Pembagian rapor semester I tahun pelajaran 2014/2015 telah dilaksanakan di Pondok Modern Darrul Ma’rifat Gontor 3 pada pada hari Rabu, 14 Januari 2014 bertepatan dengan jadwal kegiatan Pondok Modern untuk pembagian rapor, Pada pembagian rapor diawali dengan mengadakan perkumpulan, pengarahan serta pengumuman hasil nilai ujian tahun 2014/2015, yaitu pagi dari pukul sembilan sampai sebelas.
Ada hal yang berbeda dalam pembagaian rapor semester ini, karena sebagian besar nilai ujian santri naik dari tahun sebelumnya, namun untuk kelas dua, tiga, dan tiga intensive mengalami penurunan.rata-rata turun 2%. Unttuk kenaikan tertinggi adalah kelas 1 Intensive dengan persentasi kenaikan 11.69%. kelas Satu 6.57%, Kelas Empat 5.46%, Kelas Lima 2.35%.
Setelah perkumpulan dimasjid santri bergegas menuju kelas untuk pembagian rapor bersama wali kelas di kelasnya masing-masing.
Rata-rata keseluruhan nilai ujian tahun ini naik 2.48% dari tahun lalu rata-rata nilai 5.22 menjadi 5.35.
Pembagian Rapor Awal Tahun
Liburan Yang Ber-etika
Gontor Putri 2- Raut gembira penuh syukur menghiasi wajah para santriwati Gontor Putri 2 menghadapi masa liburan yang telah diambang mata. Seakan penatnya masa ujian terbayar sudah demi mendengar berita ditetapkannya masa liburan oleh Bapak wakil Pengasuh Gontor Putri 2 dalam acara Pesan dan Nasehat Menjelang Liburan pada Selasa malam (30/12).
Pesan dan Nasehat Menjelang Liburan merupakan sunnah pondok yang telah lama berjalan dengan tujuan agar para santriwati tetap memegang etika dan akhlak yang luhur walaupun itu selama masa liburan. Maka, acara ini sebagai bekal untuk para santriwati dari pondok agar dapat diserap serta diamalkan dengan baik di tempat masing-masing.
Acara meliputi berbagai penjelasan berbagai etika sehari-hari disertai dengan contoh. Disajikan menarik dengan contoh langsung maupun slide video. Santriwati juga diberi bekal bagaimana mengelola masa liburan yang baik serta bermanfaat.
Bapak Wakil Pengasuh berharap sekembalinya santriwati dari masa liburan dapat meningkatkan semangat, kesungguhan serta energi untuk menuntut ilmu demi terbentuknya generasi muda yang agamis berintelektual tinggi.amee
Muhadlarah dan Pelajaran Sore Lengkapi Dinamika Pondok

DARUSSALAM–Dimulainya aktivitas Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) pada Rabu (14/1) pagi, memacu Pengasuhan Santri untuk mengaktifkan kegiatan muhadlarah (‘latihan pidato’) dan pelajaran sore (kursus sore). Maka, pada Selasa (13/1) malam, Pengasuhan Santri bekerja sama dengan Bagian Afternoon Lesson Advisory Council (ALAC) dan Bagian Public Speaking and Discussion Advisory Council (PUSDAC) mengadakan “Pengarahan Pengawas Muhadlarah dan Pengajar Pelajaran Sore”. Acara yang bertempat di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM) itu dihadiri seluruh siswa Kelas 6 dan guru-guru.
