KARANGBANYU – Pada hari Jum’at (27/2/2015) bagian Keputrian mengadakan Seminar Masakan Padang, yang bekerja sama dengan Bapak Slamet Ahmad Suwardi, koki Rumah Makan Padang Citra Sari Madiun yang begitu akrab dengan sapaan Pak Frenky. Bersamaan dengan itu diadakan pula seminar memasak aneka ragam kue oleh Ibu Wahyuningratri, Ibu Mar’atus Sholihah, Ibu Binti Istiqomah, dan Ibu Astutik.
Peserta merupakan seluruh santriwati kelas 5 yang diikuti pula oleh ustadzah madamat, dan ustadzah yang lainnya. Adapun bahan utama yang digunakan adalah 25 kilogram daging sapi, 8 kilogram cabai hijau, daun singkong, serta berbagai macam bumbu-bumbu asli untuk membuat masakan semakin lezat dan menarik. Setiap santriwati dibuat perkelompok untuk membuat menu rumah makan padang yaitu Rendang Sapi, dengan sambal cabai hijau dan daun singkong rebus. Seluruh peserta begitu antusias, karena acara diawali dengan sesi pertama yaitu penjelasan mengenai teori dan tata cara memasak kemudian sesi dua praktek memasak.
Di akhir acara seluruh menu hidangan disajikan kepada seluruh santriwati kelas 5, dewan guru, dan tim koki Citra Sari Madiun. Diharapkan dengan adanya kegiatan seminar memasak ini mampu menumbuhkan rasa cinta memasak, menjadi ibu-ibu yang ahli dalam hal memasak serta meningkatkan skill santriwati Darussalam di bidang keputrian.humairah
MADINAH – Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Dr. K.H Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. kembali menunaikan ibadah umroh pada tahun ini. Beliau bersama rombongan yang berjumlah 8 orang, terdiri atas Ibu, Ustadz Adib Fuadi Nuriz, M.Phil, terapis beliau Pak Ulil, dan Keluarga. Beliau tiba di Madinah, Saudi Arabia Pada hari selasa (24/3/2015). Rombongan berangkat dari Surabaya dengan Pesawat Saudi Arlines dan tiba di Bandara Pangeran Muhammad Bin Abdul Aziz, Madinah pada pukul 20.50 waktu Arab Saudi. Setelah menyelesaikan urusan imigrasi bandara, Kiai Syukri beserta rombongan dijemput oleh perwakilan IKPM Madinah yaitu Ustadz Jihad El-Banna Quthuby, Ustadz Ayyub Bin Farid At-Tamimi, Ustadz Yusuf Wibisono, Ustadz Sugeng dan Ustadz Nazeeh. Rombongan kemudian menuju Hotel Grand Mercury yang terletak di sebelah selatan Masjid Nabawi. Beliau beserta rombongan yang tiba di hotel sekitar pukul 22.30 WAS langsung disambut oleh warga IKPM Madinah yang telah menunggu dengan antusias.
Kiai Syukri beserta rombogan akan menunaikan ibadah umroh tahun ini selama 13 hari. Untuk di Madinah sendiri, beliau akan bermukim selama 4 hari dan akan berada di Makkah selama 9 hari. Pada hari Sabtu (28/3), beliau beserta rombongan akan berangkat menuju Makkah untuk memulai ibadah Umroh.
Di sela-sela ibadah, di Madinah dan Masjid Nabawi khususnya, beliau beserta rombongan mengadakan silaturahim dengan seluruh anggota IKPM Madinah di Masjid Nabawi pada hari Kamis (26/3) setelah Maghrib. Selain Kiai Syukri, acara turut dihadiri oleh Ustadz Adib Fuadi Nuriz, M.Phil, mahasiswa Universitas Islam Madinah, mahasiswa King Su’ud University (perwakilan IKPM Riyadh), dan mahasiswa Ma’had Masjid Nabawi. Para warga IKPM yang hadir terlihat sangat antusias mengikuti acara dari awal sampai akhir dan mendengarkan nasehat dan motivasi yang disampaikan oleh Ustadz Adib.
