Home Blog Page 537

Kader PMDG Berumah Tangga

0

GONTOR — Keluarga Besar Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) diliputi kebahagiaan mendalam dengan menikahnya salah seorang kadernya, Sabtu (1/5) lalu. Ustadz Jumhurul Umami, S.Th.I. dengan Syarifah, S.Pd.I. melaksanakan akad nikah di hadapan Pimpinan Pondok, Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA, KH. Hasan Abdullah Sahal dan KH. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. Akad nikah yang digelar di kediaman mempelai wanita tersebut berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun. Adapun acara walimatu-l-‘ursy diadakan sehari kemudian, Ahad (2/5) pagi, di kediaman Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA yang berada di dalam kampus PMDG.

Ustadz Jumhurul Umami merupakan putra ketiga dari pasangan Bapak Syamin Noeriyadi dan Ibu Sutiah yang telah berikrar menjadi kader PMDG  pada 7 Februari 2010 silam. Setelah menamatkan belajarnya di Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) Gontor pada tahun 1999, ia melanjutkan studi di Institut Studi Islam Darussalam (ISID) dan berhasil meraih gelar sarjananya pada tahun 2004 lalu. Kemudian Ustadz Jumhurul Umami, S.Th.I. mengambil program pascasarjananya di Universitas Gadjah Mada (UGM) di bidang Manajemen Informasi. Sedangkan Syarifah, S.Pd.I. merupakan salah seorang cucu KH. Imam Zarkasyi dari pasangan H. Muhammad Isma’il HS.S.Pd dan Hj. Siti Faridah S.ST.  

Setelah menikah, Ustadz Jumhurul Umami bersama istri menempati sebuah rumah yang telah disediakan di Kampus Baru ISID Siman. Sebagai kader, keduanya telah siap sepenuh hati ditempatkan Pimpinan Pondok di mana saja untuk memperjuangkan idealisme Gontor. Kaderisasi inilah yang menjadikan Gontor senantiasa eksis dengan nilai-nilai dan sistem serta filsafat hidup yang menjiwainya.


Regenerasi Pengurus OPPM, Gontor Bina Kepemimpinan Santriwati

0

MANTINGAN— Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1 mengadakan Pergantian Pengurus Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) dan pengurus Koordinator Gerakan Pramuka berlangsung selama empat hari berturut-turut. Acara yang dimulai pada hari Senin (19/4) hingga Kamis (22/4) tersebut diselenggarakan di Auditorium Gontor Putri 1. Inilah pendidikan kaderisasi dan kepemimpinan di Gontor, sebuah pelajaran yang sangat berharga yang mencerminkan filsafat Gontor ‘Siap memimpin dan siap dipimpin’.Rentetan acara pergantian pengurus ini berlangsung dengan khidmat yang sebelumnya diawali pemilihan utusan konsulat untuk calon ketua OPPM, Sabtu (10/4) silam.

Setelah melalui proses pemilihan yang dilakukan dewan guru dan seluruh santriwati, terpilihlah ketua OPPM dan Koordinator Gerakan Pramuka yang baru. Setelah melalui acara Dialog Lima Besar Calon Ketua OPPM untuk menguji kompetensi dan kecakapan mereka dalam keorganisasian. Melalui dialog berbahas Arab dan Inggris inilah ketua OPPM untuk periode 1431-1432 ditentukan, yaitu Fahma Amirotul Haq dari Konsulat Cirebon dan Lailatul Istiqomah dari Konsulat Malang. Mereka berdua dibantu pengurus OPPM lainnya yang berjumlah 137 santriwati.

Berbeda dengan pemilihan ketua OPPM, ketua Koordinator Gerakan Pramuka ditentukan melalui proses voting antara dewan guru, seluruh kelas 5 dan pengurus Koordinator Gerakan Pramuka yang lama. Melalui proses yang lazim ini, terpilihlah Hasna Huwaida dari Konsulat Jember sebagai ketua baru bersama Diana Awaliah dari Konsulat Tangerang. Keduanya akan dibantu 40 pengurus Koordinator Gerakan Pramuka lainnya yang ditentukan kemudian.


