Home Blog Page 370

Surga Para Penikmat Musik

0

Gontor-Para penikmat dan pemain musik seolah mendapat surganya ketika panggung Grand Final Gontor Music Festival telah berdiri kokoh di lapangan hijau. Selama ini, para musisi harus selalu bersabar karena dalam berbagai pertunjukan besar seperti Drama Arena dan Panggung Gembira, acara musik selalu mendapat porsi yang terbatas.

Gontor Musik Festival merupakan sebuah ajang kompetisi musik santri dari pesantren terbaik seluruh Indonesia. Rentetan acara ini didahului dengan babak penyisihan untuk menyeleksi 14 band yang berasal dari berbagai pesantren di seluruh Indonesia.

Babak penyisihan yang berlangsung pada selasa (23/8) pagi dan malam di depan gedung laboratorium KMI tersebut mengeluarkan 7 kontingen sebagai finalis. Ketujuh kontingen tersebut adalah PMDG Kampus Pusat A dan B, Kampus 2, Kampus 3, Kampus 6, PP Al-Iman Ponorogo, dan PP Al-Aqsha Sumedang yang menjadi kontingen tunggal dari Jawa Barat.

Dalam sambutannya, K.H. Hasan Abdullah Sahal menyampaikan bahwa keindahan dan kesenian adalah fitrah dari Allah, bahkan sejak Nabi Adam lahir pun kesenian itu sudah ada. Maka jika ada orang yang suka dengan ketidakindahan, berarti kemanusiaannya sudah rusak. Beliau menambahkan, sama seperti olahraga, pondok ini berdiri dan berkembang bersama kesenian.

Ana Fannan, Walakinni Muslim,”  Kata Kyai Hasan dilanjutkan pembukaan acara secara resmi dengan permainan drum.

Pada babak final ini, setiap grup diberi waktu maksimal selama 12 menit untuk membawakan satu lagu ciptaan masing-masing dan satu lagu pilihan lagu wajib yang telah ditentukan oleh panitia dengan komposisi pemain 40% guru dan 60% santri.

Acara yang sempat terasa kering beberapa saat karena terlalu lama menunggu pembukaan pecah oleh pertunjukan pembuka dari Gontor Kampus 2 dengan lagu ‘Ku Bersujud Kepadamu’ yang penuh dengan hentakan bass drum. Acara berjalan baik sampai pada giliran terakhir, kampus pusat B tampil dengan tambahan alat berupa saxophone, saron, dan gendang yang membuat penampilan terkesan akan lebih kaya dengan nada-nada indah. Dengan vokalis Malvin dan Andi, kampus pusat B tampil membawakan ‘Amnesia’ dari Gigi

Babak final GMF pada malam yang dingin itu ditutup dengan ‘aku bisa’ dari Kampus Pusat B yang telah di aransemen ulang dengan lantunan gendang dan saron. Lagu yang sangat kental dengan nuansa kebersamaan itu lantas membuat para penonton ikut bernyanyi dan berdendang. AaRum

Perkenalan Sebagai Langkah Awal Identitas dan Perjuangan

0
Pengibaran Bendera Merah Putih oleh Paskibra PMDG Kampus Putri 5
Pengibaran Bendera Merah Putih oleh Paskibra PMDG Kampus Putri 5

Putri Kampus 5-Tak kenal maka tak sayang. Itulah pepatah yang masyhur kita dengar jika kita berbicara tentang perkenalan. Pasalnya, jika kita tidak mengenal sesuatu, tidak mustahil bagi kita jika kita menjauhinya bahkan membencinya. Sama halnya dengan pengenalan terhadap pondok modern, jika kita tidak mengenal pondok ini dengan baik, tidak mustahil bagi kita menjauh dan meninggalkan pondok ini.

Guna memperkenalkan lebih dalam tentang apa itu pondok kepada seluruh warga didalamnya, maka Pondok Modern Darussalam Gontor mengadakan Pekan Perkenalan Khutbatu-l-‘Arsy ( PKA). Pekan Perkenalan Khutbatu-l-‘Arsy selalu diadakan pada awal tahun ajaran KMI. Kepanitian dibentuk jauh-jauh  hari sebelum Pekan Perkenalan Khutbatu-l-‘Arsy guna memperlancar dan mensukseskan acara ini.

Apel Tahunan untuk tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, dikarenakan pelaksanakannya serempak dengan Gontor Putri se-Jawa Timur. Yaitu, pada tanggal 04 Dzulqo’dah 1437 H yang bertepatan dengan 07 Agustus 2016. Persiapan yang dilakukan dapat terbilang cukup singkat, mengingat rentetan acara peringatan 90 tahun Gontor yang padat. Pekan Perkenalan Khutbatu-l-‘Arsy yang diikuti oleh seluruh warga Darussalam benar-benar diadakan dari warga Darussalam, oleh warga Darussalam dan untuk warga Darussalam. Latihan ekstrapun rela kami lakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

Pekan Olahraga dan Seni Darussalam (POD) dan Lomba Perkemahan Antar Gugus Depan (LPAG) telah mengawali rentetan acara pekan perkenalan..  Pekan Perkenalan Khutbatu-l-‘Arsy tahun ini dipimpin oleh Al-Ustadz KH. Masyhudi Subari, M.A selaku Direktur Kuliyatul Muallimin/Muallimat Al-Islamiyah. Dengan bermottokan “Gontor mengestafetkan nilai-nilai perjuangan untuk kemuliaan umat dan bangsa” yang bertujuan agar kami semua dapat mempertahankan nilai-nilai perjuangan Gontor, semata-mata untuk kemajuan dan kemuliaan umat Islam dan bangsa Indonesia. Semua yang telah kita dapatkan tak lepas dari konsistensi dan konsekuensi guru-guru, khususnya sebagai penggerak kegiatan, pelaku dan pelaksana nilai dan sunnah Gontor.