Acara silaturahim dimulai dengan sambutan ketua IKPM Madinah, Muhammad Adnan Asyahibi, yang menjelaskan tentang IKPM Madinah. Acara kemudian dilanjutkan pesan dan nasehat dari Ustadz Adib, dikarenakan kondisi Ustadz Syukri yang tidak memungkinkan untuk menyampaikan nasehat. Dengan semangat, Ustadz Adib menyampaikan banyak petuah-petuah kepada peserta yang hadir. Diantaranya, beliau menyampaikan tentang kemajuan pondok, kemajuan Universitas Darussalam, kegiatan-kegiatan KMI, dan agenda besar pondok tahun depan, yaitu acara 90 tahun Pondok Modern Darussalam Gontor. Beliau berpesan juga kepada para mahasiswa agar bisa menyelesaikan kuliahnya sampai jenjang tertinggi, dan jangan kembali ke Indonesia kecuali jika sudah merasa cukup dengan apa yang telah dipelajari selama di luar negeri. Terakhir, beliau mengharapkan kepada seluruh alumni yang hadir, agar selalu mendoakan pondok, pimpinannya, asatidz dan santri-santrinya, serta siap membantu pondok dengan tenaga dan harta.rifmp
Gontor 2- Senin (17/03/2015), Gontor 2 kembali kedatangan tamu dari pondok pesantren. Kali ini berasal dari Ponpes Darul Hikmah Tangerang. Rombongan yang berjumlah 120 santriwan dan santriwati ditambah dengan sejumlah dewan guru beserta pimpinan berada di Gontor 2 selama 2 hari.
Santri Darul Hikmah berebut bola dengan santri KMI kelas 5 Gontor 2
Mengawali kegiatan rihlah tarbawiyah di Gontor 2, mereka mengikuti training keorganisasian bagi para pengurus OPPM dan rayon yang baru dilantik 3 minggu yang lalu. Keesokan harinya, para santri Darul Hikmah mengadakan pertandingan futsal dengan para siswa kelas 5 KMI. Sekitar pukul 07.30 WIB mereka berkeliling area pondok untuk mengenal lebih dalam tentang tata letak Gontor 2 dengan dipandu oleh para guru dari bagian penerimaan tamu. Dilanjutkan dengan silaturahmi bersama wakil pengasuh Gontor 2, Ust. H. Muhammad Hudaya, Lc. M.Ag di Aula Riyadh. Mereka mendapatkan wejangan mengenai kepondokmodernan.
Tidak berhenti di sana, mereka juga mengadakan kunjungan ke bagian-bagian OPPM seusai pertemuan. Karena salah satu tujuan rihlah adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai keorganisasian yang ada di Gontor . Usai shalat Dzuhur, segenap rombongan beranjak dari Gontor 2 untuk melanjutkan perjalanan rihlah mereka.
Madusari- Gontor 2 kembali kedatangan tamu dari negeri jiran. Pada hari Senin (16/03/2015), 2 rombongan tiba ke Gontor 2 secara bergantian. Rombongan yang pertama adalah para guru bahasa Arab dari sekolah Bina Insan Selangor, dan yang kedua adalah rombongan jamaah masjid Muttaqien.
Ust. H. Muhamad Hudaya,Lc. M.Ag saat menyambut tamu Malaysia
Para guru bahasa Arab yang berjumlah 35 orang tersebut tiba di Gontor 2 pada pukul 07.30 WIB. Selepas berkeliling sejenak di area pondok, mereka juga mengadakan pertemuan bersama wakil pengasuh Gontor 2, Ust. H. Muhammad Hudaya, Lc. M.Ag. Mereka lebih banyak membahas tentang sistem pendidikan di Gontor, terutama masalah keguruan. Adapun rombongan kedua, tiba pukul 11.00 WIB. Usai melaksanakan shalat Dzuhur di masjid Jami, jamaah masjid Al-Muttaqin tersebut bersilaturahmi dengan wakil pengasuh Gontor 2. Sebagian dari mereka adalah para wali santri yang anaknya berada di Gontor 2 dan Gontor 3. Diharapkan dari kunjungan tersebut dapat menjalin tali silaturahim antara Gontor dengan lembaga-lembaga di Malaysia.
Ust. H. Muhammad Hudaya, Lc. M.Ag berpose bersama rombongan guru Bahasa Arab dari MalaysiaWakil pengasuh Gontor 2 berfoto bersama Jamaah Masjid Muttaqin Malaysia
Gontor 2- Senin (16/03/2015) menjadi hari yang bersejarah bagi para siswa akhir KMI. Hari tersebut merupakan hari terakhir siswa akhir KMI di Gontor 2 masuk kelas secara formal. Selanjutnya mereka akan menghadapi agenda-agenda besar seperti Tarbiyah Amaliyah dan Ujian Akhir KMI.
