Home Blog Page 547

DKK Adakan Pelatihan SAR

0

DARUSSALAM—Untuk memperluas wawasan santri tentang tata cara penyelamatan yang dilakukan tim Search and Rescue (SAR), Dewan Kerja Koordinator (DKK) Gerakan Pramuka Pondok Modern Darussalam Gontor mengadakan pelatihan SAR pada waktu Liburan Pertengahan Tahun, akhir Februari lalu. Pelatihan ini digelar di Kota Madiun selama tujuh hari berturut-turut. “Jumlah peserta yang mengikuti acara pelatihan SAR ini sebanyak 60-an lebih santri dari kelas 1-5. Mereka menggunakan waktu liburan selama tujuh hari di tempat pelatihan,” tutur Dindin beberapa waktu lalu kepada Gontor Online, Ahad (7/3).

Setiap peserta yang mendaftarkan diri, tambahnya, dipungut biaya sebesar Rp 500 ribu. “Dengan biaya pendaftaran sebesar itu, mereka mendapatkan sertifikat pelatihan SAR langsung dari pemberi materi. Sertifikat tersebut akan diberikan setelah selesainya acara,” kata siswa Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) yang kini tengah duduk di kelas 3 Intensif B ini.

Santri yang berasal dari Kota Lebak ini menambahkan, selama tujuh hari di tempat latihan yang berlokasi di Lapangan Udara (Lanud) Iswahyudi, yakni 24 Februari—2 Maret,  setiap peserta dibekali materi tentang kegiatan SAR pada lima hari pertama. Materi disampaikan oleh tim SAR yang sudah berpengalaman dan telah sering terjun di lapangan melakukan tugas-tugas penyelamatan. Sedangkan pada dua hari terakhir, para peserta diajak praktek melakukan kegiatan SAR di kawasan hutan Mojoseni, Madiun.

Para peserta yang mengikuti haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat mengikuti acara ini, ungkap Dindin, antara lain memiliki tinggi badan yang ideal, memiliki kemampuan berenang dan yang terpenting adalah memiliki kemauan dan mengerti dengan baik tentang kepramukaan. “Tidak semua orang bisa mengikuti acara pelatihan semacam ini,” tuturnya.

Dengan panitia berjumlah 14 orang ini, katanya, ia berusaha membuat setiap peserta mempunyai kesan menarik saat mengikuti acara pelatihan. Setidaknya, mereka telah memperoleh pengetahuan yang tidak pernah mereka dapatkan sebelumnya. Memang, katanya, kegiatannya tidak jauh berbeda dengan pelatihan SAR tahun sebelumnya, seperti menangkap ular di dalam hutan dan kegiatan-kegiatan lainya untuk hidup bertahan di alam bebas.

Dindin berharap kegiatan SAR kali ini benar-benar bermanfaat sepenuhnya bagi mereka yang sungguh-sungguh mengikutinya. Dengan demikian, pengalaman yang mereka dapatkan dapat diamalkan untuk membantu orang yang membutuhkannya.

KH. Sutadji Tajuddin, MA Meninggal Dunia

0

“Innaa illaahi wa inna ilaihi raaji’uun….” Pondok Modern Darussalam Gontor kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya di tengah-tengah perjuangan li i’laai kalimaatillah. Jum’at pagi yang cerah, 12 Maret 2010, berubah menjadi kelabu, turut berduka cita bersama seluruh penghuni Darussalam dengan meninggalnya KH. Sutadji Tajuddin, MA di Rumah Sakit Yarsis tepat pada pukul 10.50 WIB.

Sebenarnya, sejak tahun 2003 silam kondisi beliau mulai menurun karena ditimpa penyakit gula. Akan tetapi, beliau masih aktif memberikan pengarahan-pengarahan di Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) dan di setiap acara Kemisan. Namun, mulai bulan Desember 2009 lalu beliau terkena serangan jantung yang mengakibatkan kondisi kesehatan beliau semakin menurun. Dua hari sebelum meninggal, beliau sempat mengalami gangguan pernapasan dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Meskipun demikian, kondisi beliau semakin memburuk. Akhirnya, beliau meninggal dunia setelah sempat ditangani dokter di ruang UGD.

Putra keempat dari empat bersaudara yang lahir di Gontor pada tanggal 17 Desember 1944 ini meninggalkan seorang istri, Hj. Noor Farida dan enam orang putra-putri, yaitu Silvi Tsuroya, B.Hsc, Ulfa Hanim, Shofi, Lc, Hifni Nasif, Husni Dzahabi dan Syahrozad Hunaifa.