Sebagai wadah kreatifitas santriwati di Pondok Modern, kami juga mempersembahkan penampilan-penampilan yang sangat menghibur dari kalangan santriwati. Diantaranya, atraksi Bhinneka Tunggal Ika, pramuka, tari masal dan senam kreasi.

Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan parade barisan Apel Tahunan, guna melatih santriwati dalam baris-berbaris. Adapun pemenang untuk parade barisan Apel Tahunan Pekan Perkenalan Khutbatu-l-‘Arsy 2016 adalah Juara 1 : Konsulat Surakarta, juara 2 : Konsulat Kediri, juara 3: Konsulat Tangerang. SekpengGP5

Sukses Menggelar Reuni Akbar, Gontor Buktikan Perannya sebagai Perekat Umat

0

14199263_1178727862184251_7535568954137850426_nGONTOR–Sabtu (3/9) pagi, bertepatan dengan tanggal 1 Dzulhijjah 1437, ribuan alumni Pondok Modern Darussalam Gontor berdatangan dari berbagai pelosok negeri hingga penjuru dunia, menghadiri Reuni Akbar dalam rangka memperingati dan mensyukuri 90 tahun usia pondok. Mereka memadati halaman Masjid Jami‘ dan area Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM), duduk tertib dan rapi di atas kursi-kursi yang telah disediakan memanjang seratus meter lebih ke arah timur masjid.

Para alumni dari berbagai angkatan, profesi, pangkat, dan tingkatan usia tersebut menyatu dalam naungan almamater tercinta, dengan rela melepas sekat-sekat pembatas berupa atribut kesukuan, kepartaian, keorganisasian, kelembagaan, jabatan, dan lain sebagainya. Semuanya bisa bersatu dalam bingkai ukhuwah Islamiyah sesuai nilai-nilai Panca Jiwa Pondok Modern Darussalam Gontor yang telah meresap ke dalam hati dan sanubari. Inilah bukti konkret peran Gontor dalam mempersatukan umat. Maka, tidaklah berlebihan jika banyak yang mengatakan bahwa Gontor terlahir ke dunia ini dan hadir di Nusantara sebagai perekat umat dan bangsa sedunia.

Hal senada disampaikan K.H. Hasan Abdullah Sahal, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, dalam sambutannya. Bahwasanya, sekat-sekat perbedaan yang sering membuat orang-orang berselisih akan mencair di Gontor. Inilah yang dicontohkan tiga pendiri Gontor atau Trimurti. Walaupun mereka seringkali memiliki pandangan berbeda, tapi mereka mampu menyatukan ide dan berjalan bersama-sama. Dengan meneladani Trimurti itulah, anak-anak Gontor bisa diterima di berbagai lapisan masyarakat, dan berperan aktif mempersatukan umat. Kemampuan mempersatukan umat inilah yang tidak disukai musuh-musuh Islam.

Di berbagai kesempatan, termasuk pada acara reuni ini, Ustadz Hasan mengatakan, “Ayat al-Qur’an yang paling dibenci oleh musuh-musuh Islam atau non-Muslim adalah ayat tentang persatuan atau ukhuwah Islamiyah.”

Menyaksikan kehadiran alumni yang terhitung mencapai 11.000 lebih tersebut, K.H. Hasan Abdullah Sahal sempat terharu dan menitikkan air mata di sela-sela sambutannya. Ustadz Hasan tak kuasa menahan rasa bahagia menyaksikan wujud cinta alumni-alumni Gontor terhadap pondok. Demi menjenguk “ibu” di hari itu, mereka rela meluangkan waktu dan meninggalkan segala kesibukan untuk datang ke Gontor. Mereka juga telah menyumbangkan tenaga dan pikiran hingga dana bantuan yang maksimal untuk kesyukuran 90 tahun kampung nan damai “Darussalam”.

Kepada para alumni, Ustadz Hasan berpesan agar senantiasa berbuat yang terbaik, baik untuk kemaslahatan umat manusia di dunia, maupun untuk kepentingan hidup di akhirat kelak. “I‘mal li dunyaaka kaannaka ta‘isyu abadan, wa‘mal li aakhiratika kaannaka tamuutu ghadan,” ujar beliau.

14231777_10210923136013600_31808439263151248_oSelanjutnya, beliau mengatakan, “Gontor ikut perjuangan memerdekakan Republik Indonesia ini. Kita tidak perlu berkoar-koar, karena kita tidak mencari pengakuan. Orang yang tidak punya pengakuan mencari pengakuan. Orang yang tidak punya nama mencari nama. Orang yang tidak punya titel mencari titel. Orang yang tidak mempunyai muka mencari muka. Kita tidak termasuk golongan itu! Tetapi, untuk kemerdekaan Indonesia, sejak zaman sebelum kemerdekaan sampai sekarang, Gontor berada di barisan terdepan.”

