Date:

Share:

K.H. Hasan Abdullah Sahal: Rapor Seseorang Ada Pada Niatnya.

Related Articles

K.H. Hasan Abdullah Sahal, Rapor Seseorang Ada Pada Niatnya.DARUSSALAM – Sejalan dengan definisi pendidikan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) yang diantaranya adalah pengarahan dan penugasan, pada Selasa (3/6) pagi, seluruh siswa akhir dan guru-guru Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) memadati Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM) guna mengikuti acara Pengarahan dan Pembagian Tugas Ujian Tulis Akhir Tahun. Pimpinan Pondok PMDG, Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A., K.H. Hasan Abdullah Sahal, dan K.H. Syamsul Hadi Abdan hadir dalam pertemuan ini.

Setelah dibuka oleh Direktur KMI, K.H. Masyhudi Subari, M.A., Pimpinan Pondok, K.H. Hasan Abdullah Sahal memberikan arahannya kepada seluruh siswa akhir dan guru-guru. “Jangan sampai mengkorupsi sifat-sifat ahad Allah, sifat-sifat wahdahu laa syariika lahu!” ungkap beliau di awal arahannya, “ingin berkuasa, ingin dipuji, ingin mengatur, ingin merasa kaya, syirik! itu korupsi! Itu mencopet sifat Allah. Merasa pintar, merasa tahu, merasa paling tahu, syirik! minta dipuja, minta dipuji, minta diberi ini, minta diberi itu, minta dan minta, laa haula wa laa quwwata illa billah,” tegas beliau, “syahadat ini jangan dirusak. Sekali kamu minta dipuji, berarti al-Fatihahmu lemah, karena al-hamdu lillah, segala puji hanya bagi Allah. Ingin dipuja, kamu syirik! karena al-hamdu lillah, al-Fatihahmu lemah. Tetapi kalau kamu tiba-tiba dipuji, itu berarti ajrun muqaddam, kamu tidak berdosa.” Jelas beliau. Seluruh siswa akhir dan guru-guru menyimak arahan beliau dengan seksama. Suasana khidmat.

Kemudian beliau menceritakan ceramahnya ketika diminta berbicara di depan forum kyai-kyai dan gus-gus, “Ulama yang minta dipuji, ulama yang minta dipuja, itu ulama murahan. Sekarang banyak ulama minta ta’zim, ada ulama yang tamak pujian, tamak puja-puji, ini kelas murahan,” cerita beliau, “Saya ajari al-Fatihah, al-Mahmud huwa Allah, al-Hamdu lillah. Hal yastawi-l-ladziina ya’lamuuna wa-l-ladziina la ya’lamuuna, ini bukan ikramu-l-ulama, tetapi ini adalah amaanatu-l-ulama, ay anna-l-ladziina ya’lamuuna hadza mahkamatuhu thawiilah. Pengadilan pada ulama lebih panjang dari pada pengadilan pada juhalaa, pengadilan pada orang kaya lebih panjang dari pada orang miskin, pengadilan pada penguasa lebih panjang dari pada bukan penguasa, pengadilan pada orang yang punya modal lebih panjang dari pada orang yang tidak punya modal, pengadilan pada alladziina ya’lamuuna katsiir, thawiil, mina-l-ladziina la ya’lamuuna, bukan malah berarti tafdhiil atau ifdhaal, itu murahan! Hati-hati! Sekali minta dipuji, sekali minta dipuja, hati yang menentukan,” jelas beliau, “ kamu mengatakan ikramu-l-ulama adalah wajib, itu mengajari atau minta, hati yang menetukan. Kamu mengatakan birru-l-waalidaini adalah wajib kepada anakmu, itu kamu mengajari ilmu agama atau minta dihormati, hatilah yang menentukan,” tegas beliau, “disini yang letaknya kita semua diuji. Ini rapor kita semua. Ujian kita semua, yang pintar diuji, yang bodoh diuji, yang mu’min diuji, yang fasik diuji, akhirnya apa kata kafir, yaa laytanii kuntu turobaa, alangkah enaknya menjadi pasir, tidak ada yang dipertanggungjawabkan.” Ungkap beliau. irba

Popular Articles