Home Blog Page 429

Kaji Said Nursi, Gontor Melangkah ke Turki

0
Kajian "Risalah Nur"
Kajian “Risalah Nur”

ISTANBUL–Program Studi Pengayaan Lapangan (SPL) yang biasanya berlangsung hanya di dalam negeri, kini melangkah jauh ke Istanbul, Turki. Ini merupakan salah satu bentuk terobosan baru Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor untuk menunjang kualitasnya. Tur studi bertajuk “International Short Course on Bediuzzaman Said Nursi” ini dilaksanakan mahasiswi Fakultas Ushuluddin UNIDA Gontor Kampus Mantingan, berbentuk kajian dan observasi lapangan. Program SPL dilaksanakan di negara peninggalan Khilafah Utsmaniyah tersebut untuk memperdalam kajian tentang “Risalah Nur” warisan ulama kenamaan Turki, Said Nursi, yang bergelar sang Bediuzzaman (‘keajaiban zaman’).

Risalah Nur” yang terkenal itu merupakan kumpulan pemikiran-pemikiran cendekiawan muslim kebanggaan rakyat Turki tersebut. Karya fenomenalnya terbagi ke dalam empat bagian yang berisi hasil renungan sang Bediuzzaman, serta pengajaran nilai-nilai Islam yang menyentuh semua sisi kehidupan. Bagian pertama dinamakan The Words (Sozler), berisi tentang rekonstruksi nilai-nilai iman dan pemikiran Islam. Kedua, The Letters (The Maktubat) yang berupa kumpulan pemikiran-pemikiran Islam, iman, dan esensi kehidupan. Ketiga, The Flashes (Lem’alar) yang mengandung refleksi hikmah serta kebijaksanaan Al-Qur’an dan spiritualitas. Sedangkan bagian keempat dinamakan The Rays (Su’alar), berisi perjalanan intelektual, iman, keislaman, pemikiran, serta kehidupan.

Bediuzzaman Said Nursi mengemasnya dengan bahasa yang sederhana, namun sangat menyentuh kalbu orang yang membacanya. Karena bahasanya yang sederhana itu pula, “Risalah Nur” bisa membuat orang yang paling malas membaca pun akan menikmati saat-saat membacanya. Pada saat yang sama, isinya dapat menembus relung-relung kalbu dan mengokohkan iman di dada. Risalah ini juga menjelaskan bahwa Islam sama sekali tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, justru keduanya saling mendukung satu sama lain.

Program SPL untuk mengkaji “Risalah Nur” ini diikuti 11 peserta. Mereka terdiri dari delapan mahasiswi semester 6 Fakultas Ushuluddin dan satu mahasiswi semeter 8 dari fakultas yang sama, ditambah satu mahasiswi semester 6 dari Fakultas Syariah, dan satu mahasiswi Pascasarjana Program Pendidikan Bahasa Arab. Kesebelas mahasiswi itu adalah Inayatul Maula, Dahniar Maharani, Fatatia Mahera, Farida Aryani, Najla Wildan, Siti Iffah Mahdiah, Dhita Ayomi, Ririn, Farida, Aisyah, dan Vina Qurrotu A’yun. Selama menjalani program ini, para mahasiswi tersebut didampingi seorang dosen pembimbing dari Fakultas Ushuluddin, Dr. H. M. Kholid Muslih, M.A.

Berkunjung ke Blue Mosque
Berkunjung ke Blue Mosque

Acara di Turki berlangsung selama 11 hari, tanggal 15–25 Januari 2015. Rombongan mulai berangkat dari Indonesia pada hari Selasa (13/1) lalu dan tiba di negara kawasan Eurasia itu hari Rabu (14/1). Sehari setelah tiba di sana, mereka langsung memulai kegiatan dengan mengikuti kajian “Risalah Nur” yang disampaikan oleh Ustadz Ihsan Qasim As-Shalihi. Ia adalah pemilik İstanbul İlim ve Kültür Vakfı atau Istanbul Foundation for Culture and Science, sebuah lembaga khusus mengkaji “Risalah Nur” Said Nursi, langsung di bawah bimbingannya.

Sebenarnya, Ustadz Ihsan Qasim As-Shalihi bukanlah orang Turki asli. Dia berasal dari Irak, namun sudah lama tinggal di daerah Byzantion, Istanbul, Turki. Beliau telah menerjemahkan “Risalah Nur” dari bahasa Turki ke bahasa Arab. Kemudian ia mendirikan lembaga pengkajian tersebut untuk orang-orang Turki di tempat tinggalnya itu. Selain masyarakat Turki, ia memiliki murid-murid yang sebagian tinggal berasrama di situ, mengadakan halaqah membahas kandungan “Risalah Nur” dengan rutin.

Rombongan mahasiswi peserta SPL juga tinggal di lembaga milik Ustadz Ihsan tersebut. Mereka disediakan waktu khusus untuk mengkaji “Risalah Nur” bersamanya. Ustadz Ihsan meluangkan waktunya mengajari mahasiswi-mahasiswi dari Gontor ini secara intensif selama 10 hari mereka berada di sana, dari pagi hingga sore. Sedangkan tiap malam, sehabis Isya’, mereka mengadakan diskusi bersama. Kecuali hari Sabtu (17/1) dan Ahad (18/1), Ustadz Ihsan memiliki kesibukan yang membuatnya tidak bisa menggelar kajian bersama mereka. Karena itu, ia mempersilakan tamu-tamunya untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Turki pada kedua hari tersebut.