Ustadz Hasan juga menyinggung tema Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor, yaitu “Mengestafetkan Nilai-nilai Perjuangan untuk Kemuliaan Umat dan Bangsa”.

“Sejujurnya, saat ini saya bersama Ustadz Syukri dan Ustadz Syamsul memimpin pondok ini hanya 30 persen saja, sisanya sudah bisa ditangani kader-kader kami. Kami sudah berupaya mewariskan nilai-nilai pondok kepada kader-kader yang akan meneruskan perjuangan di pondok ini. Jadi, andaikata kami sudah tiada, mereka sudah siap menggantikan.”

Ustadz Hasan juga menyatakan bahwa Gontor mendidik santri-santrinya untuk menjadi tuan di negeri sendiri. Karena itu, Gontor beserta segenap santrinya tidak rela Tanah Air Indonesia diinjak-injak oleh negara lain.

“Makanya, kalau bisa negeri ini dipimpin anak-anak Gontor,” harap sang kiai.

Acara reuni berlangsung mulai jam sembilan pagi hingga siang hari. Setelah pesan-pesan dan nasihat dari Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, K.H. Hasan Abdullah Sahal, acara dilanjutkan dengan penyampaian kesan-kesan dan harapan dari para alumni sekaligus tokoh nasional di negeri ini, diwakili Prof. Dr. K.H. Dien Syamsuddin, M.A., Dr. K.H. Hidayat Nur Wahid, M.A., Dr. H. Abdurrahman Muhammad Fachir, dan Dr. K.H. Hasyim Muzadi. Mereka saling berbagi pengalaman dan kisah sukses berkiprah di tingkat nasional maupun internasional dengan menerapkan nilai-nilai yang didapat dari Gontor. Mereka menyampaikan keyakinan berdasarkan pengalaman, bahwa Gontor benar-benar mampu mewarnai dunia. shah wa

Cak Nun di Gontor Putri: Saya Melihat Lautan Cahaya

0

Setelah mengadakan pementasan di Gontor kampus Pusat, kini giliran kampus Putri 1 yang didatangi oleh Emha Ainun Nadjib beserta Kiai Kanjeng dalam rangka peringatan sembilan puluh tahun Gontor dan seperempat abad Gontor Putri pada Kamis (2/9). Bertempat di lapangan hijau Gontor Putri kampus 1, Cak Nun, begitu Emha biasa disapa, mampu menyedot sekitar lima ribu pasang mata yang terdiri dari seluruh dewan guru beserta santriwati Gontor Putri kampus 1 dan 2, mahasiswa UNIDA Gontor kampus Mantingan serta masyarakat umum.

DSC_9888Acara yang dibuka oleh pimpinan pondok, Ustadz KH. Hasan Abdullah Sahal, ini dimulai pukul setengah sembilan malam. Pada akhir sambutannya, kyai Hasan menyatakan bahwa umurnya yang ke-69 pada tahun ini sudah melebihi perkiraan. Namun Cak Nun diiringi oleh seluruh hadirin mendoakan beliau dengan iringan surat al-Fatihah untuk kesehatan dan umur panjang seluruh pimpinan pondok. Karena menurutnya ulama memiliki umur panjang. Kehadirannya sangat dibutuhkan umat.

Cak Nun mengatakan bahwa mayoritas penonton yang berasal dari santriwati ini bagaikan lautan cahaya. “Kalian kelak harus dapat menjadi pemimpin masa depan,” begitu pesannya. Ia pun juga menyatakan bahwa Kiai Kanjeng memiliki hubungan yang sangat erat dengan Gontor. Terbukti dari beberapa personel Kiai Kanjeng yang rupanya adalah wali santri Gontor dan beliau sendiri yang juga merupakan alumni Gontor. Ia pun menyebutkan keutamaan-keutamaan bersekolah di Gontor yang salah satunya adalah pendidikan bagi calon pemimpin masa depan.

DSC_0047Beberapa shalawat dan lagu mengiringi acara berdurasi tiga setengah jam ini. Turut hadir pula Novia Kolopaking, istri Cak Nun, untuk memeriahkan acara di kampus Putri. “Basic saya yang bukan pondok ini begitu takjub begitu memasuki pondok Gontor,” tutur penyanyi Asmara ini.

Pada pertengahan acara Cak Nun mempersilakan kyai Muzammil, salah satu personel Kyai Kanjeng, untuk memberikan tiga ayat yang tepat untuk para santri. Ayat pertama adalah surat al-’Alaq ayat satu, yaitu perintah membaca. Membaca keadaan alam semesta melalui indra, akal dan hati. Kedua adalah surat al-Baqarah ayat 151 yang berisikan perintah untuk bertazkiyah serta berilmu yang bermanfaat. Ketiga adalah surat al-Mujadalah ayat 11. Beliau mengatakan bahwa ilmu itu diberi oleh Allah, sedangkan usaha yang dapat kita lakukan adalah belajar serta berdoa sehingga Allah dapat meninggikan beberapa derajat.