..Keempat hal itu adalah nyingkuk, njlimet, njleput dan berhasil

Setelah menamatkan Sekolah Rakyat (1951-1956), beliau menuntut ilmu di Pondok Tegal Sari selama tiga tahun (1957-1959). Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor selama enam tahun (1961-1966). Selama di KMI, beliau mendapatkan pesan dari KH. Imam Zarkasyi, salah Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, agar selalu belajar dengan tekun. Pesan inilah yang selalu terngiang-ngiang di telinga beliau selama hidupnya. Untuk itulah, KH. Sutadji Tajuddin, MA terus belajar dengan rajin dan berhasil menyelesaikan studinya di Fakultas Ushuluddin Institut Pendidikan Darussalam (IPD) – sekarang diganti menjadi Institut Studi Islam Darussalam (ISID) – pada tahun 1968. Semangat beliau untuk menuntut ilmu tidak berhenti sampai disitu. Beliau pun berangkat ke Madinah untuk mengenyam pendidikan di Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Islam Madinah (1968-1972). Setelah itu, beliau mendalami Ilmu Tafsir di Universitas Al-Azhar, Mesir (1973-1975). Dengan bekal inilah beliau dikenal sebagai seorang ahli Tafsir dan Mantiq.    

Sejarah mencatat, KH. Sutadji Tajuddin, MA merupakan seorang mujahid fi sabilillah, seorang pelopor  yang merintis perjalanan KMI Gontor Putri di Sambirejo, Mantingan, Ngawi. Bersama KH. Shoiman Lukmanul Hakim, beliau mengumandangkan takbir membahana sebagai tanda dibukanya KMI Gontor Putri untuk pertama kalinya pada tanggal 10 Syawwal 1410. Takbir yang mengawali langkah Pondok Modern Gontor Putri ini diikuti seluruh calon santriwati perdana yang berjumlah 500 orang ketika itu.

Sejak menjabat sebagai Direktur KMI Putri pada tahun 1990, KH. Sutadji Tajuddin, MA senantiasa berusaha menjadi uswah hasanah bagi seluruh guru dan anak didiknya. Hal ini nampak dari kebiasaan beliau selama di KMI dengan hadir lebih awal dan tidak pernah terlambat sekalipun. Dengan ini, beliau selalu berusaha membentuk guru-guru dan santriwati agar senantiasa mengamalkan nilai-nilai dan filsafat hidup Gontor. Peran beliau untuk kemajuan Gontor semakin besar setelah diangkat menjadi Anggota Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor pada tahun 1999.

Sebagai perintis Gontor Putri, beliau selalu mengisi hari-hari perjuangannya dengan membina guru-guru secara langsung karena pada awal berdirinya, sebagian besar guru-guru di Gontor Putri bukan berasal dari alumni Gontor. Pembinaan inilah yang membuat seluruh guru mengerti akan pendidikan yang ditanamkan Gontor kepada santri-santrinya. Di samping itu, bahasa tidak luput dari perhatian beliau. Untuk itu, KH. Sutadji Tajuddin, MA selalu memberikan pembinaan bahasa di masjid setiap sore. Semangat dan kerja keras yang ikhlas ini mengantarkan anak didiknya ketika itu meraih berbagai prestasi, salah satunya adalah juara I Lomba Memahami Al-Qur’an Nasional antar Pondok Pesantren.

Banyak hal yang telah dipersembahkan beliau untuk kemajuan Gontor dan anak didiknya terutama dalam membina akhlak santriwati. Untuk itulah, beliau menulis buku Etiket Putri. Di samping itu, beliaulah pencetus pelajaran Nisaiyyah yang diajarkan di Gontor Putri. Beliau juga menulis buku Panduan Imla’ dan Khot untuk seluruh santri.

Dalam setiap kesempatan, KH. Sutadji Tajuddin, MA sering mengungkapkan empat hal yang menjadi motivasi bagi seluruh guru dan anak didiknya. Keempat hal itu adalah nyingkuk, njlimet, njleput dan berhasil. Beliau berharap agar anak didiknya selalu bersungguh-sungguh dalam segala hal. Dengan itulah mereka akan meraih kesuksesan dalam hidup ini karena tidak ada satu keberhasilan pun yang diraih tanpa diawali dengan kerja keras dan kesungguhan.

Ada satu hal yang menjadi keinginan beliau ketika masih hidup, yaitu merevisi buku Amtsilah Tasrifiyah. Akan tetapi, keinginan ini tidak sempat terlaksana karena Allah SWT berkehendak lain. Selamat jalan Ustadz… semoga hasil perjuanganmu menjadi amal jariyah yang tiada putusnya di sisi Allah SWT. Amin.  

 

CURRICULUM VITAE KH. SUTADJI TAJUDDIN, MA.