Berkunjung ke Museum Panorama
Berkunjung ke Museum Panorama

Mendapat waktu luang, rombongan menggunakannya sebaik mungkin untuk mengenal Turki lebih jauh. Mereka berkunjung ke berbagai tempat terkenal di sana, dipandu dua orang warga Turki bernama Ihsan dan Laila. Namun, keduanya kesulitan berkomunikasi karena tidak menguasai bahasa Arab atau bahasa Inggris dengan baik. Maklum, kedua bahasa asing tersebut tidak begitu berkembang di negara Presiden Recep Tayyip Erdoğan ini. Untunglah, ada alumni Gontor dari Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Cabang Turki yang bisa membantu mereka. Sesuai rencana, tempat-tempat yang dikunjungi meliputi Masjid Sulaiman, Hagia Sophia, Blue Mosque atau Masjid Sultan Mahmet, Museum Panorama, Kota Bursa, Istana Topkapi, Universitas Istanbul, Masjid Fatih, Masjid Sehzade, Museum Arkeologi, Tour di Selat Bosporus, Islamic and Turkish Museum, Gulhane Park dan Nurosmaniye, Masjid Ayyub dan Pierre Loti.

Saat ini Turki sedang mengalami musim dingin. Suhu di sana sangat rendah, mencapai 4°C. Menurut salah seorang peserta SPL, salju tebal masih terlihat menutupi beberapa tempat. Mereka harus menggunakan jaket yang tebal, atau paling nyaman menggunakan jaket kulit. Selain itu, mereka juga harus menggunakan kaos kaki dan sarung tangan dari kulit. Walaupun demikian, semangat mereka untuk belajar sekaligus melihat-lihat peninggalan kejayaan Islam di Eropa tidak surut karena suhu 4°C itu.

Dekat Masjid Sulaiman
Dekat Masjid Sulaiman

Turki memang negara Islam yang mengagumkan. Setelah jatuhnya khilafah Islamiyah di bawah pemerintahan Turki Utsmani, lahirlah negara Turki sekuler yang membuat Islam di sana terpojokkan selama puluhan tahun. Tapi, sejak pemerintahan berada di bawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdoğan, negara ini perlahan tapi pasti mulai menanggalkan sistem sekuler. Islam menggeliat bebas bagaikan bangun dari tidur nyenyaknya. Salah satu faktor kebangkitan Islam yang luar biasa di Turki adalah kuatnya pengaruh ajaran Said Nursi melalui “Risalah Nur“-nya itu. Inti ajaran Nursi adalah Al-Qur’an yang berhasil dijiwai oleh orang-orang Turki. Walaupun masih banyak penduduknya yang belum lancar membaca Al-Qur’an, tapi mereka memiliki semangat untuk memperdalam ajaran Islam, semangat keislaman yang ditanamkan Said Nursi selama ia masih hidup hingga wafatnya, dan terus berpengaruh hingga saat ini melalui salah satu karya tulisnya yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, “Risalah Nur“.*elk

Bersama Bupati Ngawi, Kegiatan “Go Green” Berjalan Lancar

0

MANTINGAN – Pada tanggal 14 Januari 2015, Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1 disibukkan dengan kegiatan “Go Green”, yakni acara penghijauan daerah yang dipimpin langsung oleh Bupati Ngawi, Budi Sulistyono. Acara tersebut disambut meriah oleh para santriwati Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1. Diawali dengan iringan Drum Band oleh MI Nurussalam, Senam Lansia dan beberapa acara tambahan oleh masyarakat pun memeriahkan acara Go Green kali ini. Acara ini diselenggarakan di Auditorium Gontor Putri 1 dan diikuti oleh santriwati kelas 5 dan 6.  Sesuai dengan namanya, diadakanlah acara penanaman beberapa pohon yang dipimpin langsung oleh Bupati Ngawi dan Wakil Pengasuh serta Direktur Gontor Putri 1 di halaman Outbond Gontor Putri 1. Selain penanaman pohon, diadakan pula penanaman bibit ikan di kolam Outbond Gontor Putri 1.

Wakil Pengasuh Gontor Putri 1 bersama Bupati Ngawi dalam Kegiatan Go Green.
Wakil Pengasuh Gontor Putri 1 bersama Bupati Ngawi dalam Kegiatan Go Green.

Walaupun disibukkan dengan berbagai kegiatan dan kegiatan belajar mengajar, Gontor Putri 1 tetap dapat melaksanakan kegiatan Go Green ini dengan lancar. Acara Go Green ini selain menambah hijaunya dan suburnya Pondok kita tercinta ini, juga menambah pengetahuan dan pengalaman santriwati akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesuburan tanah bumi Indonesia kita tercinta ini.datagp1

Isi Kekosongan, Mabikori Adakan SAR Dirgantara

0
Suasana latihan oleh staf Paskhas Batalion Komando 463

GONTOR—Salah satu panca jiwa Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) adalah “Berpengetahuan luas”. Implementasi dari hal tersebut, Majelis Pembimbing Harian Koordinator (Mabikori) sebagai garda terdepan dalam urusan kepramukaan di PMDG mengadakan acara Search and Rescue (SAR) Dirgantara. Acara ini dilaksanakan selama lima hari, terhitung sejak Senin (5/1) hingga Jum’at (9/1) ketika liburan pertengahan tahun di PMDG. Orientasi yang disampaikan dalam acara ini meliputi pengetahuan tentang SAR, rapling, mountering, mekanika pesawat, sistem ketahanan udara, ilmu medan peta yang bertempat di Paskhas Batalion Komando 463, Ishwahyudi, kegiatan selanjutnya adalah survival diadakan di daerah Mojoseni, dan ditutup dengan praktik SAR air di Telaga Sarangan.