Para pembimbing dan staf KMI Berbagai upaya membawa para siswa akhir KMI agar bisa melewati masa-masa berat menjadi siswa akhir dengan baik dan khusnul khatimah. Salah satunya adalah dengan kegiatan karantina yang telah berjalan selama kurang lebih 3 minggu. Beberapa pembimbing juga tinggal di ruang musyrif bersebelahan dengan para santri. Hal tersebut berguna untuk memudahkan pengawalan bagi 111 santri tersebut. Khususnya masalah ubudiyah santri.
Di samping ruang karantina juga terdapat kantin kelas 6 yang saat ini masih dikelola oleh para pembimbing. Hasil dari cafe tersebut akan digunakan untuk wakaf siswa kelas 6 2015. Tidak terasa sisa waktu mereka untuk menjadi santri tinggal 4 bulan lagi. Semoga mereka semua diberi kekuatan untuk dapat menghadapi masa-masa tersebut dengan baik. Amin Yaa Rabbal Alamin.
Gontor 2- Tarbiyah Amaliyah atau praktek mengajar merupakan salah satu agenda besar yang akan dihadapi oleh para siswa akhir KMI. Guna mempersiapkan para siswa kelas 6, staf KMI mengadakan agenda pra amaliyah. Sejumlah 111 santri dibagi menjadi dua kelompok, kemudian salah satu santri dari tiap kelompok ditunjuk untuk mengajar dan disebut mudarris. Beberapa siswa kelas 6 ditunjuk menjadi murid dalam kelas tersebut. Para guru pembimbing yang juga dibagi menjadi dua kelompok besar beserta para siswa kelas 6 lainnya bertindak sebagai evaluator atau yang disebut muntaqid.
Para pembimbing mengawal kegiatan review buku Tarbiyah Amaliyah
Kegiatan yang juga disebut micro teaching tersebut dilaksanakan 3 kali. Yaitu pada hari Senin (09/03/2015), hari Selasa (17/03/2015), dan yang terakhir adalah pada hari Rabu (18/03/2015). 2 kelompok besar tersebut bertempat di pendopo masjid Jami’ dan Aula Riyadh. Dalam waktu itu juga, evaluasi mengajar dipimpin langsung oleh Ust. H. Zaini Hasan, Ust. H. Agus Budiman, Ust. Nurul Tsalist Alamin, M.Pd, dan Ust. Taufiq Affandi, M.Sc.
Selain itu, para siswa kelas 6 juga melaksanakan agenda review buku Tarbiyah Amaliyah, terutama pada bab-bab yang berhubungan lansung dengan praktek mengajar. Bertempat di masjid Jami’ Gontor 2, beberapa guru pembimbing mengawal pembelajaran santri yang telah dipecah menjadi beberapa kelompok kecil. Kegiatan tersebut berlangsung pada hari Selasa (17/03/2015). Dengan demikian diharapkan para siswa akhir KMI memiliki persiapan yang lebih matang menghadapi agenda Tarbiyah Amaliyah.
Penulisan Naqdu Tadris dalam agenda micro teaching
Peace Country- “Al-Lughatu Taaju-l-Ma’had” merupakan salah satu motto bagian penggerak bahasa yang artinya bahasa adalah mahkota pondok. Hal tersebut menandakan betapa pentingnya bahasa di Gontor, utamanya adalah bahasa Arab dan Inggris.
Screen berukuran 3 X 4 m yang digunakan untuk nobar
Hal tersebutlah yang mendorong bagian pembimbing bahasa atau yang disebut Language Advisory Council (LAC) untuk selalu mengupayakan berbagai kegiatan guna menunjuang kemampuan berbahasa santri. Salah satunya adalah dengan sarana multimedia.
Mulai hari Ahad (15/03/2015) malam, tepat usai latihan pidato para santri dapat menyaksikan film berbahasa Arab dan Inggris di lapangan Sintesa yang berdurasikan kurang lebih 40 menit. Dengan demikian, para santri dapat mengisi waktu kosong mereka sebelum istirahat dengan hal-hal positif. Selain itu para santri juga dapat mengasah kemampuan berbahasa mereka, khususnya dalam hal listening.
DARUSSALAM–Guna meningkatkan interpretasi santri dalam materi Fiqh, khususnya mengenai pelajaran ibadah haji, Kulliyyatu-l-Mu’allimin-al-Islamiyyah (KMI) gunakan metode ‘Learning by doing’, yaitu belajar sambil melaksanakan. Praktik manasik haji ini, diprogramkan khusus untuk seluruh siswa baru KMI Gontor Pusat dari kelas 1–3 yang jumlahnya mencapai 1024 orang dan melibatkan 30 orang guru pengajar materi.