Setelah pengarahan ini, seluruh santri dari Kelas 1 hingga Kelas 5 akan mulai menyibukkan diri dengan kegiatan muhadlarah dan masuk kelas pelajaran sore. Muhadlarah merupakan aktivitas rutin berbentuk latihan pidato dalam tiga bahasa, salah satu program PUSDAC atau Pembimbing Muhadlarah dan Diskusi yang berada di bawah Pengasuhan Santri. Latihan pidato berbahasa Arab dimulai pada Kamis (15/1) pagi selama satu jam dimulai pada pukul 10.45. Sedangkan latihan pidato berbahasa Indonesia diadakan pada malam harinya dengan durasi waktu yang sama mulai pukul 20.15. Latihan pidato menggunakan bahasa Inggris diadakan setiap Ahad malam mulai minggu ini juga. Durasinya sama dengan waktu latihan pidato berbahasa Indonesia pada setiap Kamis malam. Selama latihan itu, siswa Kelas 6 bertugas membantu PUSDAC mengawasi dan membimbing mereka di tempat-tempat muhadlarah yang telah ditentukan.
Pelajaran sore juga merupakan salah satu program khusus Pengasuhan Santri yang dikelola ALAC atau Pembimbing Pelajaran Sore. Kegiatan ini dimulai pada Rabu (14/1) ini setiap siang mulai pukul 14.00 hingga pukul 14.45. Diadakannya program ini bertujuan memperkaya beberapa materi pelajaran khusus di KMI yang berkaitan dengan penguasaan bahasa Arab dan Inggris, semisal pelajaran Nahwu, Sharf, Muthalaah, dan Bahasa Inggris. Selain itu, ada tambahan pelajaran Al-Qur’an untuk memperbaiki qiraah (‘bacaan Al-Qur’an’) santri-santri.
Program pelajaran sore ini bisa menjadi ajang latihan mengajar bagi siswa Kelas 6, sebagai bekal menghadapi ujian praktik mengajar beberapa bulan nanti. Mereka mendapakan tugas mengajar Kelas 1 dan Kelas 2. Sedangkan guru-guru mendapat jatah mengajar Kelas 3 sampai Kelas 5. Dengan terlibatnya Kelas 6, maka tidak semua guru KMI mengajar pelajaran sore. Namun, dapat dipastikan wali kelas mendapatkan jatah mengajar di kelasnya masing-masing.
Sebelum mengajar, guru-guru dan siswa Kelas 6 diarahkan langsung oleh Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, K.H. Syamsul Hadi Abdan, pada acara pengarahan Selasa malam tersebut. Baik guru maupun siswa Kelas 6 yang mendapatkan kesempatan mengajar pelajaran sore, diharapkan memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Persiapan yang matang selalu ditekankan sebelum mulai mengajar. Sehingga, seorang pengajar tidak hanya mengajar, tapi pada waktu yang sama dia juga sedang belajar. Bagi Gontor, belajar yang baik adalah dengan cara mengajar. elk
KMI Mengawali Aktivitas

GONTOR–Mulai Rabu (14/1), kegiatan belajar mengajar di Pondok Modern Darussalam Gontor untuk semester kedua Tahun Ajaran 1435-1436 kembali aktif. Guru-guru Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) telah mendapatkan jadwal mengajar masing-masing pada hari Senin (12/1) lalu. Kelas-kelas telah dibersihkan dan ditata dengan rapi. Peralatan kelas sudah disiapkan lengkap. Jadwal pelajaran pun telah dibagikan kepada santri-santri. Pondok sudah siap memulai segala dinamika pendidikan untuk membina kader umat harapan masa depan.
Sebagaimana kata pepatah, awal yang baik adalah setengah dari perjalanan. Jika perjalanan setengah tahun ke depan tidak segera dimulai dengan baik, maka bisa jadi terhenti di tengah jalan. Sedangkan waktu yang tersedia untuk menempuh perjalanan itu tidak banyak. Memang, masa belajar aktif pada semester kedua ini lebih singkat daripada semester pertama. Sebabnya, ada beberapa hari yang digunakan untuk acara pondok seperti Laporan Pertanggungjawaban Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM), Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Koordinator Gerakan Pramuka, hari-hari Ulangan Umum Akhir Tahun, dan Peringatan Persemar. Belum lagi, pelaksanaan Ujian Akhir Kelas 6 KMI nanti akan memakan waktu sekitar dua bulan ditambah Tarbiyah Amaliyah (‘Ujian Praktik Mengajar’). Dalam jangka dua bulan itu, guru-guru akan terlibat kesibukan yang menyita waktu mengajar mereka di Kelas 1 hingga Kelas 5.