Tempat dan tanggal lahir: Gontor, 17 Desember 1944

Orangtua/wali: Tusimin, putra ke empat dari 4 bersaudara

Istri     : Hj. Noor Farida

Anak   :

  1. Silvi Tsuroya, B.Hsc.
  2. Ulfa Hanim
  3. Shofi, Lc.
  4. Hifni Nasif
  5. Husni Zahabi
  6. Syahrozad Hunaifa

 

Riwayat pendidikan :

  1. Tahun 1951 – 1956 Sekolah Rakyat           
  2. Tahun 1957 – 1959  Pondok Pesantren Tegal Sari
  3. Tahun 1961 – 1966 KMI Gontor
  4. Tahun 1968 – 1972 Univ. Islam Madinah Munawwarah Fak. Ushuluddin
  5. Tahun 1973 – 1975  Univ. Al Azhar Cairo Mesir Fak. Tafsir

 

Pengalaman organisasi:

  1. Organisasi desa Gontor
  2. PPI tahun 1971 – 1977
  3. Wakil ketua IKPM
  4. Wakil Direktur KMI Putra tahun 1985 – 1990
  5. Direktur KMI Putri tahun 1990 – sekarang
  6. Anggota Badan Wakaf tahun 1999 – sekarang

 

Pengalaman keluar negri:

  1. Arab Saudi
  2. Eropa
  3. Mesir
  4. Pakistan
  5. Jepang
  6. Kuala Lumpur

Karya Tulis

  1. Majani Mustathraf fi Ilmi Sharf
  2. Mufradat Muhadatsah

 

Riwayat sakit

Pada tahun 2003 kondisi beliau menurun karena penyakit diabetes, akan tetapi tidak menghalangi untuk selalu aktif dalam pengarahan – pengarahan di KMI dan kemisan. Kemudian pada akhir bulan Desember 2009 beliau terkena serangan jantung.

Dua hari yang lalu beliau mengalami gangguan pernafasan dan langsung dibawa ke rumah sakit Yarsis Solo untuk mendapatkan perawatan intensif. Akan tetapi kondisi beliau semakin memburuk dan akhirnya meninggal dunia pada hari Jum’at, 12 Maret 2010 pukul 10.50 WIB.

     

 

 

    

Bapak Pimpinan Hadiri Rapat Harian MUI

0

DARUSSALAM—Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A., salah satu Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor menghadiri rapat yang diadakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta, Selasa (19/5) lalu. Rapat Pimpinan Harian MUI yang bertempat di Ruang Rapat MUI, Gedung Baru MUI Jl. Proklamasi  No. 51 Menteng Jakarta Pusat tersebut membahas larangan khitan perempuan. Sebelumnya, Direktor Jenderal (Dirjen) Bimbingan Kesehatan Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan (Depkes) mengeluarkan surat edaran yang menyatakan bahwa khitan perempuan dilarang. Untuk menanggapi hal ini, MUI harus segera mengambil keputusan agar tidak menjalar terlalu jauh.


Rapat yang dimulai pada pukul 10.30 WIB tersebut memutuskan bahwa khitan bagi wanita diperbolehkan, tidak dilarang. “Masak khitan bagi perempuan dilarang, padahal menurut ilmu kedokteran khitan yang dilakukan terhadap perempuan sangat banyak manfaatnya bagi kesehatan yang bersangkutan. Sesuatu yang mubah, kok dilarang,” ujar salah satu peserta rapat.

Di samping membahas surat edaran Dirjen Binkesmas Depkes RI tersebut, para peserta rapat juga membahas tentang rencana mengadakan  Kongres Umat Islam. Pada kesempatan yang sama, Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. juga diminta MUI untuk membawa para peserta Pelatihan Kader Ulama (PKU) ke Jakarta, Selasa (26/5) ini guna melihat kemajuan mereka selama mengikuti program PKU yang berlokasi di Kampus Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Siman Ponorogo.

Pengarahan Umum Awali Amaliyah Tadris

0

GONTOR—Siswa Akhir Kulliyatu-l-Mu'allimin Al-Islamiyah (KMI) Pondok Modern Darussalam Gontor telah memasuki masa-masa Amaliyah Tadris (praktek mengajar-red) dengan dimulainya pengarahan tentang pelaksanaan Amaliyah Tadris, Sabtu (23/5) ini. Pengarahan umum yang disampaikan ketiga Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor itu menggambarkan dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di Gontor. Dengan ini, Siswa Akhir KMI akan menyadari betapa pentingnya mengajar sebagai bentuk belajar yang paling efektif bagi seorang penuntut ilmu.

Pengarahan yang diadakan di Balai Pendidikan Pondok Modern (BPPM) itu dijadwalkan berlangsung selama dua hari, Sabtu-Ahad (23-24 Mei 2009), dihadiri oleh seluruh musyrif (pembimbing-red) yang terdiri dari guru tahun ke-5 ke atas dan para asatidz pembimbing dari seluruh pondok cabang. Adapun Siswa Akhir yang berada di pondok-pondok cabang tidak diharuskan untuk mengikuti pengarahan ini. Sebabnya, mulai tahun ini, setiap pondok cabang diberikan tanggung jawab untuk mengadakan Amaliyah Tadris di tempat masing-masing.

