Home Blog Page 405

K.H. Hasan Abdullah Sahal: Meraih Kesempurnaan Hidup

0

Manusia dalam sejarahnya pernah benar dan salah. Sementara Allah selalu Maha Benar. Banyak rambu-rambu kehidupan , kurang ditaati manusia, hingga seakan-akan tak diperlukan lagi. Iblis pun menjadi ringan tugasnya, karena banyak manusia menjelma menjadi iblis yang nyata.

Menuju kesempurnaan hidup, haruslah dengan bersih, suci, dan menjalankan kehidupan juga harus dengan kesucian hati, pikiran, fisik, hingga pakaian. Jabatan dan harta kekayaan harus bersih dan selalu dibersihkan. Sebab, yang suci/bersih akan bersih, dan yang kotor pasti akan kotor. Padahal Allah hanya menyukai hal-hal yang bersih.

Sebagai syarat keberhasilan, keteladanan umam Islam menjadi kewajiban utama. Tanpanya akan sulit tuntunan/ajaran Islam masuk ke dalam hati umat manusia. Cinta bias masuk meski pintu tertutup karena jendela-jendela hidayah diterima, diterobos oleh hati-hati yang bercinta. Hanya hidayah dari Allah yang berperan menentukan cinta dan mengarahkannya pada Yang Maha Suci.

Hasil kurang maksimal yang digapai oleh kaum tua dalam mendidik generasi muda harus menyadarkan semua pihak. Mental-mental colonial, watak ketergantungan yang sudah kumal dan kuno, sudah saatnya dihilangkan. Apalagi ketergantungan umat kepada selain Allah dan ajaran-Nya.

Butuh keteguhan, kesungguhan, dan kesadaran hidup agar upaya ini menjadi nyata. Ujian dan musibah jangan menjadi halangan. Karena khusus orang-orang pilihan, harus mengalami langsung ujian dan musibah.

Terlebih kemurnian syahadat, kekhusyukan shalat, keikhlasan zakat, kesucian puasa, kesempurnaan haji, kejujuran usaha, keadilan dalam menghukumi, keteladanan mendidik, dan lain-lain, pasti diuji oleh seribu satu godaan.

Kebendaan, kebebasan, kemaksiatan terbuka luas, janganlah ia menjadi alasan untuk menghancurkan jati diri, harga diri, kesehatan, dan masa depan diri sendiri, keluarga, maupun Negara.

Jangan karena krisis iman digadaikan, bangsa diperjualbelikan kepada pihak yang tak suka umat beriman, atau hati nurani diserahkan kepada setan/iblis hanya untuk kelezatan sekejap. “Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun ia mengemukakan alasan-alasannya.”  (QS al-Qiyamah/75: 14 dan 15)

Banyak kalangan ingin menyelesaikan masalah, tapi justru mendatangkan masalah baru. Membersihkan malah dengan kotoran, memperbaiki justru dengan keburukan.

Ada pula yang merasa paling suci, paling benar tak mau menerima pendapat atau kehadiran orang lain, sehingga ia kembali ke pojok-pojok kecil dalam dunia dan tak punya peran di tengah luasnya kemajuan masyarakat. Ia hanya menjadi makanan umpuk bagi para petualang, bunglon, dan tikus-tikus berjenggot bermain voli, getol bersilat lidah berebut gengsi.

Yang paling bahagia hanyalah umat yang selalu sadar sejak awal hingga akhir. Karena di sanalah Allah bersama malaikatnya menyertai. Bumi yang luas ini menjadi sempit karena watak kebinatangan itu. Orang congkak tak mau dikalahkan, tak mau diungguli, apalagi tak mau diajar. Sementara orang kecil malah minder, tak punya pegangan, hidup terus bergantung kemana saja. Manusia sering membuat aturan atau undang-undang untuk menjaga keselamatan pribadi, bukan untuk nilai bagi masyarakat luas.