Oleh karena itu, guru-guru KMI memanfaatkan hari perdana masuk kelas ini dengan langsung mengajar sekaligus memotivasi santri untuk kembali berkonsentrasi dalam belajar. Hari pertama memang sangat berarti bagi guru dan santri. Pada saat itulah guru diharapkan mampu membangkitkan semangat belajar santri yang baru saja berlibur di rumah. Barangkali, hati dan pikiran mereka belum sepenuhnya ke pondok. Jika hari pertama sudah dimulai dengan baik, maka hari-hari selanjutnya akan penuh dengan harapan. Perjalanan sejauh apapun, walau waktunya singkat, pasti bisa ditempuh hingga ke tempat tujuan. Pak Zar sering mengatakan bahwa perjalanan seribu kilometer dimulai dengan ayunan langkah kaki pertama. elk
3 Siswa Dengan Nilai Terbaik Raih Beasiswa Penuh di Akhir Tahun
Gontor 2- Pada hari ketiga pasca liburan awal tahun tepatnya pada hari Selasa (13/01/2015), para santri dan guru berkumpul di Masjid Jami’ guna mengikuti pengarahan pembagian rapor yang merupakan hasil jerih payah mereka dalam ujian pertengahan tahun silam. Rapor yang dibagikan kepada santri kelas 1-5 tersebut merupakan rincian nilai mereka dalam tiap materi pelajaran yang diujikan dalam ujian lisan dan juga ujian tulis yang kemudian diakumulasikan menjadi nilai rata-rata mereka di awal tahun, dalam rapor itu juga dicantumkan nilai mental santri yang terdiri dari 3 komponen yaitu akhlak (suluk), ketekunan (muwadhabah), dan kebersihan (nadzafah).
Acara dimulai dengan pengarahan dari bapak wakil pengasuh Gontor 2, Al- Ustadz H. Muhammad Hudaya, Lc. M. Ag. Dalam pidatonya beliau banyak memberi wejangan untuk para santri dan berpesan agar para santri untuk melakukan pembaharuan niat, kemauan dan kesemangatan “tajdidu–an-niyyah, tajdidu-l-himmah, tajdidu-l-hammasah” tuturnya.
Dilanjutkan dengan sambutan Al- Ustadz H. Zaini Hasan selaku wakil direktur KMI Gontor 2 dan pembacaan nilai rata-rata perkelas. Pada kesempatan tersebut beliau juga membacakan “The Best Ten” yaitu mereka yang meraih nilai tertinggi pada ujian awal tahun. Mereka adalah :
- Fikri Zufa 2B (8.09)
- Moch. Arsan Nur Ichsan 1 Int B (8.08)
- Zamzam Dwi Saputra 3 Int B (7.93)
- Ahmad Faisal 2B (7.81)
- Ilham Rian Ramadhan 1 Int B (7.78)
- Wahyu Cahyo Budi Utomo 2B (7.76)
- MR. Bassam Wasoh 3 Int C (7.76)
- Takezo Ramdhano 2B (7.74)
- Tegar Fatkhullah 1B (7.73)
- Ridho Gilang Bening 2B (7.57)
Untuk santri tertinggi pertama kedua dan ketiga mendapatkan beasiswa penuh selama setengah tahun dari pondok, diharapkan dengan dibacakannya “The Best Ten” ini akan dapat melecutkan semangat para santri yang lain untuk dapat meraih prestasi yang lebih baik dari sebelumnya, terutama dalam bidang akademik. Usai pengarahan, para santri menuju kelas masing-masing guna pembagian rapor oleh wali kelas masing-masing.

