islam, Kristen sampai Hindu. Hingga saat ini, N5M sudah dilirik oleh sembilan produser film untuk diangkat ke layar lebar. Saat ini ada tiga produser yang serius dan sedang dalam proses pembicaraan.

Novel ini adalah buku pertama dari 3 buku yang saling bersambung. Buku kedua, “Ranah 3 Warna” akan terbit dalam beberapa bulan ke depan. Tiga buku ini masing-masing membawa mahfudhat berbeda, yaitu “siapa bersungguh-sungguh akan sukses”, “siapa yang bersabar akan beruntung”, dan “siapa yang berjalan di jalurnya, akan sampai”.

Sejak buku ini beredar, penulis mendapat banyak undangan ke seluruh Indonesia untuk berbicara di berbagai forum seperti Bedah Buku, Talkshow, Kursus Menulis, Seminar Motivasi, Pengajian dan lainnnya. Bahasan yang disampaikan adalah tentang buku, hikmah belajar di pesantren, pengalaman menuntut ilmu ke berbagai negara dan teknik menulis. Hal ini menjadi kesyukuran tersendiri karena bisa memaksimalkan dakwah. Pihak pengundang sangat beragam, mulai dari kampus, sekolah, instansi, pesantren, IKPM dan kelompok pengajian.

Perpustakaan OPPM Gelar Orientasi

0

DARUSSALAMBagian Perpustakaan Organisasi Pelajar Pondok Modern(OPPM)mengadakan orientasi tentang kepustakaan untuk seluruh santri se-Darussalam, Jum'at (2/4) siang hingga Sabtu (3/4) sore lalu. Orientasi tersebut diadakan di Gedung Nin-Xia lantai 3.

“Acara ini sangatlah bermanfaat untuk memotivasi santri agar mereka gemar membaca dan mulai akrab dengan buku. Di samping itu, acara ini juga berguna untukmengembangkan bakatdan kreatifitas santri, melahirkan para pustakawan Darussalam yang berpotensi sekaligusmembina ulama yang intelek,” tutur Arief Nururrokhim, selaku ketua acara tersebut sekaligus penanggung jawab atas Bagian Penelitian dan Pengembangan (Litbang).

Santri yang kini duduk di kelas 6 Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) ini menambahkan, sejatinya, acara serupa pernah diselenggarakan pada tahun 2008 silam. Orientasi tersebut memperkenalkan kepada santri tentang perpustakaan, sistem katalogisasi, sistem klasifikasi dan sistem perpustakaan komputerisasi.

Adapun selaku tutor dalam acara ini adalah H. Imam Bahroni, M.A, M.Sc., Fajar Hari Suseno, S.H.I. dan Taufiq Affandi, S.H.I. H. Imam  Bahroni membawakan tema 'Santri Unggul dan Etos Ilmiah', sedangkan Fajar Hari Suseno yang merupakan pembimbing Perpustakaan Darussalam mengusung tema ‘Mengenal Perpustakaan Lebih Dekat’ dan Taufiq Affandiberbicara mengenai 'Workshop Tulis Cerpen dan Puisi'.

Panitia pelaksana acara orientasi ini terdiri dari seluruh siswa kelas 6 yang merupakan pengurus Bagian Perpustakaan. Mereka dibantu anggota Ganespo alias asisten Bagian Perpustakaan OPPM yang terdiri dari siswa kelas 4 dan 5 sebanyak 30 orang. Mereka dibimbing langsung oleh Ustadz Indriawan Fahlimi, staf Pengasuhan Santri Pondok Modern Darussalam Gontor.

             

Pimpinan Pondok Hadiri Temu Alumni di Sumenep

0

MADURA— Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), KH. Hasan Abdullah Sahal dan KH. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. menghadiri acara Temu Alumni Pondok Modern Darussalam Gontor di Sumenep, tepatnya di Pondok Pesantren Al-Amien, Prenduan. Acara tersebut berlangsung selama dua hari berturut-turut, Jum’at-Sabtu, 2-3 April 2010 lalu.