DSC_9950Setelah lagu Kalimah dinyanyikan oleh seluruh vokalis Kiai Kanjeng, Cak Nun turut mengingatkan tentang makna dari surat al-Insyirah. “Sebanyak-banyaknya kesulitan yang kita miliki, sebenarnya masih banyak kemudahan yang kita dapat. Allah akan meningkatkan kekuatan kita atau mengurangi beban. Maka jangan mau kalah dengan putus asa. Kita bisa mengatasi kesulitan karena kita bersama Allah.”

Cak Nun kemudian meminta wakil pengasuh untuk memberikan beberapa kalimat sebelum mengakhiri acara. Ustadz Suharto kembali mengingatkan mengenai penamaan pondok ini dengan Darussalam. Agar orang-orang yang di dalamnya dapat memiliki perangai surgawi. Sebagai penutup, Cak Nun mengajak seluruh penonton untuk menyanyikan lagu syukur sebagai rasa kesyukuran atas umur pondok yang kesembilan puluh tahun. Semoga Gontor dapat tetap eksis dan abadi. (dee)

Emha Ainun Nadjib: Gontor Akan Menjadi Kiblat Sejati Peradaban Masa Depan

0

Ta'dib Cak Nun dan Kyai Kanjeng - Peringatan 90 Tahun Gontor.mp4_003117549GONTOR–Pada Rabu (31/8) malam, suara musik tradisional gamelan terdengar menggema di bawah atmosfer langit Pondok Modern Darussalam Gontor. Malam itu, kemeriahan Peringatan 90 Tahun Gontor terus berlanjut. Kali ini, salah satu “putra” terbaiknya, Emha Ainun Nadjib, yang telah melanglang buana ke berbagai belahan dunia bersama Kiai Kanjeng, grup musik andalannya dalam berdakwah, datang ke Gontor menghibur para santri, guru-guru, dan masyarakat.

Budayawan kelahiran Jombang yang akrab dipanggil Cak Nun itu tidak lupa mengajak sang kakak untuk hadir di pondok tercinta, yaitu Ustadz Ahmad Fuad Effendy alias Cak Fuad, alumnus Gontor angkatan tahun 1965. Mereka berdua memiliki kesan mendalam dan kenangan indah selama belajar di bawah asuhan dan bimbingan Trimurti Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor.

Kedatangan Cak Nun bersama Kiai Kanjeng disambut dengan sukacita oleh Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, terutama K.H. Hasan Abdullah Sahal, yang dikenal begitu akrab dengan Cak Nun dan Cak Fuad sejak semasa santri hingga sekarang. Ustadz Hasan memuji talenta yang dimiliki Cak Nun dalam berkhidmat untuk umat. Pada malam hari itu, beliau memintanya untuk memberikan “hidangan” terbaik untuk dinikmati adik-adik kelasnya, santri-santri Pondok Modern Darussalam Gontor.

“Kakak-kakakmu, terutama Ustadz Emha Ainun Nadjib, dengan talenta yang dimilikinya, telah memberikan banyak hal untuk umat. Pada malam hari ini, beliau hadir bersama kita untuk turut mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada kita, dengan menyuguhkan “hidangan” berupa hiburan,” kata Ustadz Hasan saat memberikan sambutan sebelum Cak Nun dan Kiai Kanjeng tampil.

“Mari kita menikmati “hidangan” ini sebagai wujud syukur pada Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor yang kita cintai. Kita harus menikmati kesyukuran ini. Kalau kita nikmati senang hati, Allah akan menambah nikmat-Nya. Sebaliknya, kalau kita tidak senang dengan nikmat Allah, kita justru akan mendapat azab,” ujar beliau kepada santri-santri dan ribuan masyarakat yang memadati Lapangan Hijau Pondok Modern Darussalam Gontor malam itu.

Bagi Cak Nun, Gontor merupakan rumah sekaligus kampung halaman kedua baginya. Ia menyampaikan rasa bahagianya atas pencapaian Gontor hingga memasuki usianya yang ke-90 tahun.

“Saya mengucapkan kebahagiaan kepada kampung dan rumah kedua saya ini, Pondok Modern Gontor. Pondok ini benar-benar dibutuhkan untuk menjadi pemantul cahaya Allah bagi seluruh umat Islam dan Republik Indonesia. Kita semua berharap Gontor benar-benar mampu menjawab tantangan umat Islam dan tantangan yang menimpa bangsa Indonesia saat ini,” tutur Cak Nun menjelang penampilan Kiai Kanjeng.

“Saya masih ingat, K.H. Imam Zarkasyi sering mengatakan bahwa tugas kita adalah menjadi perekat umat. Ketahuilah, kita ini seperti hidup di zaman sebelum Rasulullah. Yaitu, bersuku-suku dan bermusuhan satu sama lain, seperti halnya di Papua. Suku-sukunya berjumlah ratusan, dan tidak mungkin ada kepemimpinan lahir di masyarakat Papua karena adanya keegoisan dalam diri masing-masing. Begitu juga dengan kita umat Islam. Jika terus bersikap saling egois, tidak mungkin kita mempunyai satu pimpinan yang diharapkan.”