Untuk menyamakan persepsi, para pengajar pelajaran Fiqh kelas satu dan satu intensif mengadakan rapat koordinasi dan praktik terlebih dahulu sebelum kegiatan ini dimulai. “Salah satu cara terbaik dalam belajar adalah praktik, sehingga pengetahuan dan wawasan siswa bukan sekadar tulisan teoritis di otak yang berasal dari buku saja, tetapi paham dan betul-betul mengerti cara melaksanakannya,” ucap Ahmad Fauzi Hidayatullah, seorang guru senior PMDG yang bertugas membimbing kegiatan ini.
Kegiatan ini berlangsung selama delapan hari, dimulai pada Kamis (12/3) dan berakhir pada Ahad (22/3) lalu, “Demi ketertiban jalannya kegiatan ini, kami staf KMI telah mengatur jadwal bagi tiap-tiap kelas. Kelas satu melaksanakan praktik ini pada jam pelajaran pertama sampai kekedua dan kelas satu intensif pada jam pelajaran ketiga sampai keempat.” ujar Miftah Alfaruqi, seorang Staf KMI. ikami86
Melbourne- Salah satu agenda peserta Muslim Exchange Program (MEP) pada tanggal 18 Maret 2015 yang lalu adalah mengunjungi Balcombe Grammar School, sebuah sekolah swasta favorit di daerah Mount Martha, dekat dengan Mornington Paninsula yang indah. Untuk menuju sekolah itu, kami menggunakan kereta api dari pusat kota Melbourne.
Salah satu kegiatan di luar kelas
Jam 07.45 (waktu Melbourne) kami segera bergegas menuju Flinders Street Station yang terletak persis sebelum Princess Bridge, jembatan yang menghubungkan daerah utara Yara River dan selatannya. Stasiun tersebut termasuk yang terbesar di Melbourne. Dari situ, kami naik kereta menuju Frankston, stasiun kereta api terdekat dengan Mount Martha. Kereta menuju Frankston pada pagi hari biasanya tidak dipadati penumpang karena kereta tersebut menuju arah ke luar kota. Sementara itu sebaliknya, kereta yang datang dari Frankston menuju Flinders Street penuh sesak oleh penumpang. Sebagian besar mereka adalah pekerja dan mahasiswa yang harus beraktivitas di pusat kota Melbourne.
Kamipun segera bergegas masuk kereta begitu ia berhenti dengan sempurna. Jika tidak cepat, bisa saja tertinggal karena kereta di sini tidak berhenti lama dan selalu tepat waktu. Tidak ada penjaga pintu karena semuanya serba otomatis.
Setelah menempuh perjalanan hampir dua jam, kami tiba di stasiun Frankston. Dari stasiun, kami mengendarai mobil menelusuri wilayah countryside yang indah. Ada kebun anggur, tempat pelatihan kuda, perumahan yang asri, padang rumput, dan pemandangan laut yang aduhai ketika melintasi jalan di pinggir Mornington Peninsula. Keelokan wilayah itu persis seperti yang diceritakan dalam buku Reading KMI Gontor ketika membahas wilayah contryside di Inggris.
Tidak sampai satu jam, akhirnya kami tiba di Balcombe Grammar School. Ibu Chris, koordinator MEP Melbourne, berpesan bahwa kami dilarang mengambil gambar para murid tanpa seizin dari orang tua. Karena aturan di sekolah ini (dan sekolah lain di Australia pada umumnya) melarang pengunjung untuk memfoto para murid. Mereka khawatir jika foto itu disalahgunakan untuk hal-hal negatif.
Saya jadi ingat kebiasaan murid-murid di Indonesia yang suka selfie kemudian mengunggahnya di media sosial seperti facebook, twitter, dan semacamnya. Mereka tidak sadar ketika mengunggahnya di internet dan bisa dilihat oleh siapa saja, kehidupan pribadi mereka sudah terbuka secara nyata di ruang publik. Foto selfie plus status selfie itu sebenarnya wilayah private yang hendaknya dijaga kerahasiaannnya. Hal itu mudah sekali dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan mereka. Maka terjadilah kasus kejahatan-kejahatan karena penyalahgunaan media sosial sebagaimana yang belakangan ini banyak kita lihat.