Kehadiran Pimpinan Pondok disambut dengan sukacita oleh para alumni yang sebagian besar merupakan anak didik beliau semasa menjadi santri Gontor. Nampak terlihat suasana akrab diantara para peserta. Mereka berbincang-bincang mengenai kenangan terindah saat menuntut ilmu di pondok tercinta. Masing-masing saling melepas rindu dalam kesempatan yang tak ternilai harganya ini.

Acara silaturrahim yang hanya digelar sekali dalam dua tahun ini dipelopori para alumni Gontor tahun 60-an ke atas. Awal mulanya, acara ini hanyalah sekedar menepis rindu para alumni yang sempat mengenyam pendidikan langsung dari Pak Zar tersebut. Namun, ternyata para alumni di bawahnya juga tertarik untuk mengadakan acara serupa. Oleh karena itu, KH. Abdullah Sahal menyatakan dalam sambutannya, acara yang dinilai beliau positif ini hendaknya dilestarikan tanpa memandang angkatan lagi.

“Kita sudah semakin tua, angkatan kami juga semakin berkurang. Maka, hendaknya generasi mendatang dapat meneruskan tradisi yang baik ini guna menjali silaturrahim diantara alumni Gontor,” kata beliau.

Temu alumni selanjutnya direncanakan digelar dua tahun kemudian, yakni pada tahun 2012 mendatang. Para peserta sepakat menetapkan IKPM Cirebon sebagai tuan rumah berikutnya. Dengan adanya acara ini, semua berharap dapat berjuang demi kemajuan Gontor dan menjaga eksistensinya di luar.

Jelang Ujian, Pembimbing Tiap Konsulat Himbau Tingkatkan Belajar

0
DARUSSALAM—Menjelang Ujian Pertengahan Tahun 1430-1431/2009-2010, Kamis (28/1) mendatang, para pembimbing tiap-tiap konsulat se-Darussalam menghimbau anggota konsulatnya masing-masing agar meningkatkan belajar. Hal ini disampaikan pada perkumpulan konsulat terakhir yang diadakan Jum’at (22/1) malam, di tempat-tempat yang telah ditentukan. Melalui himbauan ini, diharapkan seluruh santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) tidak lalai dan mampu memanfaatkan waktu luang mereka dengan sebaik mungkin. Sehingga, setiap santri benar-benar siap untuk ‘berperang’  di ruang ujian nanti.

Menurut data yang disampaikan Lukman, salah satu staf Sekretaris Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM), ketika dikonfirmasi Gontor Online di tempatnya, Sabtu (23/1), saat ini jumlah konsulat yang ada di Gontor adalah sebanyak 38 konsulat. Nama seluruh konsulat yang ada berdasarkan daerah asal santri  PMDG dari Sabang sampai Merauke, yaitu Konsulat Luar Negeri, Konsulat Aceh, Konsulat Sumatera Utara, Konsulat Sumatera Barat, Konsulat Riau, Konsulat Jambi, Konsulat Bangka, Konsulat Palembang, Konsulat Bengkulu, Konsulat Lampung, Konsulat Bogor, Konsulat Banten, Konsulat Bekasi, Konsulat Priangan, Konsulat Cirebon, Konsulat Jakarta, Konsulat Pekalongan, Konsulat Banyumas, Konsulat Semarang, Konsulat Pati, Konsulat Magelang, Konsulat Magelang, Konsulat Surakarta, Konsulat Madiun, Konsulat Ponorogo Dalam, Konsulat Bojonegoro, Konsulat Jombang, Konsulat Kediri, Konsulat Blitar, Konsulat Gresik, Konsulat Surabaya, Konsulat Madura, Konsulat Malang, Konsulat Pasuruan, Konsulat Besuki, Konsulat Banustra (Bali dan Nusa Tenggara-red), Konsulat Kalimantan, Konsulat Sumalia (Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya-red) dan terakhir Konsulat Ponorogo Luar.