Gontor dan I’dad

Gontor mengajari santri-santri untuk mempersiapkan diri dalam segala hal. Sebagaimana kata Pak Zar, “Lebih baik tidak berbuat sesuatu daripada tidak dipersiapkan lebih dahulu dengan matang.” Memang, kegagalan bisa dengan mudah menghampiri setiap orang yang berbuat tanpa persiapan. Akhirnya, ia hanya membuang-buang waktu dan tenaga, menyia-nyiakan kesempatan untuk meraih keberhasilan. Tanpa persiapan, hasil yang diraih tentu tidak akan sesuai harapan. Inilah yang tidak dikehendaki Pak Zar. Bagi Gontor, tidak ada hal yang remeh, semuanya penting dan harus selalu dilakukan dengan persiapan sebaik-baiknya.
Pentingnya persiapan ibarat seorang musafir yang mau mengadakan perjalanan, tentunya ia harus mempersiapkan bekal terlebih dahulu. Jika tidak, bisa saja ia kehilangan kesempatan untuk sampai ke tempat tujuan. “Man ‘arafa bu’da as-safari, ista’adda.” Kata-kata hikmah ini sering didengar oleh santri di Pondok Modern Darussalam Gontor. Maknanya, orang yang menyadari betapa jauhnya perjalanan yang ditempuh, tentu ia bersiap-siap terlebih dahulu. Jika seorang musafir sampai kehabisan bekal di tengah perjalanan, sedangkan ketika itu ia berada di padang pasir nan tandus tanpa air minum dan makanan sedikit pun, serta jauh dari pemukiman, maka ia akan kehilangan tenaga, tak berdaya, dan akhirnya harus berpisah dengan dunia.
Karena itulah, Gontor mendidik santri-santri untuk selalu membuat i’dad sebelum melakukan apa saja. I’dad itu berarti persiapan. Membuat i’dad berarti membekali diri dengan segala persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan sesuatu, agar meraih hasil maksimal. Salah satu contohnya adalah pembuatan i’dad sebelum mengajar bagi guru-guru, i’dad sebelum berpidato bagi santri-santri, i’dad sebelum ceramah, i’dad sebelum menyambut tamu, hingga belajar pun termasuk i’dad sebelum mengikuti ujian. Bahkan, seorang Pak Zar saja tidak pernah lupa membawa i’dad ketika berbicara di hadapan santri-santri. Biasanya, beliau selalu membawa catatan kecil di tangan saat naik ke podium. Itulah i’dad Pak Zar yang tak pernah ketinggalan.
“Seandainya mereka mengetahui persiapan saya yang sangat luar biasa, maka mereka tidak akan pernah heran dengan hasilnya. Jika kalian hendak berpidato tanpa persiapan yang matang, maka kalian adalah orang sombong dan orang sombong tidak akan sukses,” demikian kata K.H. Imam Zarkasyi, salah satu Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, yang akrab dipanggil Pak Zar itu.
Gontor tidak pernah menganut prinsip “asal jadi” atau “yang penting jadi”. Acara apapun di Gontor dipersiapkan semaksimal mungkin. Panitianya dibentuk, pekerjaannya dipantau dan dievaluasi, segala kekurangan yang ada dilengkapi, hingga acara itu benar-benar siap untuk dilaksanakan. Inilah Gontor dengan segala kesungguhannya. Santri-santrinya selalu siap sedia, ikhlas bekerja, tulus berbuat, senang beramal, dan selalu berusaha meraih hasil maksimal.
Karena i’dad pulalah, seorang Pak Zar, tanpa gelar profesor, telah menjadi profesor di bidang bahasa Arab. Bahkan, hal ini diakui oleh para pakar di bidang bahasa Arab. Padahal, K.H. Imam Zarkasyi tidak pernah sekalipun belajar ke luar negeri. Beliau hanya belajar bahasa Arab di Indonesia. Hanya saja, Pak Zar telah bertahun-tahun mengajar santri dengan persiapan yang matang.