Peserta yang mengikuti acara ini berasal dari Gontor Pusat, 2, 3, 5, dan 6 yang jumlahnya mencapai 77 orang, dan 5 orang guru KMI, serta 2 orang dari staf Mabikori. “Tujuan diadakannya acara ini adalah untuk mengisi kekosongan ketika liburan, dan menambah wawasan santri PMDG.” Ujar Salman Abdurrobi, seorang staf Mabikori. ikami86

Perluas Wawasan, Gontor Putri 1 Gelar Saka Bhayangkara

0

MANTINGAN – Pada 13-14 Januari 2015 lalu, Koordinator Gugus Depan Gerakan Pramuka Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1 mengadakan Satuan Karya Pramuka Bhayangkara (Saka Bhayangkara). Seperti tahun sebelumnya pembukaan Saka Bhayangkara dibuka di Auditorium Kulliyatul Banat pada pukul 13.45 WIB oleh Ustadz H. Ahmad Suharto, M. Pd. I. selaku Wakil Pengasuh Gontor Putri 1. Pelatihan yang berlangsung selama 2 hari ini turut bekerjasama dengan Kapolsek Ngawi,  Mantingan setempat.

Suasana Pelatihan SAKA Bhayangkara di Gontor Putri 1.
Suasana Pelatihan SAKA Bhayangkara di Gontor Putri 1.

Peserta merupakan perwakilan dari adika kelas 3 Intensif, kelas 4 (penegak) sampai dengan kelas 5 KMI (pembina). Jumlah peserta hampir mencapai 230 peserta. Pelatihan ini bukan sekedar pemberian teori namun juga praktikum yang dilakukan di Jalan Raya Ngawi, tentunya tidak membosankan karena di sela-sela pelatihan santriwati menyanyikan yel-yel pramuka khas Gontor Putri 1. Tidak pernah pula ditemukan suasana membosankan karena kakak pelatih dari Kapolsek Ngawi bukan hanya melatih tapi juga mengajarkan lagu atau Mars Polri. Acara ini bukan hanya sebagai sarana belajar santriwati tapi juga sarana bermain. Tujuan diadakannya acara ini agar santriwati dapat menambah pengalaman, pengetahuan ketrampilan dan kecakapan yang dapat mendukung kehidupan dan pengabdiannya kepada masyarakat, agama, bangsa dan negara, khususnya dalam bidang keselamatan lalu lintas.

Bentuk dan metode pengajarannya berupa kursus kebhayangkaraan, pengertian dan pengetahuan tentang lalu lintas kendaraan, pengenalan Saka, teori Saka Bhayangkara Kelalulintasan dan Praktek Pengetahuan Lalulintas serta keamanan. Hasilnya nanti dapat masyarakat rasakan karena santriwati dapat memahami peraturan perundangan- perundangan lalu lintas dan dapat menangani kecelakaan lalu lintas.datagp1

 

Koreksi Ujian Akhir Gelombang I, KMI Bersiap Evaluasi Kelas 6

0
Suasana Ujian Akhir Kelas 6 KMI di BPPM
Suasana Ujian Akhir Kelas 6 KMI di BPPM

DARUSSALAM–Ujian Akhir Kelas 6 Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) Gelombang Pertama telah dilaksanakan lebih dari seminggu yang lalu, dari hari Sabtu (3/1) hingga hari Rabu (7/1). Tidak menunggu lama, KMI mengerahkan seluruh guru untuk mengoreksi lembar jawaban siswa Kelas 6 tersebut secara massal dan serentak, Kamis (16/1) malam.

Koreksi massal ini diadakan di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM), diawasi Direktur KMI, K.H. Masyhudi Subari, M.A. bersama H. Farid Sulistyo, Lc. dan H. Drs. Sutrisno Ahmad, Dipl.A. selaku Wakil Direktur KMI.

Secara efektif, KMI membagi lembar jawaban siswa dengan merata kepada seluruh guru. Jumlah guru yang ada di Pondok Modern Darussalam Gontor mencapai 400-an orang. Rata-rata, setiap guru mendapatkan bagian 20 lembar jawaban siswa. Ada 13 materi yang harus dikoreksi, yaitu Tarikh Islam, Imla’, Ilmu Fara’idh, Geografi, Dinul Islam, Dictation, Khat, Berhitung, Biologi, dan Kasyfu-l-Mu’jam, Adyan, Kimia, dan Sosiologi. Ketiga belas materi tersebut berasal dari 729 siswa Kelas 6 KMI tahun ini di Gontor Pusat. Jadi, jika dikalikan dengan jumlah siswa, maka ada sebanyak 9.477 lembar jawaban yang harus dikoreksi pada malam itu.

Koreksi massal ini segera diadakan agar nilai ujian gelombang pertama ini bisa segera direkapitulasi. Sehingga, guru-guru mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan siswa Kelas 6 tahun ini, terutama bagi para pembimbing Kelas 6.

Berdasarkan rekapitulasi hasil ujian dari ke-13 pelajaran tersebut, guru-guru akan bahu-membahu membina Kelas 6 agar siap sepenuhnya menghadapi ujian gelombang kedua pada pertengahan bulan Maret hingga minggu pertama bulan Mei nanti. Memang, ujian gelombang kedua berlangsung hampir dua bulan lamanya, ditambah ujian praktik mengajar di dalamnya. Materi ujian gelombang kedua tiga kali lipat lebih banyak daripada materi ujian gelombang pertama. Karena itulah persiapan harus benar-benar intensif dan matang.