Masyarakat Darussalam

0

Seluruh kegiatan dalam kehidupan santri di Gontor dapat dipastikan mengandung unsur-unsur pendidikan kemasyarakatan, mulai dari cara berpakaian sampai cara mengurus organisasi. Sehingga pada saat kembali ke masyarakat, ibarat ikan yang terjun ke dalam air, santri tidak lagi canggung untuk menjadi guru ngaji, guru sekolah, menjadi pejabat, pedagang, petani dan profesi-profesi lain yang ditemui di masyarakat.

Bermasyarakat bagi Gontor bukan berarti mengharuskan santri-santrinya hidup berbaur dengan masyarakat di sekitar pondok. Malah sebaliknya, para santri dilarang keras untuk berinteraksi langsung dengan penduduk sekitar apalagi sampai menginap di rumah-rumah penduduk. Sebabnya, hal ini dapat mengganggu kelangsungan pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor yang mengandung nilai-nilai kepondokmodernan, sistem, disiplin dan sunah pondok.

Totalitas kehidupan di dalam pondok sudah mendidik seluruh santri untuk hidup bermasyarakat. Pergaulan di pondok pun lebih luas dengan santri-santrinya yang berasal dari berbagai daerah. Tentunya, mereka datang ke pondok dengan membawa adat-istiadat dan kebiasaan yang berbeda-beda pula. Akhirnya, mereka saling mengenal dan terciptalah toleransi di antara mereka. Inilah kehidupan masyarakat yang seutuhnya dengan mengenal karakter bangsa secara menyeluruh. Sehingga, ketika terjun di masyarakat kelak, para santri dapat bergaul dengan siapa saja.    

Pendidikan kemasyarakatan inilah yang menjadi alasan mengapa banyak alumni Gontor berhasil di masyarakat, karena dengan berbagai latihan yang ada mereka menjadi siap untuk hidup di masyarakat dalam kondisi bagaimana pun dan dalam situasi apapun.

Berhasil menurut Gontor tidak selalu diasosiasikan dengan menduduki jabatan penting di pemerintahan, atau pengusaha sukses, menjadi pemimpin partai politik, menjadi pemimpin ormas, dan lain-lain, yang menunjukkan status sosial bergengsi. Orang besar menurut Gontor bukan yang besar pangkatnya, besar bayarannya tetapi tidak ada jasanya untuk orang lain. Orang besar adalah orang yang besar jasanya, orang yang mau mengajarkan Alquran di surau kecil dan di tempat terpencil.

Esensi Guru

0

Seorang guru pada hakikatnya tidak dapat memberikan pemahaman kepada murid-muridnya, akan tetapi Allah lah yang memberikan pemahaman kepada muridnya itu.

Seorang guru hanyalah sebagai wasilah/fasilitator/transformator antara Rabbul ‘Alamin dan hamba-Nya.

Maka seorang guru harus berusaha dengan semaksimal mungkin, biarlah Allah yang akan menilai dan memberikan hasil terhadap muridnya itu.

Musibah yang dihadapi seseorang merupakan peringatan atas dirinya, agar ia bertaubat dan memohon ampun kepada Allah, karena sebagian dari musibah yang ia hadapi merupakan hasil dari perbuatannya sendiri.

Kalau seorang murid/talamidz tidak paham pada pelajaran, maka seorang guru harus bekerja keras dan jangan sampai putus asa, inilah seorang guru sejati, dan yang paling terpenting adalah agar seorang mu’alim atau guru selalu berdo’a kepada Allah agar para murid-muridnya dapat memahami pelajaran-pelajaran yang diberikan kepadanya.

