MANTINGAN – Kulliyyatu-l-Mu’allimat Al-Islamiyyah (KMI) Pondok Modern Darussalam Gontor Putri Kampus 1 telah menyelesaikan masa Ulangan Umum Semester Kedua untuk Tahun Ajaran Akhir 1443-1444 H / 2022-2023 M yang berlangsung sejak hari Sabtu-Rabu (10-14/12/2022).
Ulangan Umum merupakan kurikulum wajib bagi para santriyah dalam sistem KBM (Kegiatan Belajar dan Mengajar) di KMI yang berlangsung setiap pertengahan tahun ajaran. Tujuan utamanya ialah sebagai tapak pijakan santriyah untuk menghadapi Ujian Tulis Semester yang akan datang.
Peserta Ulangan Umum Semester Kedua ini merupakan seluruh santriyah kelas 1-5 KMI yang berjumlah 3039 peserta. Di sisi lain, para santriyah kelas 6 tetap dalam masa belajar efektif guna mempersipkan diri menghadapi Ujian Siswi Akhir KMI pada bulan Januari mendatang.
Di samping itu, para pengawas ujian yang seluruhnya berjumlah 293 pengawas untuk 81 ruang ujian di 12 gedung utama dengan 24 pengawas umum kian memberikan kontribusi besar dalam mengontrol ketertiban dan kedisiplinan para peserta ujian, mengingat bahwasanya ujian memiliki nilai yang amat suci dan sakral (al-imtihanu dzu qadasatuhu) dalam kurikulum pembelajaran KMI.
“نَعْتَبِرُ أَنَّ المـُـــرَاجَعَةَ عِبَادَةٌ”
“Kita ibaratkan bahwasanya muraja’ah (ulangan umum) itu adalah ibadah,”
pesan Bapak Wakil Direktur Kulliyyatu-l-Mu’allimat Al-Islamiyyah Gontor Putri Kampus 1, Al-Ustadz H. Arif Irfanuddin, Lc. ketika menyampaikan pesan dan nasehat menjelang Ulangan Umum Semester Kedua di Auditorium pada hari Jum’at (9/12/2022) malam.
Nasehat tersebut amat membangkitkan jiwa dan tekad para santriyah untuk berjuang di maydanu at-ta’allum (lapangan belajar) dengan lembaran-lembaran ilmu di buku pelajaran mereka masing-masing.
Hal tersebut berandang dari perubahan signifikan dalam segi belajar para santriyah, terkhusus di malam hari selama masa Ulangan Umum Semester Kedua ini. Para santriyah nampak sangat bersemangat dalam menghafal dan meminta penjelasan ulang dari ustadzah, guna memahami lebih dalam terkait materi Ulangan Umum yang akan mereka hadapi.
“Thalibah (santriyah) sangat bersemangat dalam muwajjah layliy (belajar malam). Tapi dengan banyaknya yang sakit karena kondisi cuaca yang seperti ini, maka hilah-nya (solusinya) mereka diberi waktu belajar sampai setengah sebelas malam. Tapi mereka masih bisa belajar di siang hari dan waktu-waktu lain karena darsu al-masa’ (pelajaran sore), muhadatsah shabahiy (kosakata pagi), dan muhadlarah (latihan pidato) ditiadakan,”
jelas Al-Ustadzah Siti Fadilah, S.Pd. selaku Ketua Panitia Ulangan Umum Semester Kedua di Akhir Tahun Ajaran ini, yang menyandang nama “Hunafaa” dalam Bahasa Arab yang berarti orang pilihan yang dapat dipercaya dan membawa kabar gembira dengan keberhasilan muraja’ah di akhir tahun ini.
Keberhasilan itu terbukti dari perolehan rata-rata nilai tertinggi individu di setiap angkatan yang mencapai angka 8,0 dengan rincian sebagai berikut:
Angkatan | Urutan | Nama | Kelas |
Rata-Rata Nilai |
Kelas 1 |
1 | Nur Fauzia Arrahman | 1B | 8,33 |
2 | Salsabila Nadhifa | 1B |
8,20 |
|
3 | Annida Putri Nur | 1B |
7,83 |
|
Kelas 1 Intensif |
1 | Khalisa Laila | 1 INT B |
8,37 |
2 | Sharifa Laila | 1 INT B |
7,67 |
|
3 | Indri Nurul | 1 INT B |
7,30 |
|
Kelas 2 |
1 |
Nabila Amani | 2B | 8,23 |
2 | Aisyah As Salim | 2B |
8,17 |
|
3 | Najla Aulia Rahim | 2B |
8,17 |
|
Kelas 3 |
1 |
Nun Syifaul |
3C |
8,13 |
2 |
Afifah Haya |
3C |
8,03 |
|
3 |
Erlina Yourqi |
3B |
7,90 |
|
Kelas 4 |
1 |
Martiah |
4C |
7,97 |
2 |
Nabila Khasna |
4C |
7,83 |
|
3 |
Miftahul Syifa ‘Azizah | 4B |
7,80 |
|
Kelas 3 Intensif |
1 |
Nadinnatin Aisyah |
3 INT B |
8,10 |
2 |
Mayyar |
3 INT B |
8,07 |
|
3 |
Salwa Salfiani |
3 INT B |
8,07 |
|
Kelas 5 |
1 |
Suhaila binti Razak |
5H |
8,71 |
2 |
Lilis Fitriana |
5B |
8,25 |
|
3 |
Rieka Negma |
5B |
8,04 |
Segala pencapaian yang diperoleh para santriyah hendaknya menjadi motivasi bagi mereka agar dapat terus meningkatkan kualitas diri masing-masing dalam menuntut ilmu. Seperti halnya Gontor mengajarkan hakikat ilmu yang harus terus dicari, karena ilmu tidak akan datang dengan sendirinya tanpa perjuangan yang berarti (al-‘ilmu yu’ta wa la ya’ti).
(Berita: Ghalia, Foto: Raya, Editor: Ghariza)