Ujian Akhir Kelas 6 KMI ini sudah lama ditunggu-tunggu seluruh siswa Kelas 6, bahkan sudah diimpikan mereka sejak duduk di Kelas 1. Namun, mungkin tak seorang pun menginginkannya kembali setelah merasakannya. Walaupun demikian, ujian akhir di Gontor selalu berkesan dan menyimpan kenangan tak terlupakan di benak santri, menjelang kelulusan mereka menjadi alumni Pondok Modern Darussalam Gontor. Masa-masa akhir di Kelas 6 tidak akan pernah mereka lupakan. Dari sinilah mereka merasakan indahnya perjuangan dan kerja keras, mengerahkan segala kemampuan untuk menghadapi ujian akhir yang tak pernah ada di tempat mana pun selain di Gontor.

Sungguh nikmat rasanya menikmati hasil perjuangan sendiri, hasil kejujuran yang tak ternilai harganya. Bisa dibayangkan, betapa bahagianya seorang santri yang berhasil melewatinya, betapa bangganya orang tua yang melihat anaknya lulus dengan kerja keras, perjuangan, pengorbanan, kejujuran, bahkan mungkin dengan tangis dan air mata. Itulah yang mahal harganya di Gontor. Ujian mendidik santri untuk jujur, bekerja keras, berusaha, dan bertawakkal, berdoa kepada Allah meminta hasil terbaik. Ujian di Gontor untuk belajar, bukan belajar untuk ujian.*elk

Gontor dan Stabilitas

0
Keramaian Santri Saat Pembukaan Tahun Ajaran Baru
Keramaian Santri Saat Pembukaan Tahun Ajaran Baru

“Tempalah besi ketika masih panas”. Ungkapan itu sering terdengar saat pembukaan Tahun Ajaran Baru di Pondok Modern Darussalam Gontor. Maknanya sangat jelas. Seperti besi yang masih dalam keadaan panas, santri-santri yang baru saja melepas penat di rumah, membuang jenuh di tempat liburan masing-masing, menghilangkan rasa jemu dengan berlibur panjang, melenyapkan rasa bosan bersama keluarga, telah kembali bersemangat saat kembali ke pondok tercinta.

Mereka ibarat besi panas yang siap ditempa, siap dididik kembali dengan semangat baru yang menggebu-gebu karena telah menikmati liburan yang menyenangkan bersama keluarga di rumah. Gontor sangat memahami situasi ini. Santri jangan dibiarkan berlama-lama tanpa aktivitas setelah liburan. Semangat yang tadinya menggelora bisa padam seketika jika tidak segera dikelola. Jika besi panas itu telah mendingin, maka ia akan sangat sulit untuk dibentuk. Keras dan bisa patah. Butuh waktu dan usaha lagi untuk memanaskannya.

Karena itulah, Gontor segera melakukan stabilisasi kegiatan pondok setelah santri-santri tiba. Pada hari pertama setelah liburan usai, diadakan upacara pembukaan Tahun Ajaran Baru yang wajib dihadiri seluruh santri dan guru, tanpa terkecuali. Ucapan selamat datang terdengar dari kiai menyambut kembalinya mereka ke pondok dengan bahagia. Mereka diminta untuk kembali ke pondok ini dengan “kaaffah”, sepenuh hati. Kiai mengingatkan santri-santrinya untuk memperbaharui niat mereka belajar di Gontor, dengan niat yang tulus dan ikhlas menuntut ilmu. Mereka juga diingatkan agar melupakan masa-masa liburan yang penuh kenangan itu. Ibarat kata, jangan sampai orangnya sudah berada di Gontor, tapi hati dan pikirannya masih tertinggal di rumah. Liburan itu telah usai, kini saatnya belajar kembali agar impian dan cita-citanya tercapai.

Kesadaran guru-guru dan santri-santri dalam berdisiplin sangat membantu terciptanya stabilitas pondok. Kedatangan mereka tepat waktu sehabis liburan, baik di awal semester pertama maupun saat memasuki semester kedua, memudahkan pondok untuk melakukan stabilisasi secepat mungkin. Pembagian jadwal mengajar dilakukan sehari setelah pembukaan Tahun Ajaran Baru. Santri-santri pun beramai-ramai membersihkan kelas dan asrama setelah mengikuti pengabsenan wajib. Dengan ini, dinamika pondok benar-benar terjaga dan terpelihara penuh keteraturan.

Pada minggu pertama awal tahun, Gontor menghadapi saat-saat paling sibuk. Pondok benar-benar dipadati ribuan santri melebihi kapasitas yang ada. Itulah bulan Syawwal. Ribuan santri yang berlibur panjang di rumah selama Ramadhan telah kembali ke pondok. Pada saat yang sama, sekitar empat ribuan calon pelajar memadati pondok untuk mengikuti Ujian Masuk KMI. Bisa dibayangkan, betapa ramainya pondok pada hari-hari itu. Jumlah itu ditambah para wali santri yang belum pulang menantikan hasil ujian anak-anak mereka, was-was antara lulus atau tidak. Bisa diperkirakan, pada waktu itu Gontor dipadati lebih dari 10.000 orang. Padahal, jumlah sebanyak 4.000 santri saja pada hari-hari biasa sudah sangat ramai. Apalagi dua kali lipat lebih dari itu.