Sabtu, 2 Jumada Tsaniyah 1431

Keikhlasan dalam Perjuangan

0

Perjuangan seseorang, kelompok yang dilakukan kerena Allah akan menghasilkan sesuatu yang tidak pernah kita kira, salah satunya adalah Pondok Modern Darussalam Gontor yang dimulai dari sebuah masjid kecil. Akan tetapi kita melihat kecilnya masjid, akan tetapi kebesaran jiwa, kebesaran wawasan keikhlasan dari pendirinya menumbuhkan system, gerakan, sejarah, manusia- manusia yang mewarnai islam.

Rahmat, barkah dan manfaat dari Allah akan mengalir setiap saat sampai anak – anak dan cucu – cucu serta keturunan hasil yang besumber dari pejuangan yang sungguh – sungguh. Perjuangan tersebut hendaknya dilaksanakan untuk membela dan membantu pondok ini dimanapun kita berada.  Dengan perjuangan dan tekat yang kuat, maka dibangunlah  Gontor 2, 3 dan seterusnya. Semua Gontor akan naik dan terus berkembang, dengan sytem dan orientasi yang sama, atau sebuah paket yang tidak dapa dicampur dengan system, visi, misi dan orientasi lembaga lain. Seperti halnya sepeda motor atau mobil yang dicampur – campur suku cadangnya, akibatnya laju dan kemampuannya berubah dengan sepeda motor atau mobil dengan suku cadang asli.

Rahasia keberhasilan adalah all out dalam segala hal, tanpa menyisihkan suatu hal. Seperti halnya bagian – bagian dan instansi di pondok ini maju dan berkembang pesat disegala bidang, karena disentuh dengan Total Quality Control dari Bapak Pimpinan Pondok dan Pengasuh.

Hanya orang – orang yang ikhlaslah yang  mengetahui pentingnya keikhlasan dan hanya orang – orang yang berjuang dijalan Allah yang mengetahui arti perjuangan.

 Berbuat baiklah dengan segala kekuarangan, aib yang kita miliki, dalam hal pribadi,  keluarga kita dan pondok, Maka barang siapa yang berjuang untuk kepentingan pondok sama artinya berjuangan untuk Allah, maka Allah akan memberikan apa saja yang kita inginkan.

Jum’at 1 Jumadal Tsaniyah 1431

Guru: Lebih Dari Sekedar Profesi

0

Guru di Gontor diharapkan menjadi ujung tombak pendidikan. Guru memiliki peran signifikan dalam keberhasilan pendidikan.

Pertama-tama, ia harus menguasai pelajaran yang diajarkan. Kedua, tidak cukup dengan pelajaran, ia juga harus memahami metode yang tepat untuk mengajar. Ketiga, seorang guru harus memiliki ketrampilan mengajar yang baik.

Akan tetapi, ketiganya tidaklah cukup di Gontor.

Ada faktor keempat, yang mana menjadi fondasi kesemuanya: Jiwa guru.

Sebuah adagium terdengar: metode lebih penting daripada pelajaran, pengajar lebih penting  daripada metode, akan tetapi, di balik itu semua, ruh guru lebih penting daripada guru itu sendiri.

Pekerjaan guru pun tidak hanya sampai selesai di kelas. Di asrama, ada guru-guru yang bertugas menjadi syaikh asrama. Di berbagai organisasi, instansi dan klub, posisi guru menempati posisi tertinggi: pembimbing.

Itu pun belum cukup. Guru harus mendoakan muridnya, begitu KH. Abdullah Syukri Zarkasyi mengatakan suatu waktu.

Guru adalah pengemban amanat, seorang agent of change. Alangkah dahsyatnya peran seorang guru.

Kamis, 29 Jumadal Ula 1431

Ujian dan Optimisme

0

Gontor mengajarkan para santrinya untuk bersikap optimis, dalam segala bidang. Tidak dapat dipungkiri, tipologi santri memang bermacam-macam, ada yang menonjol, ada yang biasa-biasa saja, ada juga yang kurang. Akan tetapi, mereka tetap optimis dalam menghadapi ujian,masalah-masalah, cobaan.