Hal ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, seluruh Siswa Akhir KMI dari seluruh pondok cabang berkumpul di Gontor 1 untuk mengikuti Amaliyah Tadris perdana sekaligus melaksanakannya. Bukan hanya itu, mereka juga harus mengikuti karantina bersama-sama di BPPM selama praktek mengajar berlangsung hingga berakhirnya ujian akhir KMI. Bahkan, kegiatan rihlah tarbawiyah iqtishadiyah (study tour-red) menjelang bulan suci Ramadhan pun wajib diikuti dan berpusat di Gontor 1. Adapun tahun ini, seluruh kegiatan Siswa Akhir KMI dilaksanakan di pondok masing-masing termasuk pembekalan Siswa Akhir KMI.

“Selain untuk mendidik pondok-pondok cabang, pelaksanaan kegiatan Siswa Akhir menjelang yudisium seperti Amaliyah Tadris, ujian akhir KMI, rihlah, pembekalan Siswa Akhir KMI di pondok masing-masing juga bertujuan agar pondok-pondok cabang dapat merasakan bagaimana caranya melaksanakan acara tersebut. Di samping itu, Siswa Akhir KMI yang berada di pondok cabang tidak perlu menyibukkan diri dengan berangkat ke Gontor berkali-kali. Tahun ini, mereka cukup sekali saja ke Gontor, yakni ketika acara yudisium pada bulan Ramadhan nanti,” jelas Al-Ustadz K.H. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. ketika menyampaikan tau'iyah setelah shalat Maghrib di Masjid Pusaka, Kamis (21/5).

Adapun Siswi Akhir KMI yang berada di Pondok Modern Darussalam Gontor  Putri telah melaksanakan Amaliyah Tadris perdana, Kamis (21/5). Sebelumnya, pengarahan umum berkenaan dengan Amaliyah Tadris telah disampaikan oleh Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Al-Ustadz K.H. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag., Senin (18/5) lalu.

Pemeriksaan Kotak Warnai Muraja’ah

0

GONTOR—Menjelang berakhirnya muraja'ah atau ulangan umum akhir tahun, segenap santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) dikejutkan dengan adanya pemeriksaan kotak santri se-Darussalam, Rabu (20/5). Instruksi mendadak yang disampaikan Al-Ustadz Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. di depan kantor pimpinan PMDG itu bersamaan dengan hari terakhir muraja'ah yang dijadwalkan selesai pada hari Rabu tersebut.

Menurut pengakuan Ust. Adek Joko, S.Fil.I., ketua panitia Ulangan Umum Akhir Tahun 1430, hal ini sebenarnya sudah diketahui panitia saat mengadakan kumpul koordinasi dengan staf Pengasuhan Santri. Sehingga, panitia sudah mempersiapkan diri menyambut pelaksanaan operasi pemeriksaan kotak santri. Namun, terangnya, pemeriksaan mendadak ini haruslah menjadi rahasia yang tidak boleh diketahui para asatidz dan santri.

“Ketika kumpul, kami diminta teman-teman di Pengasuhan Santri untuk tidak memberitahukan hal rahasia ini kepada siapapun juga termasuk asatidz. Takutnya, kalau rahasia ini bocor, para santri akan menyembunyikan barang-barang terlarang sebelum operasi pemeriksaan dilaksanakan,” jelas ustadz yang merupakan salah satu personel grup nasyid Ansyada ini kepada Gontor Online, Kamis (21/5).

Menurut Ust. Adek, walaupun menyebabkan ulangan umum yang dimulai pada hari Sabtu (16/5) itu bertambah sehari dari lima hari yang direncanakan, pemeriksaan kotak dinilai berhasil tanpa seorang pun yang tahu termasuk para asatidz. Mereka pun baru mengetahuinya setelah mendapatkan pengumuman dari panitia untuk berkumpul di depan kantor pimpinan PMDG pada pukul 08.00 WIB tepat. Saat itu, Rabu (20/5), para asatidz masih mengawasi ulangan umum untuk pelajaran jam pertama. Tak seorang pun yang mengira dua pelajaran terakhir untuk ulangan umum pada hari tersebut akan diundur hingga esok hari.

Hasilnya, para asatidz yang ditugaskan memeriksa kotak-kotak santri mendapatkan berbagai macam benda-benda terlarang yang tidak diperbolehkan dibawa oleh santri dari kelas 1 sampai kelas 6. Di antaranya, ada yang mendapatkan setrika, komik, hitter, benda-benda tajam, foto-foto cewek dan lain sebagainya. Semua barang sitaan tersebut dikumpulkan di kantor staf Pengasuhan Santri untuk ditindaklanjuti sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan pondok.