Islam itu ringan, simple, dan mudah. Hanya saja, manusia dengan ketergantungannya pada situasi malah sering mempersulitnya. Maka umat harus meninggalkan itu, karena acapkali menjadi setan. Jangan sampai kita dijajah oleh situasi maupun rutinitas ciptaan manusia. Ada keharusan mengkondisikan diri dalam perubahan situasi apapun. Agar SDM berkembang tanpa meninggalkan syariat, nilai, dan moral spiritual kemanusiaan yang sempurna.

Umur tak bisa ditawar. Maka istighfar dan tobat harus terus dilakukan. Bukan musim-musiman, harian, mingguan, bulanan, apalagi tahunan. Setelah ini, insyaallah tak ada lagi alasan untuk tidak giat dalam proses peningkatan keimanan dan ketakwaan, agar ibadah kita lebih mantap dan kuat. Serta dapat mengisi sisa umur dengan amal shalih dan perbuatan nan bermanfaat sesuai ajaran agama.

Bukan waktunya lagi malu atau takut menyatakan dan melakukan tuntunan keislaman. Ya Allah, tunjukanlah kami, keluarga kami, jamaah kami, bangsa kami, umat kami, bahwa benar itu benar dan yang batil itu batil. Dan berilah kami kekuatan lahir dan batin menjalankan, memperjuangkan, menghindari dan menentangnya. irba

Pendalaman Al-Qur’an dan Hadist dengan Perlombaan “Hifdzu Nushush”

0

MANTINGAN–Menyusul dengan diadakannya perlombaan KMI Prima, diadakanlah perlombaan yang serupa namun dengan materi berbeda. Bila soal KMI Prima menyangkut hampir semua materi ulangan umum, maka untuk optimalisasi hasil belajar, diadakanlah lomba Hifdzu Nushush yang materinya berupa Tafsir, Hadist dan Mahfudzot. Lomba ini selain bertujuan untuk menambah pengetahuan santriwati juga menambah persatuan santriwati antarangkatan dan menambah minat santriwati untuk mengikuti segala kegiatan di Pondok.

Perlombaan ini diadakan dengan dua tahap, tahap pertama yang diadakan antar kelas pada tanggal 3 April 2015 dan seleksi kedua atau final diadakan secara bergilir pada tanggal 6-8 April 2015 di tempat-tempat yang telah ditentukan oleh Panitia.  Perlombaan ini diikuti oleh seluruh santriwati Darussalam Gontor Putri 1 mulai dari kelas 1 sampai kelas 5. Setiap angkatan dibagi menjadi dua kelompok, yang masing-masing kelompok memiliki juara.

Dimulai dari kelas satu, keluar sebagai juara adalah kelas 1B, dari kelas dua adalah kelas 2L dan 2C, dari kelas tiga adalah kelas 3F dan 3C, dari kelas empat adalah kelas 4B, dari kelas satu intensif adalah kelas 1 intensif B, dari kelas tiga intensif adalah kelas 3 intensif B dan terakhir dari kelas lima, keluar sebagai juara adalah kelas 5B dan 5O.pusdatgp1

Fathul Kutub, “Bidayatul Ijtihad” Siswa Kelas 5

0

Di Pondok Modern Darussalam Gontor, para siswa Kelas 5 KMI mulai memasuki jenjang yang lebih tinggi dalam tingkatan Fiqh. Jika saat kelas 1 dan 2 mereka masih mempelajari Fiqh dengan buku ringkasan yang ditulis oleh K.H. Imam Zarkasyi, dan Kelas 3 sampai 4 yang mempelajari kitab Bulughul Maram. Maka saat menginjak Kelas 5, mereka sudah mengakhiri fase “Muqtasid” dan memulai untuk menjadi seorang “Mujtahid”.

Menurut Wikipedia, Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, bisa dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al-Quran maupun Hadits dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang. Namun pada perkembangannya, Ijtihad ini hanya dilakukan oleh para ulama saja.