Namun, keramaian itu tidak menghambat pondok untuk melakukan stabilisasi kegiatan guru-guru dan santri-santrinya. Situasi ini sudah dipikirkan bersama-sama dengan matang dari jauh hari, sehingga segala sesuatunya bisa berjalan tertib dan teratur. Calon pelajar dengan tenang mengikuti ujian tulis mereka sehari itu. Para wali santri juga memahami peraturan pondok, bersikap tenang di tempat-tempat khusus tamu yang telah ditentukan. Sedangkan santri-santri beramai-ramai membersihkan pondok, menempati asrama baru dengan riang gembira.

Esok harinya, guru-guru telah siap dengan jadwal mengajar selama satu semester, dibagikan pada pertemuan perdana bersama sang kiai pada pagi hari. Demikian pula dengan santri-santri, mereka telah mendapatkan jadwal pelajaran yang dibagikan para wali kelas pada siang hari. Dengan jadwal yang sudah di tangan, guru-guru telah siap mengajar dan santri-santri telah siap belajar di kelas baru mereka. Mereka tidak terganggu dengan adanya calon-calon pelajar yang masih menunggu pengumuman hasil ujian. Kegiatan santri berjalan sebagaimana biasa. Walaupun ada beberapa santri dari Kelas 6 yang terlibat membantu Panitia Ujian Masuk KMI mengatur tamu-tamu dan menertibkan calon-calon pelajar itu. Mereka mulai belajar aktif di kelas sehari setelah jadwal dibagikan. Guru-guru pun langsung memulai pelajaran dengan penuh semangat bersama mereka.

Pada minggu pertama itu, Gontor melakukan stabilisasi dengan tertib dan teratur. Satu demi satu kegiatan ekstrakurikuler berjalan aktif, didahului aktivitas KMI dengan kegiatan belajar mengajarnya. Stabilitas pondok benar-benar normal setelah selesai pengumuman kelulusan calon pelajar menjadi santri Pondok Modern Darussalam Gontor. Mereka menunggunya dua atau tiga hari setelah ujian dilaksanakan. Maklum, pengoreksian ribuan lembar jawaban calon pelajar itu membutuhkan waktu, walaupun sudah mengerahkan seluruh guru yang jumlahnya mencapai lima ratusan orang. Wali santri yang menunggu pun memakluminya. Mereka bersabar dan terus berdoa agar anak kebanggaan lulus menjadi santri Gontor sesuai harapan.

Setelah pengumuman calon pelajar menjadi santri baru, diadakan pembagian asrama dan kelas secara terpisah. Pembagian asrama untuk anak baru diadakan tepat setelah pengumuman. Sedangkan pembagian kelas santri-santri baru itu diadakan keesokan harinya. Dengan dimulainya kegiatan belajar mengajar untuk santri baru, pondok pun telah berjalan stabil. Aktivitas lainnya secara teratur menyusul kemudian dan melengkapi stabilitas pondok sebagaimana dijadwalkan dalam kalender tahunan kegiatan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Demikian pula halnya dengan akhir tahun atau semester kedua, walaupun sedikit berbeda. Stabilisasi pondok pada semester kedua berlangsung lebih cepat karena tidak perlu menunggu pengumuman kelulusan calon pelajar seperti pada bulan Syawwal. Sehari setelah liburan usai, KMI langsung beraktivitas dengan mengadakan pembagian jadwal mengajar untuk guru-guru. Kegiatan belajar mengajar pun berjalan normal setelah itu. Guru-guru langsung mengajar sehari setelah pembagian jadwal. Santri-santri masuk kelas seperti biasa tanpa menunggu berhari-hari. Kegiatan ekstrakurikuler pun aktif satu per satu hingga dinamika pondok berjalan stabil sebagaimana biasanya. Prinsipnya, awal yang baik adalah setengah dari perjalanan. Kata Pak Zar, perjalanan seribu kilometer dimulai dengan ayunan langkah kaki pertama.

Demikianlah Gontor bergerak secara konsisten setiap tahun, mendidik santri-santri untuk selalu bergerak dan menggerakkan, berjuang dan memperjuangkan, serta bisa hidup dan menghidupi. Bergeraklah, karena gerakan itu mengandung berkah!*elk

 

Berlibur, Guru KMI Adakan Tur Studi ke Yogyakarta

0
IMG-20150112-WA0000
Para guru KMI berpose dengan pengurus IKPM Yogyakarta

YOGYAKARTA–Pada hari Rabu (7/1) hingga Kamis (8/1) lalu, masih dalam masa liburan pertengahan tahun bagi santri-santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), sejumlah guru Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) mengadakan tur studi ke daerah Yogyakarta. Guru-guru yang mengikuti kegiatan ini bermukim di pondok selama liburan karena mereka mendapat tugas untuk mengawasi Ujian Akhir Kelas 6 KMI gelombang pertama. Sekadar menghabiskan sisa liburan di pondok, mereka mengadakan tur ini.