Dengan adanya pemeriksaan kotak santri ini, Al-Ustadz Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. berharap para santri terhindar dari hal-hal negatif yang dapat merusak mental dan kepribadian mereka. Selain itu, alam pendidikan pondok yang penuh kedisiplinan hidup ini juga tetap terjaga dengan baik.

Pergantian Pengurus non-OPPM, Kelas 6 Bersiap Hadapi Ujian

0

DARUSSALAM—Setelah lebih dari seminggu pasca pergantian pengurus Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) dan Koordinator Gerakan Pramuka Gugus Depan (Gudep) 15089, kali ini giliran bagian-bagian di luar struktur OPPM atau biasa disebut non-OPPM (swasta-red) yang mengadakan pergantian pengurus sebagai bentuk kaderisasi, Jum'at (8/5). Menurut penuturan Ust. Alwi Yusron, staf pengasuhan santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), hal ini haruslah segera dilaksanakan berhubung sudah dekatnya masa ujian akhir bagi para siswa kelas 6 Kulliyatu-l-Mu'allimin Al-Islamiyah (KMI) yang notabene merupakan pengurus lama di bagian masing-masing. Agar mereka dapat memfokuskan diri dalam belajar, maka kepengurusan di setiap bagian atau organisasi harus segera diserahkan kepada siswa kelas 5 sebagai kader penerus di bagian tersebut.


“Bagian non-OPPM tidak kalah penting dibandingkan bagian OPPM sendiri. Bagian-bagian yang berada di luar struktur kepengurusan OPPM ini memiliki andil yang cukup besar dalam menjalankan kegiatan pendidikan di pondok ini. Sama halnya dengan OPPM dan Koordinator Gerakan Pramuka, bagian non-OPPM pun harus mengadakan pergantian pengurus,” jelas ustadz yang bertanggung jawab terhadap kepengurusan kelas 5 tahun ini, Ahad (4/5) siang.

Dalam kepengurusan bagian non-OPPM terdapat dua bentuk bagian, yakni bagian yang memiliki asisten dan instansi yang mandiri. Bagian yang merekrut asisten mencakup Bagian Diesel, Pembangunan, Administrasi, dan Sekretaris Dapur (Sekda) Keluarga, Darussalam Computer Center (DCC) dan Laboratorium. Adapun bagian yang berbentuk instansi meliputi Language Course Department (LCD), Forum Pengembangan Potensi dan Wawasan Santri (FP2WS), Ilmu Tarbawy Qur’any (ITQAN), Perpustakaan Darussalam, serta Darussalam Pos (DP).
 
Kedua bentuk bagian ini tentulah berbeda walaupun sama-sama non-OPPM. Bagian yang pertama, anggotanya hanyalah berfungsi sebagai asisten yang bertugas meringankan pekerjaan bagian tersebut. Dengan kata lain, mereka hanyalah melaksanakan segala tugas dari asatidz di bagian itu yang sekaligus menjadi pembimbing mereka. Sedangkan instansi, anggotanya bekerja secara mandiri di bawah struktur kepengurusan yang ada untuk melaksanakan program-program bagian tersebut. Mereka membuat program sendiri, melaksanakan dan mengadakan evaluasi sendiri. Walaupun mereka juga mempunyai pembimbing, akan tetapi fungsi pembimbing di sini hanyalah memantau dan mengarahkan saja agar bagian tersebut terus meningkatkan kinerja dan prestasinya secara mandiri. Sehingga, mereka akan mampu mengembangkan kreatifitas dan potensi di bagian tersebut di bawah pengawasan dan bimbingan para pengurus dan musyrif (pembimbing-red).

PSA Pererat Ukhuwwah Siswa Akhir KMI

0

KAMPUNG DAMAI—Demi mempererat rasa kebersamaan siswa akhir Kulliyyatul Mu'allimin Al-Islamiyyah (KMI), dilantiklah segenap Panitia Siswa Akhir (PSA), Ahad (3/5) lalu. Selain untuk memupuk ukhuwwah, organisasi yang berfungsi sebagai wadah penyalur aspirasi siswa kelas 6 KMI ini bertujuan mengkoordinir seluruh acara dan kegiatan siswa akhir KMI menjelang yudisium kelulusan pada bulan Ramadhan nanti.