Ceritanya, saat beliau mendapatkan kesempatan mengikuti Muktamar Umat Islam Sedunia di Kairo, Mesir, pada tahun 1972, atas pilihan Menteri Agama RI, Prof. Dr. H. A. Mukti Ali. Pesertanya berasal dari berbagai negara, terutama negara-negara Islam. Pada saat beliau mendapatkan giliran berpidato untuk menyampaikan pemikirannya, beliau berbicara menggunakan bahasa Arab yang sangat baik dan fasih. Beliau menyampaikan tentang aliran kebatinan di Indonesia dan berbicara mengenai pentingnya bahasa Arab untuk diresmikan sebagai bahasa persatuan umat Islam sedunia.
Pada saat itulah para peserta muktamar terkagum-kagum kepada seorang Pak Zar. Mereka terperangah menyaksikan seorang delegasi dari negara non-Arab, berpenampilan sederhana, namun rapi berbicara tentang bahasa Arab dengan begitu fasih. Akhirnya, beliau diberikan waktu berbicara lebih lama daripada seharusnya karena sang moderator pun dibuat kagum oleh beliau.
Setelah sidang selesai, orang-orang berkerumun mengelilingi Pak Zar. Mereka menyatakan simpati dan memuji pemikiran sekaligus kemampuan bahasa Arab beliau. Banyak di antara mereka yang menanyakan asal beliau, bagaimana cara beliau belajar bahasa Arab, bahkan banyak yang menanyakan di negara Arab mana beliau belajar. Dengan sabar dan rendah hati disertai sikap khas Gontor-nya, beliau menjawab apa adanya, bahwa beliau belajar bahasa Arab di Indonesia, kepada seorang pelarian politik asal Tunisia, dan tidak pernah belajar bahasa Arab di negara Arab manapun juga. Di dalam hati, beliau menjawab, “Saya belajar di depan santri alias dengan cara mengajar, menjadi guru di Gontor berpuluh tahun dengan i’dad sebaik-baiknya, sesempurna-sempurnanya.”
Melihat kemampuan Pak Zar dan mendengar jawaban dari beliau, Abdul Halim Mahmud, Syekh Azhar ketika itu, juga memuji-muji Pak Zar. Akhirnya, beberapa tahun kemudian setelah itu, tepatnya pada tahun 1976, Syekh Azhar tersebut menyempatkan diri berkunjung ke Gontor untuk melihat langsung tempat K.H. Imam Zarkasyi mengajar dan berjuang. Selain itu, Radio Mesir juga sempat mengadakan wawancara khusus dengan Pak Zar dalam sebuah programnya yang cukup panjang. Lebih dari itu, pidato yang disampaikan beliau pada muktamar itu dimuat lengkap dalam berbagai media massa internasional, serta dalam berbagai bahasa, seperti Arab, Inggris, dan Prancis.
Demikianlah cerita tentang Pak Zar yang bahasa Arab-nya begitu dikagumi orang-orang hebat dari luar negeri. Mereka tidak tahu, mengajar dengan i’dad itulah yang telah menjadikan Pak Zar orang hebat. Maka, Pak Zar berpesan, “Kalau mengajar itu dengan cara yang baik, dengan i’dad yang betul; gurunya di muka kelas selalu berbesar hati, tidak nguncis di depan murid. Maka, muridnya akan menjadi asyik, tambah ingin tahu, tambah cinta kepada ilmu.” elk
Bergerak Dinamis, KMI Makin Optimis

GONTOR–Dengan langkah meyakinkan, Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) Pondok Modern Darussalam Gontor optimistis memulai kegiatan belajar mengajar pada semester kedua Tahun Ajaran 1435-1436 ini. Berselang sehari setelah liburan pertengahan tahun, Senin (12/1) pagi, diadakan pembagian jadwal mengajar yang diikuti seluruh guru KMI, dihadiri Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor.
