YOGYAKARTA–“Indonesia ini negara yang sangat banyak sedekahnya, mungkin menjadi bangsa paling depan masuk surga. Emas disedekahkan, minyak disedekahkan, kayu disedekahkan, TKI pun disedekahkan. Semoga ulama tidak ikut disedekahkan.” Demikian penuturan K.H. Hasan Abdullah Sahal di depan ratusan ulama pada Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) di Ballroom Hotel Inna Garuda, Yogyakarta, Ahad (8/2) malam. Dalam sambutan singkat beliau mewakili pesantren se-Indonesia, Kiai Hasan mengajak hadirin untuk berintrospeksi mengenai keadaan bangsa dewasa ini. Ajakan tersebut disampaikan dengan guyonan khas yang disambut dengan gelak tawa dan tepuk tangan para hadirin.
Tuntutan pelaksanaan reformasi menyulut beberapa persoalan masyarakat dan bangsa. Permasalahan nasional, yang mengarah pada fenomena upaya memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia ini, menarik perhatian seluruh komponen bangsa Indonesia, termasuk umat Islam Indonesia. Sadar akan permasalahan yang kian berbahaya bagi bangsa, Forum Ukhuwah Islamiyah merekomendasikan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk bersama-sama dengan ormas dan lembaga Islam lainnya menyelenggarakan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) Ke-6.
Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. dan K.H. Hasan Abdullah Sahal, ikut berpartisipasi pada kongres yang dilaksanakan selama empat hari, Ahad–Rabu, 8–11 Februari 2015, di Yogyakarta. Selain mengajak para hadirin untuk berintrospeksi, Kiai Hasan juga mengajak hadirin untuk berpikir mengenai asal-usul ulama dan kuyaha’.
“Di depan saya ini banyak para ulama dan kuyaha’. Kuyaha’ itu jamak dari kata kiai. Saya tidak tahu mana yang lebih dahulu, ulama yang melahirkan kuyaha’ atau kuyaha’ yang melahirkan ulama,” tutur Kiai Hasan di sela-sela sambutan.
Pada rentetan acara KUII, K.H. Hasan Abdullah Sahal mendapat amanat untuk menjadi Wakil Ketua Sidang Komisi D, mendampingi K.H. Slamet Effendy Yusuf, M.Si. selaku Ketua Sidang. Komisi D membahas tentang perumusan rekomendasi KUII ke-6 dan melahirkan deklarasi yang disebut dengan “Risalah Yogyakarta”. Deklarasi ini merupakan bentuk umum dari rekomendasi-rekomendasi Komisi A (Komisi Penguatan Peran Politik Umat Islam), Komisi B (Komisi Penguatan Peran Ekonomi Umat Islam), dan Komisi C (Komisi Penguatan Peran Sosial Budaya Umat Islam).
Bertemakan “Penguatan Peran Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya Umat Islam untuk Indonesia yang Berkeadilan dan Berperadaban”, kongres ini dibuka oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, H. M. Yusuf Kalla pada Senin (9/2) pagi, di Keraton Yogyakarta dan ditutup oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo pada Rabu (11/2) pagi. farouq