Sebelumnya, telah diadakan pemilihan ketua PSA beberapa pekan lalu, Jum'at (1/5). Setelah melalui proses pemilihan yang dilakukan oleh seluruh siswa kelas 6, terpilihlah tiga orang ketua PSA 2009 dari delapan kandidat yang diajukan staf Pengasuhan Santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG). Mereka adalah Deny Vredyan Anis, Amin Mujahid, dan Imam Mujahid. Ketiganya berhasil mengungguli Nanang, Adam, Zia ul-Haq, Bagus Abdillah, dan Tanzil Fawaiq Sayyaf, lima kandidat lainnya yang tidak terpilih.

“Seluruh kegiatan kelas 6 sebelum menghadapi yudisium kelulusan dikelola PSA. Pastinya, semuanya menyangkut seluruh aktivitas yang melibatkan kelas 6, baik dalam kegiatan peningkatan ibadah, acara-acara kelas 6, khataman, hingga kegiatan rihlah tarbawiyah atau study tour,” ungkap Deny Vredyan Anis, siswa kelas 6-G yang sempat menjabat sebagai staf Bagian Diesel itu, Ahad (10/5).

Untuk saat ini, ungkap Deny, kegiatan PSA adalah mengkoordinir jalannya kegiatan ta’hil untuk mata pelajaran yang terasa sukar bagi siswa akhir. Adapun setelah ujian akhir selesai, PSA akan berkonsentrasi dalam pemesanan bis untuk kegiatan study tour, pelaksanaan acara Six Show, penyelenggaraan acara khataman kelas 6, dan pengelolaan café siswa akhir ketika ujian akhir tahun siswa KMI tiba.

Tahun ini, papar siswa akhir yang pernah menjadi anggota rayon Wisma Hadi ini, PSA mendapatkan satu kamar tambahan. Sebelumnya, kepanitiaan yang menempati Gedung Midlo'ah lantai 2 ini hanya memperoleh dua kamar saja. Menurutnya, bertambahnya kamar panitia tersebut disebabkan adanya penambahan jumlah panitia harian yang kini berjumlah 36 orang dari panitia yang seluruhnya berjumlah 134 orang.

Deny mengungkapkan, panitia harian tersebut telah menempati kamar yang telah disediakan sehari setelah pelantikan, Senin (4/5) lalu. “Pada hari itu juga para kami membuat jadwal kegiatan siswa akhir KMI tahun ini,” katanya.

Menurutnya, untuk membangun dan mempererat persatuan para siswa akhir, sebagai panitia, mereka haruslah mempunyai inisiatif seperti mengadakan baca Al Qur'an bersama di Masjid Jami', lari pagi atau senam bersama pada hari Jum’at. Selain itu, mereka juga harus melaksanakan dan mengatur karantina kelas 6 bersama para pembimbing di Balai Pendidikan Pondok Modern (BPPM).

Selain itu, menghadapi praktek mengajar atau amaliyah, Sabtu (23/5) mendatang, PSA telah memesan papan dada bagi seluruh siswa kelas 6. Papan dada yang dipesan di Jombang dengan warna hitam itu digunakan untuk menulis catatan-catatan evaluasi cara mengajar peserta amaliyah. Di samping itu, PSA juga mulai memesan kaos dan celana olahraga (training-red) marhalah di bagian konveksi PMDG, Senin (1/5) lalu. Sedangkan untuk pembuatan jaket dan pakaian olahraga akan dimulai saat siswa kelas 6 yang ada di pondok-pondok cabang mulai berdatangan. Rencananya, pembuatan jaket dan pakaian olahraga serta pernak-pernik lainnya akan dibuat di kota Malang.

PSA juga sudah mulai mendata barang-barang yang akan diwakafkan kelas 6 tahun ini melalui berbagai usulan dari para siswa akhir. Barang-barang yang akan menjadi wakaf kelas 6 2009 tersebut di antaranya adalah fiber glass di tangga masjid, dispenser, dan plakat di sekitar Koperasi Pelajar (Kopel) yang bertuliskan “The Revolution Starts from Here”. Untuk barang-barang wakaf lainnya, menurut Deny, masih menunggu usulan-usulan dari para siswa lainnya.

Sebelum mengakhiri wawancara, Deny menyebutkan, pembayaran yang harus dilunasi siswa akhir KMI tahun ini adalah sekitar Rp 1,1 juta. Menurutnya, pembayaran tersebut masih belum pasti karena mereka masih memperkirakan adanya penambahan kegiatan kelas 6 yang juga membutuhkan tambahan biaya. Untuk sementara, rencananya biaya sebesar Rp 1,1 juta tersebut akan digunakan untuk kegiatan study tour dan membeli barang-barang wakaf siswa akhir KMI. “Kami baru dapat memastikan besarnya biaya yang ditanggung kelas 6 tahun ini setelah selesainya ujian akhir KMI nanti,” tutur santri asal Boyolali tersebut.