Adapun para siswa di Gontor, saat memasuki Kelas 5, mereka mulai mempelajari buku “Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid.” Buku ini menyajikan berbagai permasalahan Fiqh ditinjau dari sudut pandang para ulama dan ahli Fiqh, disertai dengan dalil Qur’an dan Hadits yang menguatkan pendapat-pendapat tersebut. Meski sejatinya Siswa Kelas 5 di Gontor masih terlalu muda untuk menjadi seorang Mujtahid, karena usia dan ilmu yang belum matang, namun setidaknya mereka mulai mengetahui kisi-kisi permasalahan Fiqh yang sudah banyak dibicarakan di masyarakat, dengan langsung merujuk kepada dalil Qur’an dan Hadits.

Tentunya, buku Bidayatul Mujtahid ini amat kurang jika dijadikan rujukan satu-satunya dalam menentukan hukum permasalahan Fiqh, maka dari itu, para Siswa Kelas 5 KMI selama sepekan dikarantina dalam aula guna melaksanakan Fathul Kutub. Dalam kegiatan ini, mereka “dipaksa” untuk membuka buku-buku klasik berbahasa Arab yang ditulis oleh para ulama-ulama terdahulu. Banyak diantara buku-buku tersebut yang kurang begitu populer, karena penerbitnya tidak mencetak dengan distribusi luas, namun sebenarnya menyimpan kekayaan ilmu yang mendalam.

Dalam kegiatan yang dilaksanakan dengan penuh perhatian dan keseriusan dari Pimpinan dan Direktur KMI tersebut, para siswa kelas 5 diberikan permasalahan yang sudah dirumuskan. Kemudian mereka diwajibkan untuk mencari jawaban dan dalil yang berkaitan dalam buku-buku klasik di depan mereka, jumlahnya mencapai ratusan. Setelah membaca, memahami, dan menulis dalam buku khusus, mereka diwajibkan untuk mempresentasikannya di depan kawan satu kelompok. Begitulah kegiatan tersebut berjalan hingga akhir.

Dengan kegiatan ini, muncul harapan besar dari Pimpinan Pondok, agar para siswa Kelas 5 merasa bahwa mereka ini “berhak” untuk mencari akar permasalahan dari setiap persoalan yang ada. Tidak hanya selalu mengikuti para ulama-ulama yang ada.binhadjid

 

Sore di Rumah Kyai Syukri Sepulang Umrah

0

Sepulangnya dari umrah, Dr. (HC) K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A., Pimpinan PMDG, mengundang seluruh Staf Pengasuhan Santri, Staf Sekretaris Pimpinan, dan Staf Administrasi untuk datang ke rumah. Sore itu, 8 April 2015, Kyai Syukri mengundang kami untuk beramah tamah di rumah. Ada satu kebahagiaan tak terbendung di rumah yang cukup terbilang sederhana untuk seorang Pimpinan Pondok Gontor. Para cucu berlarian ke sana kemari, pertanda keceriaan di raut muka mereka, sambil memegang mainan baru yang dibelikan dari tanah suci.

Usai ramah tamah, kami melaksanakan shalat Maghrib berjamaah. Shalat berjamaah ini dipimpin oleh Kyai Syukri, meski agak terbata-bata, beliau dapat menyelesaikan rentetan rukun shalat hingga selesai. Meskipun, beliau dituntun oleh Ustadz Riza Azhari –putra beliau– dalam pelafalan beberapa ayat, khususnya di awal kalimat.

Setelah salam dan doa, Kyai Syukri memberikan nasehat kepada kami yang saat itu berjumlah kurang lebih 20 orang. Sekali lagi, meski harus dituntun, Kyai Syukri tampak menikmati wejangan yang disampaikan kepada kami.

“Umrah kali ini lebih baik dari tahun lalu,” kata tersebut terucap pertama kali. Diikuti dengan sedikit cerita mengenai pertemuan beliau dengan para pengurus IKPM Madinah. Umrah tahun ini beliau laksanakan dengan Ustadz H. M. Adib Fuadi Nuriz, M.A., M.Phil., Pak Ulil (perawat BKSM), dan 6 orang keluarga.

Di Madinah, beliau juga bertemu dengan para kader Pondok. Diantaranya adalah Ustadz Jihad El-Banna, putra K.H. Hasan Abdullah Sahal, dan Sugeng, alumni 2011, yang kini belajar di Universitas Islam Madinah.