“Ya… Allah, jadikanlah rumah dan kampung halaman keduaku ini, Pondok Modern Darussalam Gontor, sebagai utusan-Mu, duta-Mu yang Engkau pandu menjadi satu sistem budaya, satu sistem ilmu, satu sistem sosial, dan satu sistem ideologi, yang tidak berpihak ke timur maupun ke barat, sehingga terpadu di satu titik, menjadi kiblat sejati bagi peradaban yang akan datang,” ucap Cak Nun menyempatkan diri berdoa untuk pondoknya.

Kemudian ia mengajak khalayak yang tengah menantikan penampilannya untuk ridha kepada Allah, sehingga Allah pun meridhai. Ia mengungkap bahwa musik yang mereka aransemen adalah musik yang persisinya menuju ridha Allah. Itulah hiburan sejatinya menurutnya.

“Andaikan tidak ada musik, lagu, atau puisi, maka sesungguhnya hiburan sejati itu bisa apa saja, asalkan membuatmu lebih mendekat kepada Allah. Itulah hiburan sejati. Maka, senikmat apapun hiburan dunia, tapi jika itu tidak membuatmu dekat kepada Allah, itu sama sekali bukan hiburan, tapi bumerang bagi kita semua. Jadi, semua yang kita lakukan malam hari ini harus diregulasi bahwa tidak ada apapun, tidak ada bunyi, atau kata yang terdengar dan terlihat kecuali yang membuat kita berada di dalam konstruksi raadhiyatan mardhiyyah.”

Pertunjukan Kiai Kanjeng pada malam itu diawali dengan penampilan para santri peserta Pelatihan dan Workshop bersama Cak Nun dan Kiai Kanjeng sehari sebelumnya. Walaupun hanya berlatih sehari, mereka mampu tampil dengan baik membawakan sebuah lagu shalawat.

Kemudian mereka berkolaborasi dengan Kiai Kanjeng membawakan lagu “Hymne Oh Pondokku”. Menariknya, lagu ini mereka nyanyikan dalam 10 genre musik, antara lain terbangan, keroncong, langgam, rebana, gendang Jawa, reggae, pop, rock, akapela, dan swing. Cak Fuad juga tampil membawakan Syair Abu Nawas khas Gontor diiringi gamelan Kiai Kanjeng. Acara pun makin menarik dengan rentetan lagu-lagu aransemen khas Kiai Kanjeng.

Di tengah-tengah acara, putra bungsu K.H. Hasan Abdullah Sahal, Hamas Arfeddin Khosyatullah, berkesempatan tampil membawakan puisi untuk ayahnya, berjudul “Puisi untuk Kiai”. Kemudian Cak Nun juga meminta seorang anggota Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor yang sangat dikenalnya, yaitu K.H. Dawam Saleh, Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ishlah Lamongan, untuk membacakan sebuah puisi karya Pak Dawam sendiri.

Acara pada malam hari itu berlangsung selama empat jam lebih, namun sangat menarik dan mendidik. Dalam penampilannya, Cak Nun berinteraksi aktif dengan para penonton melalui sejumlah pertanyaan yang ia lontarkan untuk mereka jawab. Ada juga yang diminta menyanyikan lagu Islami kesukaan. Untuk ini, Cak Nun telah mempersiapkan 30 buah peci khas Kiai Kanjeng sebagai hadiah bagi mereka yang terlibat aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. shah wa

 

Demi Kemajuan Pendidikan Nasional, Pimpinan Pesantren dan Kepala Lembaga Pendidikan Se-Indonesia Bersilaturahim di Gontor

0

WhatsApp Image 2016-09-01 at 8.49.44 AMGONTOR–Pondok Modern Darussalam Gontor tidak pernah menutup mata terhadap segala problematika Pendidikan Nasional yang terjadi dewasa ini. Perubahan kurikulum atau sistem pendidikan di negeri ini seringkali terjadi, hingga guru-guru dan para siswa harus dibingungkan dengan buku-buku pegangan belajar dan mengajar yang ikut berubah-ubah. Belum lagi, adanya permasalahan terkait kompetensi guru yang masih sering dipertanyakan, dan juga sistem ujian yang terus mengundang polemik. Hal ini ditambah dengan makin rendahnya moral anak-anak didik sampai lenyapnya sopan santun dan rasa hormat terhadap guru.

Oleh karena itu, pada momentum Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor ini diadakanlah acara “Silaturahim dan Seminar Nasional Pimpinan Pesantren Alumni Gontor dan Kepala Lembaga Pendidikan Non-Pesantren Alumni Gontor”. Acara digelar hari ini, Kamis (1/9), bertempat di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM).

Di hadapan seluruh Pimpinan Pesantren dan Kepala Lembaga Pendidikan yang hadir dari berbagai pelosok Nusantara, K.H. Hasyim Muzadi memberikan Kuliah Umum tentang Pendidikan Pesantren dan Sistem Kulliyatu-l-Mu‘allimin Al-Islamiyah (KMI) di Indonesia. Ia menjelaskan bagaimana pesantren mendidik anak-anak hingga berhasil, tidak hanya secara akademis, tapi juga secara mental dan spiritual, hingga tumbuh menjadi generasi yang berilmu dan berakhlak mulia. Beliau juga menjelaskan keunggulan sistem KMI yang dipegang teguh Pondok Modern Darussalam Gontor sejak dahulu kala hingga kini.