Besarnya harapan KMI menyambut semester kedua tidak terlepas dari tingginya kenaikan hasil ujian semester pertama dalam lima tahun terakhir. Persentase kenaikannya sangat membanggakan karena bisa menyaingi prestasi pondok pada tahun 2007 silam, ketika KMI di bawah kepemimpinan K.H. Ali Sarkowi, Lc. Sepeninggal Ustadz Ali yang wafat pada bulan Ramadhan tahun itu, setelah mengemban amanat sebagai Direktur KMI selama dua tahun penuh, persentase kenaikan tertinggi nilai ujian KMI di bawah kepemimpinan beliau seakan sulit disamai. Namun, perlahan tapi pasti, K.H. Masyhudi Subari, M.A. yang menggantikan Ustadz Ali mampu menyamainya pada tahun ini.
Pencapaian ini sangat disyukuri pondok. Berkat kerjasama yang baik antarguru dan wali kelas, prestasi ini bisa diraih. Dalam jangka lima tahun terakhir, Direktur KMI beserta jajarannya terus bekerja keras meningkatkan kualitas KMI dengan mengadakan berbagai bentuk pembekalan guru, pengayaan materi, hingga pendalaman materi untuk meningkatkan pemahaman santri. Hasilnya, memuaskan.
“Kami sangat berterima kasih kepada guru-guru dan para wali kelas atas segala usahanya dalam meningkatkan kualitas belajar santri. Kami harap, semangat kita tidak berkurang pada semester kedua ini, bahkan terus bertambah,” kata Ustadz Masyhudi pada acara pembagian jadwal pagi itu. Beliau tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya melihat prestasi KMI tahun ini. Hasil kerja keras bertahun-tahun telah tampak di depan mata. Walaupun demikian, mempertahankannya tidaklah mudah, apalagi meningkatkannya. Untuk itu, diperlukan usaha lebih untuk terus meningkat dan lebih baik lagi tahun demi tahun.
Kesyukuran pondok tidak hanya itu. Kini, jumlah santri secara total hampir mencapai 24 ribu, tepatnya 23.989 santri yang tersebar di Gontor Pusat dan cabang-cabangnya. Di Gontor Pusat saja, jumlahnya mencapai 4,5 ribu santri. Secara khusus, Gontor Putri 7 mengalami perkembangan yang sangat menggembirakan. Sebagai cabang Gontor termuda yang berlokasi di Riau, jumlah santriwatinya sudah mencapai angka 552 orang. Padahal, pondok putri ini baru memasuki tahun kedua usianya.
Demikianlah, Pondok Modern Darussalam Gontor terus eksis dan diminati masyarakat. Gontor tetap bertahan dengan nilai-nilai pendidikan yang ditanamkan Trimurti sejak awal, walaupun dunia pendidikan di negeri ini semakin hari semakin membingungkan. Kurikulum pendidikan nasional pun selalu mengalami perubahan. Namun, Gontor tidak terpengaruh sama sekali dengan perubahan demi perubahan yang terjadi pada kurikulum pendidikan nasional itu. “Katakan kepada dunia, Gontor tidak terikat dengan kurikulum apapun. Mau ada kurikulum 2013, 2016, atau kurikulum 2013 plus, atau apapun, Gontor tidak terpengaruh. Gontor mempunyai kurikulum mandiri, kurikulum seumur hidup. Kurikulum Gontor adalah kurikulum dunia-akhirat,” tegas K.H. Hasan Abdullah Sahal, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor.*elk
Gontor dan Disiplin

Saat mendengar nama Gontor, orang-orang yang mengenal pondok umat warisan K.H. Ahmad Sahal, K.H. Zainuddin Fanani, dan K.H. Imam Zarkasyi ini pasti akan membayangkan kehebatan disiplinnya. Begitu juga ketika menerangkan tentang Gontor, orang tidak akan lupa menceritakan disiplin ketat yang diterapkan di dalamnya. Begitulah, Gontor memang sangat identik dengan disiplin. Seakan-akan disiplin itu hanya milik Pondok Modern Darussalam Gontor yang didirikan tiga bersaudara ini.