Falsafah hidup ditanamkan dalam jiwa mereka. Bait pertama pada pelajaran Mahfudzat kelas 1, yaitu pelajaran hafalan bait syair dan hikmah dalam bahasa arab, akan selalu dikenang. Siapapun yang pernah belajar di Kulliyatul MU’allimin Al-Islamiyyah akan tahu man jadda wajada (?? ?? ???: barang siapa berusaha dia akan mendapatkan).

Bait ini selalu dikenang sepanjang hayat. Mereka paham dan menghayati sepenuh hati, arti dari kata perjuangan, yang timbul darinya optimisme. Pada akhirnya optimisme menjiwai semua langkah kehidupan : usaha, pikiran, bahkan doa.

Sehingga, meskipun mereka gagal, tapi mereka tetap mendapatkan sebuah pelajaran berharga: mahalnya sebuah optimisme.

Rabu, 28 Jumadal Ula 1431

Out of The Box

0

Banyak yang terheran-heran begitu pertama kali datang ke Gontor. Bayangan pondok pesantren yang konvensional, tradisional dan  stagnan, berubah seketika.

Gontor mendidik para santrinya  untuk menjadi ahli dalam urusan dunia dan akhirat. Santri tidak hanya diarahkan menjadi ulama saja, melainkan juga pemimpin. Ada gerakan keilmuan, ada gerakan latihan kepemimpinan. Tidak hanya bahasa Arab saja, bahasa Inggris juga digunakan di sini. Pramuka di Gontor menjadi wahana pelatihan kepemimpinan yang dinamis. Latihan pidato atau muhadharah setiap Ahad dan Kamis menjadi latihan para santri untuk berorasi. Klub-klub olahraga, kesenian, bahasa, keilmuan, kepenulisan dan lainnya menjadi ajang bagi para santri untuk berprestasi.

Gontor adalah hasil pemikiran yang out of the box, di luar lazimnya pesantren ketika didirikan tahun 1926.  Ketika itu, pondok pesantren adalah pondok salaf semata. Gontor mengambil terobosan untuk menciptakan sistem pendidikan baru.

Meskipun begitu, kata modern adalah pemberian dari pihak luar, karena nama aslinya pondok ini adalah Pondok Darussalam. Gontor memiliki wawasan dan orientasi ke depan, berpikiran maju.

Selasa, 27 Jumadal Ula 1431

Pendidikan Karakter

0

Di Gontor, di mana pendidikan karakter terbina? Apakah di kelas saja? Atau di asrama saja? Jawabnya adalah, di semua segi pondok ini, baik di kamar, kelas, masjid, dapur sekalipun, semuanya adalah lingkungan yang mendidik.

Di kamar-kamar asrama sebagai lingkungan mikro, ada ketua kamar sebagai pemimpin, ada anggota yang dipimpin, ada organisasi, gerakan, ide. Ada simpati, kebersamaan, kesamarataan, persatuan. Santri yang berasal dari Kalimantan, harus bisa menjalin persahabatan dengan santri Sumatera. Santri Jawa, harus bisa berkawan dengan santri Papua. Tidak ada perbedaan. Begitu pula di semua ranah dinamika lainnya.

Beragam kegiatan positif membentuk kepribadian santri. Gerakan demi gerakan, menjadi gemblengan bagi mereka. Seringkali KH. Abdullah Syukri Zarkasyi mengatakan: “Bergeraklah, karena dalam pergerakan terdapat berkah”. Kata-kata ini menjadi syiar untuk bergerak, berbuat dan berkorban, dengan landasan keikhlasan, yang lahir darinya berkah.