Tak banyak yang beliau ceritakan sore itu, mungkin rasa lelah karena perjalanan panjang menghambat lisan beliau. Hingga di tengah-tengah perkumpulan, beliau tertidur, kemudian kami antarkan ke kamar.

Namun, dari wejangan singkat di kediaman beliau sore itu, menunjukkan kesemangatan beliau yang luar biasa, untuk dapat kembali beraktivitas seperti sedia kala.binhadjid

 

Tarbiyah Amaliyah di Gontor 2 Berlangsung Selama 7 hari

0

Gontor 2- Kulliyyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) merupakan kurikulum pengajaran yang digunakan di Gontor yang bertujuan melahirkan para guru islam yang bermutu. Tarbiyah Amaliyah atau yang biasa disebut praktek mengajar menjadi salah satu agenda besar guna merealisasikan tujuan tersebut.

Irfan Hanifi Salim, mudarris pada Tarbiyah Amaliyah Perdana
Irfan Hanifi Salim, mudarris pada Tarbiyah Amaliyah Perdana

Sejumlah 111 siswa akhir KMI Gontor 2 melaksanakan kegiatan tarbiyah amaliyah selama 7 hari. Terhitung mulai hari sabtu (27/3) hingga Sabtu (4/4). Sebelumnya mereka mengikuti pembukaan di Gontor pusat pada hari Rabu (23/3) dan beberapa pengarahan di Gontor 2 setelahnya. Dan dilanjutkan dengan Tarbiyah Amaliyah perdana yang dilaksanakan pada hari Rabu (25/3), bertempat di Masjid Jami’ dengan murid dari kelas 2B. Siswa kelas enam yang terpilih untuk melaksanakan Amaliyah Perdana pada tahun ini adalah Irfan Hanify Salim, siswa kelas 6C asal Jember yang ditunjuk langsung oleh bapak pengasuh ketika acara Orientasi Tujuan Pendidikan pada hari Senin (23/3) malam. Adapun evaluasi pengajaran atau yang disebu Duruusu-n-Naqdi berlangsung selama 2 hari di masjid Jami’ lantai 2.

                Selanjutnya, seluruh kelas enam yang berjumlah 111 orang, dibagi menjadi 11 firqoh yang mana setiap firqoh-nya terdiri dai 10-11 orang. Amaliyah perdana di setiap firqoh dilaksanakan pada hari Sabtu (27/3). Kegiatan ini akan terus berlangsung sampai hari Sabtu (4/4) dan ditutup pada hari Selasa (7/4) yang dibarengi dengan penulisan intiba’at atau pesan kesan dari acara tersebut.

                Kegiatan tarbiyah amaliyah ini mengajarkan siswa akhir KMI dilatih untuk menjadi pengajar yang baik, mereka juga diberikan pendidikan tentang cara-cara menjadi pengajar yang baik di setiap materi pelajaran yang diajarkan di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG). Setelah menjalani tarbiyah amaliyah, siswa akhir akan menghadapi masa-masa ujian lisan dan tulis yang jauh lebih berat dari tarbiyah amaliyah. Untuk itu diharapkan para siswa kelas enam tidak terlalu fokus dalam menghadapi tarbiyah amaliyah, tapi juga harus memikirkan persiapan mereka guna menghadapi ujian lisan dan tulis nantinya.

Mantan Dubes RI untuk Suriah Sambangi Gontor

0

DARUSSALAM – Mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Suriah, Bapak Muhammad Muzammil Basuni menyambangi Pondok Modern Darussalam Gontor pada hari Rabu (25/3). Kunjungan ini bertujuan untuk menyambung tali silaturahim dengan Pimpinan PMDG, sekaligus untuk melihat suasana dan aktivitas santri. Beliau didampingi oleh Pengasuh Pondok Modern Tazakka, Pekalongan, Ustadz Anang Rizka Masyhadi disertai beberapa staf.