Memang tidak bisa dipungkiri, eksistensi dan kemajuan Gontor hingga saat ini tidak bisa terlepas dari disiplin yang terus dijaga, dipelihara, dilestarikan, dan dijalankan orang-orang di dalamnya. Karena itulah disiplin di Gontor benar-benar mengakar kuat. Ketiga bersaudara yang dikenal dengan Trimurti itu telah menanamkan nilai-nilai kedisiplinan sejak awal mula mendirikan pondok, sehingga disiplin Gontor benar-benar kokoh sampai sekarang.
Sejak dulu, Trimurti mengajarkan disiplin bukan hanya dengan teori, tapi juga dengan keteladanan. Sehingga, santri-santri pun menjalankannya dengan penuh kesadaran. Memang, tidak segala sesuatu langsung diikuti secara sadar. Dalam prosesnya, disiplin yang pada awalnya dilakukan dengan terpaksa itu akan menjadi kebiasaan, hingga akhirnya dilaksanakan dengan segala kesadaran. Mereka yang menjalankan disiplin dengan sungguh-sungguh akan menyadari manfaatnya, baik bagi diri pribadi maupun bagi pondok. Dengan demikian, satu sama lain akan saling menjaga agar disiplin pondok tetap berjalan sebagaimana mestinya.
Di Gontor, disiplin bukan sekadar kata-kata atau larangan-larangan tertulis yang hanya menghiasi dinding kelas dan asrama atau sekadar memenuhi buku-buku peraturan, tapi disiplin merupakan peraturan yang benar-benar harus ditaati dan dilaksanakan segenap penghuni pondok tanpa terkecuali, baik peraturan itu tertulis maupun tidak. Tak ada hak istimewa bagi siapapun yang melanggar disiplin pondok, walau itu dilakukan anak kiai, anak pejabat, atau anak seorang presiden sekalipun. Disiplin tetaplah disiplin. Gontor tidak mengenal tawar-menawar dalam menerapkan disiplin.
Tidak ada yang menyangkal bahwa penerapan disiplin secara konsisten merupakan sebab utama keberhasilan pendidikan di Gontor, bahkan di lembaga manapun juga atau di negara mana saja. Jepang adalah salah satu contoh negara maju dan berhasil karena masyarakatnya hidup berdisiplin tinggi. Bahkan, jika kita berbicara tentang negara maju yang terkenal dengan disiplinnya, maka sering kali kita membicarakan negeri Sakura itu. Demikian pula halnya dengan Gontor. Orang mengenal pondok bersistem modern ini dengan kedisiplinan santri-santrinya sejak bangun pagi hingga tidur kembali.
Karena itulah, kehidupan di Pondok Modern Darussalam Gontor berjalan sangat teratur. Setelah liburan, santri-santri dan guru-guru datang ke pondok tepat waktu. Orang-orang yang terlambat akan merasa sangat bersalah dan malu karena tidak berdisiplin. Disiplin telah menjadi bagian dari kehidupan segenap santri dan guru. Di Gontor, jika acara dimulai pada jam tujuh tepat, maka tidak boleh diundur walau sedetik pun juga.