Acara diikuti guru KMI sebanyak 21 orang, dipanitiai oleh Dewan Mahasiswa (DEMA) Universitas Darussalam Gontor Kampus Rabithah. “Tujuan diadakannya acara ini adalah untuk mempererat tali persaudaraan antarguru KMI dan alumni, serta upaya untuk mengisi kekosongan di masa liburan,” ujar Khoirul Akmal, salah seorang panitia penyelenggara.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari ini berangkat menggunakan satu armada bus Anto Wijaya. Rabu (7/1) tepat pukul 15.00 rombongan meninggalkan kampus Pondok Modern. Tujuan pertama adalah penginapan Cikaraya di Wonosari sebagai tempat bermalam. Keesokan harinya rombongan berangkat menuju Gua Pindul, dilanjutkan dengan rekreasi ke Pantai Indrayanti, dan Sorenya para peserta mengadakan silaturrahim dengan Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) cabang Yogyakarta. Dalam kesempatan ini Pongki, salah seorang ketua IKPM cabang Yogyakarta mengatakan, “Pendidikan di Gontor saja sudah cukup untuk dijadikan bekal untuk menghadapi dunia luar, tinggal dikembangkan saja. Hal yang ditakutkan oleh santri PMDG adalah menjadi katak dalam tempurung, di dalam pondok bersinar tetapi di luar redup, bahkan padam. Maka yang harus kita siapkan adalah jaringan kerja, network, agar kita mudah mendapatkan bantuan dari mana saja.”*ikami86

Gerakan Pramuka Gugus Depan 15089 Resmi Beraktivitas

0
Upacara Pembukaan Kegiatan Pramuka
Upacara Pembukaan Kegiatan Pramuka

DARUSSALAM–Sehari setelah dimulainya pelajaran sore, Pondok Modern Darussalam Gontor membuka aktivitas kepramukaan pada Kamis (15/1) siang ini. Melalui upacara yang diikuti seluruh santri di depan Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM), Gerakan Pramuka Gugus Depan 15089 resmi dibuka oleh Ustadz H. Ismail Abdullah Budi Prasetyo, mewakili Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Pimpinan Pondok beserta segenap guru benar-benar berupaya mewujudkan stabilitas pondok secepat mungkin setelah liburan. Satu per satu kegiatan ekstrakurikuler pada semester kedua Tahun Ajaran 1435-1436 ini mulai berjalan aktif. Miliu belajar segera dibentuk dengan dimulainya aktivitas Kulliyatu-l-Mu’allimin Islamiyah (KMI) pada Rabu (14/1) kemarin.

Masa belajar aktif pada semester kedua ini memang lebih singkat dibandingkan semester pertama. Waktu pun berjalan terasa lebih cepat karena dua bulan kemudian akan dilaksanakan Ujian Akhir Kelas 6 KMI untuk gelombang kedua, yang diawali dengan ujian praktik mengajar atau dikenal dengan istilah “tarbiyah ‘amaliyah”.

Sejumlah besar guru akan terlibat menjadi pembimbing pada ujian praktik mengajar yang dijalani siswa Kelas 6 tersebut, terutama guru tahun ke-5 dan guru tahun ke-6 hingga semua guru-guru senior. Keterlibatan guru-guru yang telah ditentukan ini berlangsung hingga Ujian Akhir Kelas 6 KMI selesai, kurang lebih hampir dua bulan.

Selama siswa Kelas 6 menjalani ujian, siswa-siswa KMI dari Kelas 1–5 tetap belajar aktif di kelas. Untuk mengatasi kekosongan pengajar di kelas-kelas yang gurunya disibukkan oleh Ujian Akhir Kelas 6 KMI, guru-guru nonsenior yang tidak terlibat akan mendapatkan jadwal mengajar tambahan secara tetap untuk menjadi pengajar di kelas-kelas tersebut. Kebijakan ini sangat penting karena setelah berakhir ujian yang dijalani Kelas 6 itu berakhir pula masa belajar aktif siswa Kelas 1–5. Dengan kata lain, masuk kelas sudah tidak ada lagi. Artinya, telah tiba Ujian Akhir Tahun untuk siswa Kelas 1 hingga Kelas 5 tepat setelah selesainya ujian yang dijalani kakak kelas mereka.

Itulah sedikit gambaran dinamika belajar di Pondok Modern Darussalam Gontor pada semester kedua. Namun, masih banyak aktivitas lainnya yang mewarnai kehidupan santri-santri selama akhir tahun ini. Aktivitas kepramukaan yang baru saja dibuka minggu ini hanyalah salah satu aktivitas dari sekian banyak aktivitas yang menggerakkan santri-santri dan menumbuhkan kreativitas mereka setengah tahun ke depan. Inilah yang menjadikan santri Gontor merasa betah di pondok, waktu pun terasa begitu cepat berlalu. “Semakin besar keinsafanmu, semakin besar pula keuntunganmu,” demikian pesan almarhum Pak Zar mengingatkan santri agar terlibat aktif dalam segala aktivitas pondok.*elk

RECHECK KEMAMPUAN SISWI AKHIR KMI

0

AULA BEIRUT – Senin (12/1), panitia ujian siswi akhir KMI Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 2, mengundang guru-guru untuk mengoreksi hasil ujian siswi akhir KMI secara masal. Pengarahan pengoreksian disampaikan oleh Al-Ustadz H. Muhammad Fauzi, M.A. selaku wakil Direktur KMI GP2 yang bertempat di aula Beirut pukul 20.00 WIB.

Pengarahan Pengoreksian Hasil Ujian Siswi Akhir KMI di Aula Beirut
Pengarahan Pengoreksian Hasil Ujian Siswi Akhir KMI di Aula Beirut

Ujian siswi akhir KMI ini diselenggarakan guna mengetahui apakah ilmu yang diberikan sudah dimiliki atau belum, sudah dikuasai atau belum. Sehingga pentingnya pengoreksian ini, tidak lain untuk mengetahui atau recheck kemampuan yang dimiliki siswi kelas 6. Pengoreksian bertempat di gedung Al-Azhar ruang 1 s/d 6. Tiap ruangnya diawasi oleh asatidz, selaku pengoreksi hasil koreksian guru-guru, guna menjaga ketelitian dan kebenaran dalam pengoreksian, sehingga tidak ada yang dirugikan. Guru memberikan hak sebagai pengoreksi, sedangkan siswi mendapatkan haknya yang berupa nilai hasil ujian.