“Konsulat Jakarta merupakan konsulat dengan jumlah anggota terbanyak, yakni mencapai 358 santri dari kelas 1-6. Selanjutnya disusul Konsulat Surakarta dengan jumlah anggota sebanyak 233 santri dan Konsulat Kalimantan dengan jumlah anggota 213 santri. Selain ketiga konsulat tersebut, konsulat lainnya masing-masing dengan jumlah anggota kurang dari 200 santri kecuali Konsulat Semarang dengan anggota berjumlah 201 santri. Adapun konsulat dengan anggota paling sedikit adalah Konsulat Ponorogo Luar yang hanya beranggotakan sembilan santri,” papar Lukman kepada Gontor Online, Sabtu (23/1) pagi, sambil mencermati data yang saat itu dipegangnya.

Mengenai tempat perkumpulan konsulat yang biasanya diadakan sebulan sekali, Lukman mengungkapkan, setiap konsulat menempati tempat-tempat yang telah ditentukan Bagian Pengasuhan Santri sesuai dengan kapasitas masing-masing konsulat. “Beberapa konsulat besar seperti Konsulat Jakarta, Konsulat Surakarta dan Konsulat Kalimantan tentunya mendapatkan tempat perkumpulan yang lebih luas daripada konsulat-konsulat lainnya karena jumlah anggotanya banyak,” ujar Lukman yang juga merupakan pengurus Jam’iyyatu-l-Qurro (JMQ) tersebut.

“Konsulat Jakarta biasanya di Masjid Jami’ lantai bawah. Sedangkan Konsulat Kalimantan dan Konsulat Surakarta sama-sama di Masjid Jami’ lantai atas,” lanjutnya.

Sedangkan konsulat lainnya, Lukman melanjutkan, menggunakan ruang kelas kecuali Priangan, konsulat dengan anggota terbanyak keempat, diberi tempat di Gedung Olahraga (GOR) PMDG. Adapun beberapa gedung yang ruang kelasnya digunakan untuk tempat perkumpulan konsulat-konsulat lainnya mencakup Gedung Sudan, Gedung Yaqdzoh, Gedung Robithah, Gedung Sudan Baru, Gedung Saudi dan Gedung Satelit. “Tempat-tempat tersebut tidak mutlak ditempati konsulat yang sama setiap bulannya, akan tetapi mengikuti kebijaksanaan dari Bagian Pengasuhan Santri. Mungkin saja bulan ini di Gedung Sudan, namun pada bulan depan di Gedung Satelit. Tidak menutup kemungkinan terjadi perubahan tempat karena menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Di akhir wawancara, Lukman menjelaskan, perkumpulan konsulat merupakan perkumpulan wajib bulanan seluruh santri se-Darussalam. Melalui perkumpulan inilah mereka bisa saling mengenal satu sama lain yang berasal dari satu daerah. Namun, Gontor berdiri di atas dan untuk semua golongan. Dengan kata lain, walaupun santri-santri yang belajar di Gontor berasal dari berbagai suku bangsa, tidak serta-merta membuat mereka berpecah-belah. Bahkan, Gontor senantiasa menegur santrinya yang hanya bergaul dengan teman sedaerah, dia harus berbaur dengan teman-temannya yang lain dari daerah berbeda. Dari sinilah Gontor mempunyai peran signifikan untuk mempersatukan Indonesia.
    

 
 

Majalah Himmah Gelar Lomba Tulis-menulis

0
DARUSSALAM—Majalah Himmah, majalah yang dikelola mahasiswa Institut Studi Islam Darussalam (ISID) ini, telah menyelenggarakan lomba tulis-menulis untuk seluruh santri se-Darussalam. Para pemenangnya telah ditetapkan dan diumumkan Sabtu (23/1) ini. Menurut Ustadz Zaid Al-Amin, staf Majalah Himmah, lomba ini bertujuan meningkatkan kreatifitas dan imajinasi santri sekaligus memeriahkan Tahun Baru Islam di Darussalam. “Karena itulah, tema yang kami angkat berkenaan dengan kedatangan Tahun Baru Islam,” jelasnya kepada Gontor Online, Jum’at (22/1) malam, di kantornya.