Senin 26 Jumadal Ula 1431

Kekuatan dan Kemajuan Gontor

0

Pondok ini mempunyai ajaran yang berupa ide, nilai, sistem dan filsafat hidup yang menjiwai seluruh totalitas kehidupan yang ada. Adapun Faktor-faktor pendukung kekuatan dan kemajuan Gontor itu bermacam-macam, antara lain telah diwakafkannya pada tahun 1958. Pada tahun itu secara resmi Pondok Modern Darussalam Gontor telah diwakafkan dan menjadi milik umat Islam, bukan milik keluarga pendiri. Untuk itu, dibentuklah Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor. Pimpinan Pondok pun haruslah dari anggota Badan Wakaf. KH. Hasan Abdullah Sahal pernah mengatakan,Tidak ada majelis-majelis yang lain di pondok ini, yang ada hanyalah Badan Wakaf dan Pimpinan Pondok.

Selain itu, Gontor selalu berpegang teguh pada Panca Jiwa Pondok meliputi Keikhlasan, Kesederhanaan, Kemandirian, Ukhuwah Islamiyah dan Kebebasan. Dalam hal ini, Gontor mempunyai dua landasan, yaitu landasan ideal berupa Panca Jiwa dan landasan operasional berupa Panca Jangka.

Gontor melaksanakan Panca Jangka Pondok dengan sungguh-sungguh. Panca Jangka Pondok meliputi Pendidikan dan Pengajaran, Kaderisasi, Pergedungan, Khizanatullah (pengadaan sumber dana) dan Kesejahteraan Keluarga Pondok. Bahwasanya Allah menyukai dan mencintai orang yang mengerjakan suatu pekerjaan dengan sungguh-sungguh. Mafhum mukholafahnya berarti bahwa Allah benci terhadap orang yang tidak bersungguh-sungguh dan Allah tidak akan menolongnya. Jangan setengah-setengah dalam bekerja, karena orang yang setengah-setengah dalam bekerja itu menggangu, seperti orang yang memegang bara (setelah merasa kepanasan langsung dibuang).

Pondok mempunyai ajaran (yaitu ajaran kepondokmodernan) yang selalu dijalankan. Pondok Modern Darussalam Gontor sebagai perekat umat karena berdiri di atas dan untuk semua golongan. Andaikata seluruh guru dan santri Gontor berasal dari Muhammadiyah, Maka Gontor tidak boleh dijadikan Muhammadiyah. Andaikata guru-guru dan santri-santri Gontor berasal dari Nahdhotul Ulama semuanya, Gontor tidak boleh dijadikan Nahdhotul Ulama.Gontor berdiri di atas dan untuk semua golongan.

Pondok mempunyai nilai dan sistem. Sistem cara mendidik dan lain sebagainya. Ada yang mau melaksanakan, mampu melaksanakan dan berani menanggung resiko dari pelaksanaan sistem yang ada. Salah satunya adalah sistem open management yang membuat Gontor dipercaya santri dan masyarakat.

Kemajuan Gontor juga didorong keinginan dan kemauan yang kuat untuk maju dan meluaskan wawasan mencakup bidang keilmuan, politik, ekonomi, sosial, kesehatan, keagamaan dan lain-lain. Kekompakan juga menjadi faktor kemajuan Gontor yang menimbulkan rasa saling percaya satu sama lain.

Gontor mengutamakan kemandirian. Dibantu pihak luar ataupun tidak, Gontor akan tetap berjalan. Kemandirian Gontor mencakup segala bidang termasuk bidang politik, ekonomi, pendidikan dan lain-lain. Selain itu, Gontor menganut sistem proteksi. Sebisa mungkin orang luar tidak diperkenankan memasukkan sistem ataupun barang-barang ke pondok (Gontor mengutamakan potensi sendiri).