Suasana Ruang Pengoreksian Masal Hasil Ujian Siswi Akhir KMI
Suasana Ruang Pengoreksian Masal Hasil Ujian Siswi Akhir KMI

Adapun mata pelajaran yang dikoreksi berjumlah 13 materi, yaitu materi-materi yang diujikan pada 3-7 Januari lalu. Meliputi; Qishoh Al-Anbiya’, Geograpi, Biologi, Sosiologi, Al-Imla’, Kimia, Ad-Din Al-Islamy, Dictation, Kasyful Mu’jam, Tarikh Islam, Al-Hisab, Al-Faraidh, dan Al-Ad-Yan. MSey

Pengoreksian Masal Oleh Guru di Gedung Al-Azhar
Pengoreksian Masal Oleh Guru di Gedung Al-Azhar

Ulama dan Pesantren

0
Pesantren Mendidik Ulama
Pesantren Mendidik Kader Umat

Di Indonesia, kata ulama digunakan untuk menyebut orang-orang yang berkompeten di bidang agama. Padahal, di tempat lain biasanya menggunakan istilah syaikh. Sedangkan istilah ulama biasanya untuk menyebut para ilmuwan di berbagai disiplin ilmu secara umum, tidak digunakan khusus untuk orang-orang yang ahli di bidang agama. Penggunaan istilah ulama di Indonesia memang unik, karena istilah ini khusus disematkan pada orang-orang yang menguasai ilmu agama.

Untuk disebut ulama, ada kriteria yang harus dipenuhi, yaitu akrab dengan Al-Qur’an. Setidaknya, seseorang telah mengkhatamkan 30 juz dan benar-benar mengetahui serta memahami isinya, tahu arti dan makna setiap kata di dalam Al-Qur’an. Tidak ada satu titik yang terlewat tanpa ia tahu penjelasannya dengan gamblang. Persyaratan ini hanyalah syarat paling minimal bagi seseorang agar termasuk golongan ulama.

Penguasaan Al-Qur’an memanglah syarat minimal, tapi syarat ini sangat fundamental karena dengan inilah seseorang bisa tahu pandangan wahyu terhadap segala hal. Apabila ia tidak menguasainya, maka ia akan bergantung pada akalnya saja dalam menyikapi segala persoalan kehidupan. Padahal, sumber petunjuk itu adalah wahyu, bukan semata-mata akal. Tanpa bimbingan wahyu, akal bisa tersesat.

Dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an, ulama itu harus disertai dengan hidayah. Para orientalis bisa mengkaji Al-Qur’an, tapi mereka mengkajinya tanpa hidayah. Sesungguhnya hidayah itu membuahkan iman yang mutlak atas kebenaran ajaran Islam. Baik bagi si pintar maupun si bodoh, iman itu mutlak. Sebab, dengan imanlah akan lahir khasyyah, sikap khas ulama seperti disebutkan di dalam Al-Qur’an.

Kata ulama hanya disebut dua kali di dalam Al-Qur’an. Pertama, ulama yang khasyyah (‘takut’) kepada Allah. Kedua, ulama Bani Israil yang ingkar. Maka, bila tidak bisa menjadi yang pertama, ulama itu akan jatuh mengikuti sifat yang kedua.

Seharusnya, para ulama tidak boleh berdiskusi lagi mengenai persoalan-persoalan qath’i dalam keyakinan Islam. Sesuatu yang diyakini itu tidak usah lagi didiskusikan. Hal-hal tersebut harus dipertahankan dan diyakini hingga mati. Jangan memberikan pintu masuk, jendela, ventilasi, atau lubang sekecil apapun untuk mendiskusikan dan meragukan kebenaran akidah kita. Tidak ada kebenaran yang setengah-setengah atau seperempat. Kebenaran itu harus mutlak sepenuhnya.

Masih banyak lagi syarat yang lain untuk disebut ulama. Adapun tempat untuk mendapatkan syarat-syarat itu adalah pesantren. Mungkin jika bukan satu-satunya, maka pesantren adalah salah satu tempat mencetak ulama. Nilai keyakinan yang kokoh juga hanya bisa diperoleh di pesantren. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang unik. Ia menjadi benteng kultural yang kokoh hasil desain seorang kiai.

Dalam membina pesantren, kiai tidak perlu berkompromi dengan siapa pun, terutama dalam mengatur kehidupan di pesantren. Dari lurah sampai UNESCO-nya PBB, atau partai-partai, hingga presiden pun tidak boleh mengintervensi pesantren. Intervensi adalah kezaliman. Dengan begitulah pesantren bisa bertahan sebagai lembaga pendidik umat berabad-abad lamanya. Gontor salah satu pesantren yang bisa bertahan dengan cara ini.

Pesantren menjadi benteng umat terutama pasca runtuhnya khilafah Islamiyah. Penjajah mencoba meruntuhkan pesantren di mana-mana. Di Syanggit, pesantren-pesantren tradisional berkurang karena ulah penjajah. Pesantren terbukti menjadi lembaga yang paling anti penjajah dan penjajahan. Pada saat jatuhnya khilafah Islamiyah itulah Gontor berdiri dengan mengusung misi pendidikan, membentengi umat dari pengaruh penjajah dan penjajahan. Pesantren sangat anti penajajahan sebab Islam adalah agama pembebasan dari penghambaan selain kepada Allah. Pesantren menegaskan bahwa manusia itu hanya boleh tunduk kepada Allah.