Acara seminar berskala nasional ini memiliki tujuan utama memperkenalkan secara detail sistem mu‘allimin yang diterapkan Gontor. Harapannya, sistem pendidikan yang telah terbukti kesuksesannya ini bisa diaplikasikan secara nasional, terutama oleh pesantren-pesantren yang dikelola para alumni Pondok Modern Darussalam Gontor. Lebih dari itu, Gontor berharap sistem ini juga bisa dikembangkan lembaga-lembaga pendidikan selain pesantren alumni. Dengan demikian, problematika Pendidikan Nasional di Indonesia ini bisa segera diatasi dengan tuntas dan bisa melahirkan generasi tumpuan bangsa yang berkualitas. shah wa

Peringatan 90 Tahun Gontor Hadirkan Pameran Produk Alumni

0

WhatsApp Image 2016-08-31 at 9.03.16 AMGONTOR–Selama lima hari ke depan, Rabu–Ahad, 31 Agustus–4 September 2016, Pondok Modern Darussalam Gontor memfasilitasi para alumninya yang bergerak di bidang entrepreneurship untuk menggelar pameran. Pameran produk alumni Gontor ini dibuka oleh Pimpinan Pondok K.H. Syamsul Hadi Abdan, Rabu (31/8) pagi, bertempat di depan Gedung Rabithah Pondok Modern Darussalam Gontor.

Acara ini merupakan bagian dari rangkaian agenda Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor, yang akan disertai dengan acara Silaturahim dan Seminar Nasional Pimpinan Pesantren Alumni Gontor dan Kepala Lembaga Pendidikan Non-Pesantren Alumni Gontor, Lokakarya Nasional “Peran Alumni Gontor dalam Menghadapi AFTA dan MEA”, dan Bedah Buku Karya Alumni Gontor.

Acara “Silaturahim dan Seminar Nasional Pimpinan Pesantren Alumni Gontor dan Kepala Lembaga Pendidikan Non-Pesantren Alumni Gontor” digelar hari ini, Kamis (1/9), bertempat di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM). Sedangkan acara Bedah Buku akan dilaksanakan esok hari, Jum‘at (2/9) di tempat yang sama, dan acara Lokakarya Nasional akan dilangsungkan di Aula Rabithah pada hari itu juga. shah wa

Gontor Kampus Pusat Sabet Juara 1 Cerdas Cermat Olimpiade Sains

0

DARUSSALAM ­– Rentetan acara peringatan 90 tahun gontor tetap berjalan secara dinamis, sehingga menambah semaraknya kegiatan-kegiatan yang telah terjadwal. Salah satu kegiatanya adalah Lomba Cerdas Cermat pada Olimpiade Sains. Acara ini diikuti oleh 11 kontingen, yaitu; PMDG Kampus Pusat, PMDG Kampus 2, PMDG Kampus 3 Darul Ma’rifat, PMDG Kampus 5 Darul Muttaqin, PMDG Kampus 6 Darul Qiyam, Daruttaqwa Bogor, Darussalam Tasik, Darussalam Garut, Raudlatul Ulum, dan Darul Amanah Kendal. Dalam lomba ini Gontor Kampus Pusat dapat menyabet juara 1 setelah berhasil mengalahkan 2 kontingen (PMDG Kampus 2 dan Kampus 3) di babak final yang bertempat di aula Balai Pertemuan Pondok Modern Darussalam Gontor pada Selasa  (23/8).

Usai perlombaan seluruh  kontingen yang berada di babak final mengadakan foto bersama  dengan dewan juri di depan gedung Aligarh PMDG.fahmi

 

K.H. Syamsul Hadi Abdan Tutup Porseni 90 Tahun Gontor Secara Resmi

0

DARUSSALAM – Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI) dan Olimpiade Sains dalam rangka peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) berakhir sudah. Hajatan besar ini resmi ditutup oleh K.H. Syamsul Hadi Abdan, selaku pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor pada hari Ahad pagi, (28/8) bertempat di depan Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM). Upacara sekaligus pembagian medali kejuaraan ini diikuti oleh 37 kontingen dengan jumlah peserta mencapai 2000 orang. Dengan memakai kostum kontingen masing-masing, para peserta khidmat mengikuti upacara penutupan yang mereka nantikan setelah mereka berjuang selama seminggu untuk meraih kemenangan dalam berbagai cabang perlombaan.

Suasana penutupan Porseni di depan Balai Pertemuan Pondok Modern Darussalam Gontor.
Suasana penutupan Porseni di depan Balai Pertemuan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Kegiatan yang dibuka langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.Ap seminggu yang lalu (21/8) ini, merupakan ajang bagi para santri untuk menunjukkan kebolehannya dalam berbagai bidang, baik olahraga, kesenian beladiri, maupun sains. Peserta yang berasal dari 37 Pondok Pesantren baik Pondok Modern Darussalam Gontor kampus dalam Jawa dan luar Jawa maupun Pondok Pesantren Alumni yang datang dari berbagai daerah di Indonesia, menjadikan suasana PORSENI dan Olimpiade Sains ini ramai dan meriah. Selain persaingan yang sehat antarkontingen, silaturahmi yang terjalin antarpeserta membuat kegiatan ini sangat kental akan nilai persaudaraan, mencerminkan salah satu Panca Jiwa Pondok Modern, yakni Ukhuwwah Islamiyyah.