Pondok Modern Darussalam Gontor selalu berkomitmen, istiqomah terhadap pananaman dan penguatan akidah, syariat dan akhlak. Eksistensi suatu pondok pesantren (lembaga pendidikan Islam) diakui apabila menanamkan tiga komponen pokok ajaran Islam tersebut, yaitu iman, islam dan ihsan. Dalam munasabah-munasabah penting termasuk silaturrahim dengan para wali santri dan calon-calon santri, KH. Imam Zarkasyi sering mengatakan, Santri-santri Gontor ini disiapkan untuk mencapai predikat MM (Mukmin-Muslim).

Predikat MM inilah yang menyelamatkan dan membahagiakan hidup manusia di dunia dan akhirat. Setelah tercapainya predikat MM itu, bolehlah meneruskan ke perguruan tinggi sampai mencapai gelar keduniaan seperti Dra., Drs., SH., MA., Dr. dan lain sebagainya. Akan tetapi gelar-gelar itu jangan sampai melemahkan atau melunturkan predikat yang pertama dicapai, yaitu Mukmin-Muslim. Bahkan hendaknya mampu menguatkannya.

Gontor memiliki motto-motto Pondok Modern Darussalam Gontor yang disampaikan kepada santri, guru dan masyarakat dan dilaksanakan secara istiqomah. Di antara motto-motto yang sangat penting adalah Berbudi Tinggi, Berbadan Sehat, Berpengetahuan Luas dan Berpikiran Bebas.

Bahwasanya pondok ini adalah lapangan jihad dan pengabdian. Jihad tidak hanya memerangi musuh-musuh Islam saja, mendidik dan mengajar termasuk jihad, memanage pondok secara keseluruhan termasuk jihad, menguatkan dan mengembangkan usaha-usaha ekonomi pondok termasuk jihad, bahkan semua kegiatan dalam pondok mempunyai makna jihad. Jihad memerlukan pengorbanan, maka, terdapat motto’Bondo bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan’, yang bersumber dari ayat Alquran surat At-Taubah ayat 111.

Alhamdulillah, pondok ini telah diberi kekuatan untuk mengambil inisiatif, kemauan dan kemampuan untuk memanfaatkan jaringan kerja dalam bermacam-macam aspek dan bermacam-macam tingkatan, di dalam pondok dan di luar pondok. Gontor mendayagunakan dan mengoptimalkan sarana dan prasarana perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) secara sungguh-sungguh dan terus menerus.

Untuk memantapkan dan meluaskan wawasan, pondok sering menyelenggarakan seminar, dialog dan semacam sarasehan. Di samping itu, Gontor selalu meningkatkan kerjasama dengan lembaga-lembaga perguruan tinggi di dalam dan luar negeri yang dituangkan dalam MoU (Memorandum of Understanding). Antara lain dengan UKM (Universitas Kebangsaan Malaysia) dan IIUM (International Islamic University Malaysia).

Untuk itu, kurikulum pondok dan lembaga-lembaganya selalu dievaluasi dan dikembangkan seperti pembaharuan buku-buku pelajaran yang lebih baik. Perpustakaan selalu dilengkapi, dikembangkan dan dioptimalkan pemanfaatannya seperti perpustakaan ISID, perpustakaan KMI, perpustakaan Darussalam, perpustakaan OPPM, perpustakaan Gerakan Pramuka, perpustakaan Kantor Pimpinan dan kantor-kantor lembaga lainnya.

Sementara itu, untuk memperkuat pemahaman tentang kepondokmodernan, Pimpinan Pondok melaksanakan pertemuan rutin setiap bulan untuk guru-guru, para dosen yang sudah berkeluarga dan kader-kader. Sehingga, semuanya mengerti bahwa Pondok Modern Darussalam Gontor adalah sebuah Pondok Keislaman, Pondok Keilmuan, Pondok Kemasyarakatan dan Pondok Pengkaderan. Inilah Pondok Modern, pondok namun modern. Modern namun tetap pondok.

 

Disampaikan oleh KH. Imam Badri dalam acara IKPM Cabang Kendal, 28 Juni 2005.