Pimpinan Pondok sering mengatakan bahwa Gontor maju karena berdisiplin. Hal ini disampaikan Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. dalam setiap kesempatan. Tidak ketinggalan, K.H. Hasan Abdullah Sahal juga mengatakan betapa pentingnya disiplin dalam meraih keberhasilan. “Tidak ada keberhasilan tanpa kedisiplinan, dan tidak ada kedisiplinan tanpa keteladanan. Di manapun kita hidup, kita tidak akan pernah terlepas dari yang namanya disiplin, bahkan hidup di hutan pun harus berdisiplin,” demikian kata beliau.* elk
PEMBUKAAN BOOK FAIR DAN BAZAR JELANG LIBURAN
GONTOR PUTRI 2 – Senin (29/12), Mahasiswi semester 5 Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 2 menyelenggarakan book fair. Selain itu, pengurus Dema (Dewan Mahasiswi) juga membuka ladema yang diberi nama Qousy’s Café, yang berlokasi di samping gedung Damaskus. Sementara bagian-bagian OPPM seperti; bagian keputrian, penerangan, koperasi, kedai dan lainnya juga turut memeriahkan suasana dengan membuka bazar. Selain menyediakan oleh-oleh yang bisa santri bawa untuk keluarga dan kerabat, kegiatan ini juga menjadi wadah berlatih bagi santri kelas 6 dan mahasiswa.



Pembukaan serentak dilaksanakan oleh Al-Ustadz H. Suwarno TM, S.Ag dan Al-Ustadz H. M. Fauzi, M.A. dihadiri asatidz dan ustadzah selaku panitia book fair, serta seluruh santriwati yang bertempat di belakang gedung Beirut. Santriwati sangat antusias menyambut kegiatan ini. Tak mau kalah, Al-Ustadz Andi Triawan, M.A. bersama Al-ustadz Ahmad Muqoddam menjadi pembeli pertama book fair. Dinar Nomics yang ditulis oleh Muhaimin Iqbal, merupakan buku pilihan Ust. Andi. Sedangkan Ust. Muqoddam memilih buku yang berjudul Semiliar Cinta Untuk Ananda, Bunda, dan Ayah, ketiga buku ini merupakan series buku yang di tulis oleh Novi Chi Dkk.MSey



GERAKAN KEMBALI DIMULAI
GONTOR PUTRI 2 – Kesyukuran atas datangnya santriwati dan guru tepat pada waktunya guna menyambut datangnya semester 2, menandakan langkah awal gerakan perjuangan di Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 2 kembali dimulai. Sabtu (10/1), Seluruh warga PMDGP2 berkumpul di depan gedung Damaskus untuk bersama-sama membuka dan kembali memperbaiki niat menghadapi semester selanjutnya. “Mari kita perbaiki niat, niat untuk berjuang, niat untuk menuntut ilmu. Tinggalkan semua kenangan manis saat liburan, karena itu semua akan menjadi sampah kehidupan jika mengganggu kekhusyuan kita di Pondok” tutur wakil Direktur KMI PMDGP2 Al-Ustadz H. Muhammad Fauzi, M.A.

Pengabsenan tiap kelas dilaksanakan usai acara pembukaan, dilanjutkan dengan pembersihan kelas serta melengkapi peralatan-peralatan kelas seperti meja, bangku, meja dan kursi guru, serta perlengkapan kelas lainnya yang bertujuan untuk mempersiapkan sarana belajar mengajar, baik berupa lahir dan batin.

Selain santriwati, guru-guru juga memiliki kewajiban untuk melengkapi sarana pembelajaran. Perkumpulan guru di Aula Beirut khusus diadakan setelah mendampingi santriwati melengkapi perlengkapan kelasnya. Diawali dengan evaluasi hasil pembelajaran semester ganjil oleh Al-Ustadz H. M. Fauzi, M.A. Dilanjutkan dengan sosialisai program dan sarana baru, seperti penggunaan laboratorium Mafikib. Pembagian jadwal oleh staf KMI mengakhiri perkumpulan, agar masing-masing guru memiliki SIM (Surat Izin Mengajar) secara legal.
Kegiatan ini bukan sekedar rutinitas, namun diharapkan dapat menjadi wadah untuk introspeksi diri atas segala kekurangan yang ada di semester sebelumnya, agar dapat menjadi cambuk atas kesalahan dan kekurangan yang telah lalu, sehingga tidak terulangi dan yang ada hanyalah keadaan yang lebih baik dari sebelumnya. Amin. Msey