Sebenarnya, lomba tulis-menulis ini telah dibuka tepat pada awal bulan Muharram 1431, Jum’at (18/12) silam dan pendaftaran peserta lomba ditutup dua hari kemudian, Ahad (20/12) lalu. Menurut Ustadz Zaid, proses penyeleksian hasil karya tulis 57 peserta lomba yang terdaftar memakan waktu cukup lama, sehingga para pemenangnya baru bisa diumumkan sebulan kemudian. Ustadz yang berasal dari Kalimantan ini menerangkan, lomba tulis-menulis yang diselenggarakan Majalah Himmah kali ini terbagi menjadi empat jenis lomba. Keempat jenis lomba itu adalah lomba menulis puisi, lomba menulis artikel, lomba menulis resensi dan lomba menulis cerpen.

Peserta yang mengikuti lomba menulis puisi mencapai 17 siswa. Ustadz Zaid menjelaskan, dengan tema Tahun Baru Islam, setiap peserta dituntut untuk memperhatikan pilihan kata yang tepat atau diksi dalam puisi yang ditulisnya. Di samping itu, pesan moral yang disampaikan lewat puisi tersebut juga harus jelas dan tepat sehingga puisi yang ditulisnya bukan hanya sekedar kata-kata yang tiada bermakna. Ejaan dan tanda baca pun tidak kalah pentingnya karena dapat mempengaruhi makna yang dikandung sebuah puisi. Dengan puisi berjudul “Perjalanan Suci”, Restu Himawan S. berhasil menyisihkan peserta 16 peserta lainnya sebagai juara pertama. Juara kedua dan ketiga berturut-turut diraih Arief dan Dzaki Buchori dengan puisi mereka masing-masing yang berjudul “Tahun Baru Hijriah” dan “Optimis di Tahun Baru Hijriah”.

Adapun jumlah peserta yang berpartisipasi dalam lomba menulis artikel tergolong paling sedikit, hanya berjumlah sebanyak enam siswa. Dalam lomba yang satu ini, Rifqy Zaidan menulis artikel berjudul “Momen untuk Berbenah Diri” yang dipilih sebagai pemenangnya. Sedangkan artikel berjudul “Terhimpit Realita” yang ditulis Taufiqi Billah menempati tempat kedua disusul Yuangga Kurnia Yahya sebagai juara ketiga dengan artikelnya yang berjudul “Salah Kaprah”. Ketiga artikel itu terpilih dengan menimbang berbagai aspek penilaian meliputi gaya bahasa atau gaya menulis yang digunakan, kesesuaian dengan tema dan kreatifitas ide dari penulis.

Sedangkan lomba menulis cerpen lebih banyak peminatnya dengan jumlah peserta 21 siswa. Adapun kriteria penilaiannya tidak jauh berbeda dengan puisi, yakni meliputi pemilihan diksi, pesan moral yang terkandung di dalam cerpen ditambah alur cerpen. Di samping itu, ejaan dan tanda baca pun perlu diperhatikan setiap penulis. Lomba ini dimenangkan Aji Gema Permana dengan cerpen berjudul “Menunggu 1 Muharram”. Pemenang kedua dengan judul “Tahun Baru yang Panas” berhasil direbut M. Fiqh Kholidi. Sedangkan juara ketiga dimenangkan Ontowiryo dengan cerpennya yang berjudul “Namanya Mak’e”.

Lomba menulis resensi dimenangkan Ridwan Akbar sebagai juara pertama, Abdullah E. sebagai juara kedua dan Indra P. meraih juara ketiga. Mereka menyisihkan 10 peserta lainnya pada lomba yang sama. Kecerdasan setiap peserta dalam memilih judul buku untuk diresensi ditambah kepandaian mendeskripsikan buku tersebut mendapatkan penilaian dari dewan juri selain gaya tulisan dan ejaan yang dipakai beserta tanda bacanya.