Kedatangan beliau disambut langsung oleh K.H. Hasan Abdullah Sahal, K.H. Syamsul Hadi Abdan, K.H. Akrim Mariyat, dan K.H. Mashudi Syubari di kantor Pimpinan. Di sela-sela pertemuan, Kyai Hasan menjelaskan secara singkat aktivitas dan sistem yang berjalan di PMDG. Selain itu, pembicaraan tersebut  juga membahas  keadaan umat Islam yang dilanda konflik, khusunya Timur Tengah, seperti yang terjadi di Yaman.

Di akhir pertemuan, Ustadz Muzammil Basuni mengharapkan agar Gontor tetap eksis membina kader umat, serta tidak terpengaruh dengan doktrin dari pihak luar.fuadfahmi

Membangun Generasi Pramuka Kreatif, Mabikori Kembali Adakan Perkajum

0

GONTOR–Koordinator Gerakan Pramuka Gugus Depan 15089 Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) kembali mengadakan Perkemahan Kamis-Jum‘at (Perkajum) pada tanggal 9–10 April 2015 lalu. Perkemahan ini merupakan yang kelima dalam tahun ini, Kali ini, Perkajum mengambil lokasi di bumi perkemahan yang berlokasi di Desa Brahu, Kabupaten Ponorogo.

“Tujuan diadakannya acara ini adalah membangun generasi pramuka kreatif dan mengerahkan kemampuan adika pramuka Gontor dalam bersosialisasi, memimpin, berkreasi, dan rasa tanggungjawab.” ujar Iqbal Zulfikar, salah seorang staf Majelis Pembimbing Koordinator.

Acara ini dipanitiai oleh santri Kelas 5 Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) yang berjumlah sekitar 51 orang, dan dibimbing langsung Majelis Pembimbing Koordinator. Peserta kegiatan ini adalah seluruh adika-adika Gugus Depan 15089 yang terpilih dari tiap-tiap gugus depan dan jumlahnya mencapai 235 orang.

Dengan meraih poin tertinggi dari setiap perlombaan yang ada, Gugus Depan 15089/13 keluar sebagai pemenang, kemudian disusul oleh Gugus Depan 15089/09, dan Gugus Depan 15089/07 sebagai juara kedua dan ketiga. ikami86

Reuni Akbar Alumni Gontor 1999

0

KAMPUNG DAMAI-Kerinduan akan muncul tatkala kesan dan pengalaman masa lalu kembali hadir dalam benak seseorang. Begitu juga para alumni Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) yang telah bertahun-tahun pergi meninggalkan Lembaga Pendidikan berkurikulum Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) itu. Secara formal ataupun nonformal, banyak alumni Gontor dari berbagai belahan dunia ini datang untuk menilik keadaan Pondok tercinta.

Spinker depan aulaPada Jum’at-Ahad (3-5/4), bertempat di Wisma Darussalam PMDG, alumni Gontor periode 1999 serentak menyelenggarakan Reuni Akbar “Spinker” yang dihadiri oleh 156 orang peserta.

Dengan mengusung tema “Tajamu Qum”, yang berarti Mari Berkumpul di dalam Bahasa Gontor, Reuni yang bertujuan untuk nostalgia ini telah menyusun jadwal sedemikian rupa untuk memeriahkannya, mulai dari kegiatan sosial hingga hal-hal yang bersifat akademis. Bahkan, kegiatan kesantrian yang telah lama mereka tinggalkan, kini mereka mampu merasakannya kembali; makan di dapur santri, berolah raga di kawasan Gontor, sowan kepada Pimpinan dan beberapa guru senior, dsb. B. Dasasta

Gubernur Aher: Kami Dukung Penuh Pembangunan Kampus Gontor di Jabar

0

DARUSSALAM-Jum’at (10/4), Dr. (H.C.) H. Ahmad Heryawan, Lc., Gubernur Jawa Barat, bersama rekannya, Ir. H. Made Dana Tangkas, M.Si., Direktur Toyota Motor Indonesia, berkunjung ke Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) untuk yang pertama kalinya. Tepat pada pukul 17.45 WIB, dengan dua mobil patwal yang terus mengawasi, rombongan berjumlah 35 orang itu tiba di PMDG dan segera menunaikan Shalat Maghrib berjama’ah.