Pesantren berdiri karena ada rasa keterpanggilan dari seorang kiai untuk mendidik dan membina umat. Pondok tercipta karena adanya shibghah: jati diri, bina diri, tahan diri, lalu lahirlah harga diri. Maka, kamu harus bangun. Renungkanlah Surat Al-Muddatstsir dan Al-Muzzammil! Kenikmatan dunia ini adalah selimut yang harus kamu singkirkan. Qum fa andzir! Perintah ini turun kepada setiap Muslim. Bila kalian membaca Al-Qur’an, atau mempelajari syariat, maka sadarlah sepenuhnya bahwa Al-Qur’an dan syariat itu untukmu. Syukurlah jika nanti bisa kau ajarkan kepada orang lain.

Pesantren berjalan karena niat ikhlas individu pejuang di dalamnya. Setiap orang menjaga semua niat agar hanya untuk Allah. Mereka bahkan tidak pernah berniat untuk berbuat baik agar diteladani. Teladan akan lahir sendiri, maka berniatlah hanya untuk Allah. Dunia ini sedang sakit. Umat ini sedang sakit. Maka, jadilah dokter untuk mengobati dunia yang sakit ini. Dokter itu tidak boleh marah-marah, tidak boleh menangis iba saja, tidak boleh menanya-nanya saja. Dokter itu harus segera mengambil langkah untuk mengobati penyakit pasiennya secepat mungkin. Ia harus bertanggung jawab hingga si pasien sehat kembali. Ulama yang dididik di pesantren itu harus bertanggung jawab merawat umat hingga sembuh.

Pesantren itu didirikan dan dirawat oleh kiai. Maka, yayasan itu seharusnya berada di bawah kontrol kiai. Pondok pesantren berfungsi mendidik, bukan dididik (didikte pihak luar). Pesantren itu, pada hakikatnya, adalah sebuah benteng moral dan iman. Gedungnya bisa dibakar. Kiai, santri, dan ustadz-ustadz bisa dibunuhi, namun jiwa pesantren tidak akan mati. Di pondok, jiwalah yang penting bukan badannya, nilai-nilai itu yang penting bukan institusi fisiknya.

Intervensi pihak luar yang tidak memahami jiwa dan nilai itu hanya akan merusak pesantren. Hal ini terbukti dengan kokohnya pesantren-pesantren di Indonesia yang tanpa intervensi, walaupun sistem pendidikan nasional penuh dengan gonjang-ganjing perubahan kurikulum dan isu-isu miring lainnya. Pesantren tidak akan mengganggu, sehingga janganlah diganggu. Struktur dan kultur pesantren harus dijaga dari intervensi pihak luar. Walaupun intervensi itu mengatasnamakan kebaikan, reformasi, dan lain sebagainya.

Kiai adalah figur sentral di pesantren. Kiai yang berada di bawah bayang-bayang organisasi tertentu akan ambruk. Kehormatan seorang kiai merupakan buah dari kepribadiannya. Ia jujur tanpa pengawasan KPK, polisi, atau lembaga hukum lainnya. Konsistensi dan independensi kiai ini tercermin juga pada santri dan pesantren secara umum. Sebab, kiai mewariskan nilai-nilai kebaikan hidup. Pesantren itu harus menjadi miniatur kehidupan.

Kiai mengarahkan dan mengawasi dinamika pondok yang terbina dan konsisten. Setelah itu, dinamika ini akan berjalan di dalam kebersamaan dengan tiga energi: ikhlas, ridla, dan berkah. Setiap warga pondok memberi dan menerima dengan ikhlas. Dengan tiga semangat itu, dinamika di pesantren berjalan sakral. Mulai dari makan, tidur, hingga belajar pun sakral. Suasana itu bisa tercapai karena dilakukan demi mencapai ridla Allah.

Namun, semua tatanan tadi akan hancur jika disusupi penyakit-penyakit pesantren. Salah satunya adalah egoisme keduniaan. Sesungguhnya Islam tidak menafikan hal-hal individual dan egoistis. Dalam ajaran Islam, di akhirat kelak, seseorang itu akan bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Di dalam kubur ia sendiri, menghadap Allah pun ia sendiri. Tapi, kita tidak bisa hidup sendiri. Egoisme dan individualisme dalam bersosialisasi di dunia sangat berbahaya. Egoisme akan merusak pesantren karena mematikan amar ma’ruf dan nahi munkar. Orang yang egois dan individualis itu merasa kaya, merasa pintar, merasa cukup sehingga tidak mau berinteraksi. Ia merasa memiliki kelebihan sehingga mengganggap orang lain lebih rendah. Orang egois juga mementingkan kejayaan dirinya sehingga menjadi oportunis yang licik.

Jadilah kalian pendidik. Kalian akan tarik-menarik dengan penjajah yang juga terus mendidik manusia. Penjajah mendidik manusia menjadi 3B: boneka, badut, dan budak. Sedangkan kalian mendidik mereka menjadi manusia bebas yang hanya menghamba kepada Allah.* elk

 

*Disampaikan oleh K.H. Hasan Abdullah Sahal dalam sebuah munasabah tentang kepesantrenan di Pondok Modern Darussalam Gontor.