Lomba tulis-menulis ini merupakan ide cemerlang dari Ustadz Muhammad Taufiq Affandi, S.H.I., Dewan Redaksi Majalah Himmah. Dengan usul ini, Ustadz Zaid mengungkapkan, Majalah Himmah benar-benar mampu berperan dalam meningkatkan kreatifitas santri di dunia tulis-menulis. “Kumpulan puisi dan tulisan-tulisan lainnya mungkin akan kita muat di Majalah Himmah atau Buletin Pusaka,” katanya di akhir wawancara.   
 
 

Silatnas Keluarga Besar PMDG Padati JCC

0
JAKARTA—Silaturrahim Nasional (Silatnas) Keluarga Besar Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) yang memadati Jakarta Convention Center (JCC), Ahad (17/1) lalu, berlangsung sukses. Acara yang dihadiri ribuan alumni Gontor se-Indonesia ini mengundang empat orang menteri dari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II. Keempat menteri tersebut adalah Menteri Agama (Menag), Drs. Suryadharma Ali, M.Si., Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo), Tifatul Sembiring, Menteri Pertanian, Ir. H. Suswono, MMA dan Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan. Acara dimulai dengan pentas seni yang dilanjutkan dengan Talk Show bersama Menkominfo, Tifatul Sembiring, dan Menteri Pertanian, Ir. H. Suswono, MMA. Setelah itu, panitia menggelar dialog dengan tokoh-tokoh alumni Gontor.


Menjelang Silatnas, panitia menggelar acara Sarasehan di Hotel Shofran yang dihadiri para pengasuh Pondok Cabang dan beberapa Pimpinan Pondok Alumni, Jum’at (15/1) malam. Dalam kesempatan ini, salah satu Pimpinan PMDG, K.H. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. bersama Dr. H. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A., K.H. Imam Subakir Ahmad dan Dr. H. Hidayatullah Zarkasyi, M.A. berbicara banyak hal mengenai filsafat hidup di Gontor yang erat kaitannya dengan Panca Jiwa dan Motto PMDG. Selain itu, K.H. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. juga menyampaikan program-program Gontor yang terangkum dalam Panca Jangka PMDG.

Adapun sehari sebelum diadakan Silatnas, berlangsung acara silaturrahim antara para pengasuh Pondok Cabang dan Pimpinan Pondok Alumni se-Indonesia di Hotel Grand Alia, Sabtu (16/1) pagi. Kali ini, Pimpinan PMDG, Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. didampingi Koordinator Alumni Pondok Modern Gontor sekaligus Bupati Sumbawa Barat, Dr. Zulkifli Muhadi, menerangkan visi dan misi Gontor ke depan. Kini, alumni Gontor sudah mempunyai peran dan fungsi di berbagai lini kehidupan. Sehingga, para alumni haruslah berperan aktif di bidang mereka masing-masing demi mewujudkan cita-cita Trimurti.

Di samping itu, panitia juga mengadakan pertemuan tokoh-tokoh alumni Gontor, Sabtu (16/1) malam, seperti Dr. H. Hidayat Nur Wahid, Prof. Dr. Dien Syamsuddin dan beberapa tokoh lainnya yang sangat berperan penting, baik di tingkat lokal ataupun di tingkat nasional dan internasional. Acara bertempat di Hotel Sahid Jaya dengan wacana prospektif yang membicarakan berbagai program kebijakan pondok di Indonesia.  

Silatnas tahun ini mengusung tema “Mengembangkan Potensi untuk Indonesia yang Lebih Maju dan Mandiri”. Dengan keberadaan Gontor di Indonesia, diharapkan dapat meningkatkan kemajuan dan kemandirian negara yang kaya akan sumber daya alam ini. Oleh karena itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mengelola segala potensi yang dimiliki Indonesia.