Setelah melalui perhitungan dari panitia penyelenggara, Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus Pusat sebagai tuan rumah, yang juga mengirimkan peserta dengan jumlah terbanyak, berhasil meraih Juara Umum dalam perhelatan akbar sepuluhtahunan ini. Dengan rincian sebagai berikut:

TABEL JUARA PORSENI 90 TAHUN GONTOR
NO CABANG JUARA 1 JUARA 2 JUARA 3
1 Sepak Bola PMDG Kampus Pusat Ponorogo PP. Walisongo Ngabar, Ponorogo PP. Al-Amien Prenduan, Sumenep
2 Futsal PMDG Kampus Pusat Ponorogo PMDG Kampus 2 Siman, Ponorogo PP. Riyadhul ‘Ulum Tasimalaya
3 Basket PP. Raudhatul ‘Ulum Palembang PMDG Kampus 2 Siman, Ponorogo PMDG Kampus 3 Kediri
4 Sepak Takraw PP. Al-Amien Prenduan, Sumenep PP. Daar El Qolam Banten PMDG Kampus 2 Siman, Ponorogo
5 Bola Voli PP. Al-Amien Prenduan, Sumenep PP. Riyadhul ‘Ulum Tasimalaya PP. Walisongo Ngabar, Ponorogo
6 Tenis Meja PP. Daar El Azhar Banten PMDG Kampus 2 Siman, Ponorogo PP. Darussalam Garut
7 Bulutangkis Tunggal PP. La Tansa Banten PMDG Kampus Pusat Ponorogo PP. Al Ihsan Bandung
8 Bulutangkis Ganda PP. Al Ihsan Bandung PP. Raudhatul ‘Ulum Palembang PP. Darussalam Garut
9 Senam Lantai PMDG Kampus 6 Magelang PMDG Kampus Pusat Ponorogo PMDG Kampus 3 Kediri
10 Senam Jasmani PMDG Kampus Pusat Ponorogo A PMDG Kampus Pusat Ponorogo B PMDG Kampus 5 Banyuwangi

Selain menjadi Juara Umum, Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus Pusat juga menjadi Juara Favorit dalam Kejurnas Persatuan Beladiri Darussalam(PERBEDA). Dengan motto “Olahraga dan Seni, Ciptakan Mental Juara para Santri”, Porseni 90 tahun Gontor ini bertujuan untuk menumbuhkan mental juara pada diri para santri. Dalam perspektif Gontor, makna dari juara tidak sekedar masalah menang ataupun kalah, tapi lebih dari itu, juara adalah mereka yang tidak sombong ketika menang, dan tidak kecil hati atau minder ketika kalah. Sebagaimana sering dipesankan oleh K.H. Hasan Abdullah Sahal “إنّما الرياضة  لتهذيب النفوس ليست لجمع الكؤوس” , Olahraga adalah sarana mengolah jiwa dan raga, bukan untuk mengumpulkan piala.brada

Terjun Payung “Free Fall” Warnai Pembukaan Jamrana Nasional 90 Tahun Gontor

0

WhatsApp Image 2016-08-29 at 2.50.04 PMGONTOR–Jambore dan Raimuna (Jamrana) Tingkat Nasional dalam rangka Peringatan 90 Tahun Pondok Modern Darussalam Gontor telah dimulai. Senin (29/8) siang, Upacara Pembukaan Jamrana yang diikuti Pondok Pesantren se-Indonesia ini digelar di Lapangan Hijau Pondok Modern Darussalam Gontor Kampus 2, Madusari, Siman, Ponorogo. Acara dihadiri H. Mardhani Zuhri, S.Pd., M.A. selaku Andalan Nasional Gerakan Pramuka Bina Anggota Muda mewakili Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas).

Sebelum upacara dilaksanakan, Panitia Pelaksana Jamrana menyuguhkan tontonan menarik di angkasa raya, yaitu demonstrasi terjun payung free fall dari ketinggian 5.000 kaki dari permukaan tanah. Penerjunan dilakukan oleh tiga orang prajurit dari Batalion Komando 463 Paskhas Lanud Iswahyudi, menggunakan helikopter Colibri yang terbang dari Lanud Iswahyudi.

Dalam aksinya, ketiga penerjun membawa tiga jenis bendera berbeda. Serka Siswadi, penerjun pertama, membawa Bendera Pondok Modern Darussalam Gontor. Sementara penerjun kedua, Serda Supriyadi, terjun dengan membawa Bendera Jamrana 90 Tahun Gontor. Sedangkan Kopda Yuli Sudarsono, penerjun terakhir, membentangkan Bendera Merah Putih. Mereka bertiga mendarat di tengah arena upacara dengan sempurna.

Saat memberi sambutan, Mardhani Zuhri, mengatasnamakan Kwarnas, sangat mengapresiasi kegigihan Pondok Modern Darussalam Gontor dalam menyiapkan kader-kader pemimpin bangsa. Salah satunya dengan cara menggiatkan aktivitas kepramukaan di pondok.