“Peran Gontor untuk kemajuan Bangsa ini sangatlah besar, apa jadinya Indonesia tanpa Gontor,” ucap Aher, sapaan Gubernur sekaligus Kiai itu saat pidato usai mengimami santri Shalat Maghrib.

Selain itu, pria lulusan Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) itu menyampaikan, betapa besar kekagumannya terhadap Gontor setelah melihat kiprah para alumninya, terkhusus Bp. Dr. H. Hidayat Nur Wahid.

“Banyak hal yang membuat saya kagum terhadap Gontor, salah satunya adalah kesuksesan para alumni Gontor, khususnya teman dekat saya, yaitu Pak Hidayat Nur Wahid,” sambungnya saat itu.

Beliau juga menyatakan siap membantu, jikalau Gontor membuka Pondok Cabang di seluruh Provinsi di Indonesia, khususnya Daerah Jawa Barat.

“Mudah-mudahan, Gontor dapat segera membuka Cabang di seluruh Provinsi di Indonesia, dan saya atas nama Gubernur dan Masyarakat Jabar siap bekerjasama, jika Gontor berkenan membuka Cabang di Daerah Jawa Barat,” ungkapnya seraya berdoa demi terwujudnya cita-cita mulia tersebut.

Ikut hadir dalam kunjungan kali ini, Bupati Ponorogo, H. Amin, S.H., dan beberapa anggota DPR-D Ponorogo. B. Dasasta

 

Bendung Liberalisme dan Liberalisasi, DEMA Gelar Seminar

0

Darussalam- Maraknya pemahaman liberalisme di Indonesia munutut mahasiswa harus berhati-hati. Banyak mahasiswa yang terjerumus ke dalam jurang liberalisme, karena tidak tahu atau tidak mengerti Liberalisme. Menanggapi hal itu, DEMA (Dewan Mahasiswa) Kampus Rabithah menggelar Seminar bertemakan “Liberalisme dan Liberalisasi” pada hari Kamis–Jum‘at, 19–20 J. Akhirah 1436/9–10 April 2015.

Acara yang diselenggarakan di Aula Gedung Rabithah terbagi menjadi 4 sesi. Sesi pertama, pada Kamis malam, pukul 20.15–22 .00 WIB, diisi oleh Nasihin Masha, Pemimpin Redaksi Koran Republika dengan tema “Liberalisasi Media”. Sebelumnya, acara dibuka resmi oleh Bapak Pimpinan PMDG, K.H. Hasan Abdullah Sahal.

Sesi kedua, pada hari Jum‘at pagi, 20 J. Akhirah 1436/10 April 2015 pukul 07.45–10.00 WIB denga tema “Liberalisasi Ekonomi” disampaikan oleh Prof. Indra Bastian, Ph.D., M.B.A., Akt., Guru Besar UGM (Universitas Gajah Mada), sebelum beranjak ke sesi ketiga, seminar diselangi break time sekitar 30 menit. Kemudian dilanjutkan dengan tema “Liberalisasi Politik dan Hukum” oleh Al-Ustadz Marbawi, S.Sos, M.Si, Direktur INSPIRE (Institute for Strategic and Public Policy Research).

Sesi terakhir dilaksanakan pada hari dan tanggal yang sama ba‘da shalat Jum‘at, pukul 14.00–15.30 WIB. Tema terakhir berisi tentang Liberalisasi Aqidah dan Syari‘ah, disampaikan oleh Al-Ustadz Dr. Nirwan Syafrin, Ph.D., M.A., Wakil Rektor UIKA (Universitas Ibnu Khaldun). Banyak sekali peminat seminar ini, jumlah peserta mencapai 250 orang mahasiswa. Pesertanya tidak hanya datang dari Kampus Rabithah, Gontor, melainkan dari berbagai Kampus UNIDA di dalam Jawa.AaRum