LAC Rancang Buku Bahasa Baru

0

PEACE COUNTRY—Language Advisory Council (LAC) berencana membuat buku baru untuk peningkatan bahasa Arab. Buku tersebut rencananya memuat kalimat-kalimat yang sering dipakai dalam percakapan sehari-hari, yaitu kalimat-kalimat percakapan yang biasa digunakan orang-orang Arab dalam pergaulan sehari-hari. Selain itu, LAC juga akan membuat sebuah buku kumpulan teks pidato yang nantinya akan dipakai untuk kegiatan muhadloroh.

“Kami akan segera menyelesaikan pembuatan buku-buku tersebut untuk menambah koleksi buku-buku bahasa yang sudah ada. Hal ini merupakan instruksi langsung dari Bapak Pimpinan, Al-Ustadz Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. beberapa hari yang lalu,” ungkap Ust. Saibani Rahman, salah satu staf LAC, ketika ditemui Darussalam Pos, Senin (11/5) di kantornya.

Selain itu, LAC juga berencana membuat film yang menayangkan percakapan santri dengan bahasa resmi. Untuk program ini, LAC akan bekerja sama dengan Gontor TV. Di samping itu, dalam waktu dekat, LAC akan mengadakan perlombaan bahasa antar kursus bahasa. Perlombaan serupa juga diadakan untuk anggota Pasukan Khusus (Pasus) Gerakan Pramuka Gugus Depan (Gudep) 15089.

“Dengan ini, kami berharap para santri menyadari betapa pentingnya bahasa bagi masa depan mereka kelak. Banyak hal yang dapat kita lakukan apabila kita mahir berbahasa,” ujarnya menutup wawancara.

Praktek Manasik Haji Tingkatkan Pemahaman Siswa

0

GONTOR–Kulliyyatul Mu'allimin Al-Islamiyyah (KMI) Pondok Modern Darussalam Gontor kembali menggelar praktek manasik haji yang diikuti seluruh siswa kelas 1 dan 1 intensif, Sabtu (9/5). Praktek manasik haji yang selalu diadakan setahun sekali ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa KMI terhadap pelaksanaan ibadah haji sesuai dengan pelajaran yang diajarkan di kelas. Dengan demikian, mereka akan mampu melaksanakan dan menjelaskan rukun Islam kelima ini dengan benar.
Kegiatan di luar kelas ini dilangsungkan selama enam hari dengan dimulai pada hari Sabtu hingga Kamis, 9-14 Mei 2009. Setiap hari ada empat kelas yang mendapat giliran praktek manasik haji, yakni dua kelas dari kelas 1 yang mengadakan praktek pada jam pertama dan kedua, dua kelas dari kelas 1 intensif mendapatkan giliran pada jam ketiga dan keempat.

Praktek manasik haji ini melibatkan seluruh pengajar Fiqh dari kelas 1 dan 1 intensif. Mereka akan mendampingi kelasnya masing-masing pada jadwal yang telah ditentukan. Pada hari pertama, Ust. Gusti M. Shidqi bersama Ust. Ryan Khoirurijal mendampingi seluruh siswa dari kelas 1-B dan 1-C yang mendapatkan giliran pada jam pertama dan kedua. Setelah mengenakan pakaian ihram, “rombongan haji” ini menuju ke tempat-tempat yang telah ditentukan untuk melakukan manasik haji. Beberapa hari sebelumnya, staf KMI telah menandai tempat-tempat manasik seperti “Mina”, “Arofah”, “Muzdalifah” dan lain sebagainya yang telah menjadi ketentuan di dalam pelaksanaan ibadah haji.
“Labbaikallahumma labbaik, labbaika laa syariika laka….labbaik…!” salah seorang “pemimpin rombongan” berseru memimpin teman-temannya meneriakkan talbiyah dalam menunaikan ibadah haji.

Kegiatan ini berlanjut sampai hari terakhir pelaksanaan manasik haji, Kamis (14/5). Pada akhir pelaksanaan praktek manasik haji ini, dua kelas mendapat giliran praktek pada malam hari. Sebabnya, pada hari Kamis setelah jam keempat para asatidz mengadakan perkumpulan mingguan, maka kelas 1-M dan 1-P mendapatkan waktu khusus pada malam harinya. Mereka dibimbing oleh Ust. Akmal Firdaus dan Ust. Fawwaz Ahmad Zarkasyi mengakhiri praktek manasik haji tahun ini.*asa
 

Sukseskan Amaliyah, Panitia Bekerja Optimal

0

DARUSSALAM—Demi kesuksesan pelaksanaan Amaliyah Tadris (praktek mengajar-red) tahun ini, para panitia yang terdiri dari Ust. Ade Nur Rohim, Ust. Noviani Ardi dan Ust. Wildan Shohib, telah melakukan persiapan yang matang. Tiga minggu menjelang acara pengarahan umum tentang Amaliyah Tadris pada hari Sabtu, (23/5) lalu, panitia sudah menentukan pelajaran yang akan dipraktekkan. Satu minggu kemudian panitia melakukan pemeriksaan kelengkapan peralatan Amaliyah Tadris. Untuk menentukan pelajaran yang akan dipraktekkan, setiap siswa akhir diwajibkan memilih beberapa pelajaran yang dikuasai sehingga memudahkan mereka dalam praktek nanti.