“Kwarnas Gerakan Pramuka mengapresiasi Pondok Modern Darussalam Gontor yang gigih berkiprah menyiapkan kader pemimpin bangsa. Antara lain dengan mengadakan latihan kepramukaan yang mengukir prestasi aktif, baik di kancah nasional maupun internasional. Salah satunya keikutsertakan Gugus Depan Pondok Modern Darussalam Gontor pada Jambore Nasional (Jamnas) X 2016 di Cibubur Jakarta. Selain itu, pada tahun lalu, Gontor juga mengikuti Jambore Dunia (Jamdun) di Jepang dengan menampilkan kedisiplinan yang mantap dan warna Islami yang terjaga,” tutur Mardhani.

Karena itulah, lanjutnya, Gerakan Pramuka Pondok Modern Darussalam Gontor sangat pantas dan patut menerima berbagai penghargaan di bidang kepramukaan. Salah satu penghargaan yang didapat Gontor berupa Lencana Dharma Bakti dari Kwarnas pada tahun 2009 silam, yang diterima langsung oleh Pimpinan Pondok Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. di Sumedang, Jabar. Selain itu, Gontor juga telah menerima penghargaan berupa Lencana Semangat Rimba Perak dari Malaysia pada tahun 2010, yang juga diterima langsung oleh Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. Baru-baru ini, Gontor kembali mendapatkan penghargaan yang diterima K.H. Hasan Abdullah Sahal berupa Lencana Melati, yaitu penghargaan tertinggi dalam Pramuka. Penghargaan terakhir ini disematkan Ketua Kwarnas Dr. H. Adhyaksa Dault, S.H., M.Si. kepada Ustadz Hasan pada Upacara Dirgahayu RI ke-71 di hadapan 25.000 peserta Jamnas X di Cibubur.

“Pada kesempatan ini, kami atas nama Kwarnas mengucapkan terima kasih kepada Pondok Modern Darussalam Gontor atas sumbangsihnya di bidang kepramukaan. Terbukti, pada periode kepengurusan kami saat ini di Kwarnas Gerakan Pramuka Masa Bakti 2013–2018 terdapat delapan orang alumni Gontor yang menjadi Andalan Nasional dan memiliki andil besar dalam mewarnai kepramukaan di bumi Nusantara tercinta ini,” ujar Mardhani menutup sambutannya.

Tidak ketinggalan, bertindak sebagai Pembina Upacara pada siang itu, K.H. Hasan Abdullah Sahal membenarkan pernyataan Mardhani Zuhri, bahwa Gontor tidak pernah meninggalkan aktivitas kepramukaan dan selalu berperan di dalamnya.

“Sejak berdirinya, Pondok Modern Darussalam Gontor selalu mengikuti, melakukan, dan senantiasa mengembangkan kepramukaan,” ungkap Ustadz Hasan.

Beliau juga sempat berpesan agar santri-santri tumbuh menjadi orang-orang yang bertanggung jawab. “Sebagai calon pemimpin yang akan membina umat, anak-anak kita ini harus tumbuh menjadi orang-orang yang bertanggung jawab. Jangan sampai masa muda, kekosongan, dan gaya hidup mewah membuat mereka tidak punya daya untuk membina jati diri dan memiliki harga diri. Akhirnya, mereka hanya akan menjadi manusia murahan dan rendahan,” kata beliau.

Ustadz Hasan mengakhiri pesannya dengan meminta para peserta Jamrana untuk memahami dengan baik latar belakang dan tujuan pelaksanaan pesta akbar Gerakan Pramuka se-Indonesia tersebut.

Acara Jamrana kali ini bertemakan “Menggali Kreativitas, Membentuk Pramuka Islami”, berlangsung selama satu pekan, dimulai pada Sabtu ini, 29 Agustus 2016, hingga Sabtu yang akan datang, 5 September 2016. Pelaksanaannya meliputi tiga lokasi, yaitu Kampus Pusat Pondok Modern Darussalam Gontor, Bumi Perkemahan Mojosemi Sarangan Plaosan, dan Bumi Perkemahan Sekipan Tawangmangu Karanganyar. Bentuk kegiatannya mencakup wisata pendidikan, petualangan, menggali wawasan dan kreativitas, permainan tradisional dan modern, perlombaan, serta permainan menguji ketahanan hidup atau survival game.

Untuk kesuksesan acara, Panitia Pelaksana dibantu 67 orang juri, 116 siswa kelas 6 Kulliyatu-l-Mu‘allimin Al-Islamiyah (KMI), dan 53 orang siswa kelas 5 KMI. Panitia juga mendapat dukungan dari 19 prajurit dari Paskhas 463, 28 anggota TNI AU dari Lanud Iswahyudi, dua orang pelatih dari Jakarta, 10 orang outbond provider, tiga orang anggota PMI, beberapa anggota Polres, serta sejumlah anggota Aklam, Gastrada, dan Laboratorium Gontor.

Adapun total jumlah peserta mencapai 1.774 orang. Mereka berasal 77 kontingen dari berbagai pondok pesantren di Nusantara, termasuk kontingen tuan rumah (Pondok Modern Darussalam Gontor) dan kampus-kampusnya. shah wa