“Sebanyak 170 orang pembimbing telah kami persiapkan untuk menyukseskan Amaliyah Tadris atau Tarbiyah Amaliyah nanti. Mereka terdiri dari guru tahun kelima ke atas,” tutur Ust. Ade, Senin (18/5) lalu. Menurutnya, untuk memperlancar pelaksanaan Amaliyah Tadris, baik di Gontor 1 ataupun di pondok-pondok cabang, diperlukan koordinasi dan pengarahan bagi para pembimbing Amaliyah Tadris. Maka, seluruh asatidz pembimbing dari seluruh pondok cabang diundang ke Gontor 1 untuk menyimak pengarahan yang disampaikan Pimpinan Pondok dan Direktur KMI  pada hari Sabtu-Ahad, 23-24 Mei 2009 lalu.    
    
Tidak semua pondok cabang memiliki cukup guru untuk membimbing amaliyah, ungkap salah satu staf KMI yang berasal dari Jakarta itu, guna mengatasi kekurangan tersebut, panitia akan mengirim beberapa guru dari Gontor 1 ke pondok-pondok cabang yang membutuhkan. Para pembimbing pondok cabang akan kembali ke pondok masing-masing setelah dilaksanakannya Amaliyah Perdana di Gontor 1. Ketika disinggung mengenai kriteria yang ditetapkan bagi mereka yang mendapatkan kehormatan sebagai pelaksana Amaliyah Perdana, Ust. Ade mengatakan, tidak ada kriteria khusus dalam pemilihan. “Tapi, keseharian siswa yang bersangkutan serta kepribadian dan mentalitasnya di mata wali kelas merupakan hal penting dalam menentukan peserta Amaliyah Perdana,” tuturnya.

Adapun pelaksana Amaliyah Perdana tahun ini sebanyak lima siswa yang telah dipilih Direktur KMI, Ahad (24/5) kemarin. Mereka berlima akan melaksanakan Amaliyah Perdana pada jam pelajaran kedua di tempat-tempat yang telah ditentukan panitia, Selasa (26/5) ini. Balai Pendidikan Pondok Modern (BPPM) merupakan salah satu tempat yang setiap tahun selalu digunakan untuk pelaksanaan Amaliyah Tadris  Perdana. Nabhan Pradana, siswa kelas 6-B yang termasuk dari kelima siswa tersebut akan melaksanakannya di tempat ini. Sedangkan Sholahudin Al-Ayyubi, pelaksana lainnya yang kini duduk di kelas 6-C, mendapatkan tempat praktek di Gedung Olahraga (GOR). Nabhan akan mengajarkan pelajaran Muthala'ah di kelas 2-B, sedangkan Sholahuddin mendapat jatah yang sama di kelas 1 intensif B.

Pelaksana Amaliyah Tadris Perdana lainnya adalah Adam Pratama, Rahmat Satria dan Ma'mun. Masing-masing mendapatkan tempat praktek di Aula Gedung Pakistan, Gedung Rabithah 308 dan Gedung Rabithah 307. Adam Pratama, siswa kelas 6-B yang merupakan siswa pindahan pertama dari Gontor  8 Lampung akan mengajar kelas 2-C. Sedangkan Rahmat Satria, siswa kelas 6-F, mengajarkan pelajaran yang sama, Muthala'ah, di kelas 2-D. Sedangkan Ma'mun mendapatkan jatah praktek mengajar di kelas 1 intensif C. Semuanya mengajarkan pelajaran Muthala'ah karena langkah-langkah yang dterapkan untuk mengajarkan pelajaran ini lengkap sesuai dengan yang tertera di buku Tarbiyah 'Amaliyah.

Kendala yang sering terjadi setiap tahun, menurut Ust. Ade, sedapat mungkin haruslah dihindari. Sebabnya, hal ini dapat menghambat kelancaran Amaliyah Tadris. Di antara hambatan yang sering terjadi, katanya, banyak siswa kelas 6 terlambat menuju kelas-kelas yang sudah ditentukan, tidak lengkapnya buku penunjang pelaksanaan Amaliyah Tadris yang harus mereka miliki . Selain itu, banyak juga yang tidak mengetahui tempat kelompoknya melaksanakan amaliyah atau praktek.