Hal ini tentu tidak terjadi di Gontor yang membatasi dengan ketat hal-hal seperti itu. seluruh santri dilarang membawa handphone dan alat-alat elektronika lainnya. Mereka diperbolehkan menggunakan internet tapi dijadwal pada jam-jam tertentu. Mereka boleh menelpon tapi di tempat-tempat tertentu dengan bimbingan ustadz. Mereka hanya perlu fokus belajar, mengembangkan potensi yang dimiliki melalui berbagai macam kegiatan yang sudah diatur oleh pondok. Kegiatan yang terstruktur, tersistem, dan menyeluruh. Kegiatan-kegiatan akademik bersinergi dengan kegiatan-kegiatan non akademik dengan baik. Yang suka seni disediakan media untuk menyalurkan bakatnya, yang suka kaligrafi, olahraga, pramuka, menulis, dan lain sebagainya, semuanya mendapatkan tempat dan media untuk berekspresi. Semua kegiatan itu pada akhirnya akan membentuk sebuah dinamika kehidupan pesantren. Dan itulah sebenarnya yang mewarnai dan membentuk kepribadian santri yang kuat. Di situlah terdapat kurikulum tersembunyi di Gontor yang menurut beberapa penelitian, sangat efektif digunakan untuk mendidik santri.
Setelah mendaftar di bagian penerimaan tamu, kami langsung disambut oleh kepala sekolah Mr. Matthew Dodd, kemudian diantar oleh dua anak kecil yang masih duduk di kelas 4 SD untuk bertemu dengan teman-temannya di dalam kelas. Di sana kami sudah ditunggu duapuluhan murid dan dua orang guru. Setelah memperkenalkan diri, kami langsung diberondong banyak pertanyaan oleh anak-anak kecil itu. “Why do you wear veil? Is it to protect your hair from sunlight?”, tanya salah satu murid dengan cerdas. Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan dari mereka seputar Islam. Kami sangat senang karena inilah kesempatan untuk menyampaikan kepada mereka tentang Islam yang sebenarnya. Bukan Islam yang dicitrakan oleh media-media barat sebagai agama teroris, anti perdamaian, dan sederet image negatif lainnya.
Setelah puas menjelaskan ajaran Islam kepada murid-murid SD di sekolah itu, kami kemudian dibawa ke kelas anak-anak SMU. Di situ sudah ada puluhan anak yang menyambut. Tidak jauh beda dengan kelas sebelumnya, anak-anak sudah menyiapkan pertanyaan-pertanyaan tentang Islam kepada kami. Kamipun memanfaatkannya untuk menjelaskan bagaimana Islam sesungguhnya dengan panjang lebar. Ada perasaan puas pada diri kami karena salah satu misi kami dalam kegiatan ini telah tercapai.
Setelah bertemu dengan banyak murid di beberapa kelas, kami kemudian ke kantor kepala sekolah. Di situ kami berdiskusi dengan kepala sekolah dan dua wakilnya tentang kurikulum, metode, sistem, dan berbagai aktivitas di sekolah tersebut.
Salah satu kelebihan dari Balcombe Grammar School adalah metode pendidikannya yang modern dan ditambah dengan berbagai aktivitas menarik untuk membantu murid mengenali potensi yang dimiliki dan untuk mengembangkan semua yang dipunyai secara seimbang. Kegiatan akademik dan non akademik berpadu menjadi satu untuk membentuk kepribadian murid. Persis seperti apa yang ada di Gontor di mana tolok ukur keberhasilan santri adalah track recordnya dalam bidang akademik, non akademik, dan kepribadiannya. Bedanya, di Balcombe siswa-siswa tidak tinggal di asrama. Mereka belajar di sekolah dari pukul 08.45 s.d. 16.00.
Lebih dari itu, disiplin juga sangat dijunjung tinggi di sekolah ini. Anak yang melanggar disiplin berat, akan mendapat peringatan. Jika tidak membaik, orang tuanya akan dipanggil. Dan jika tetap tidak ada perubahan, mereka dipersilahkan untuk meninggalkan sekolah dan mencari lembaga pendidikan yang lain. Saya menjadi ingat petuah Kyai Hasan, “Tidak ada kemajuan tanpa kedisiplinan, tidak ada kedisiplinan tanpa ketauladanan”. Disiplin memang salah satu hal penting yang menjadikan Balcombe dan juga Gontor, sebagai lembaga pendidikan yang terus berkembang.
Beberapa jam saya dan peserta MEP lainnya mengunjungi sekolah itu, saya melihat banyak hal yang itu biasa saya jumpai di Gontor. Dan di tempat itu, saya seperti melihat Gontor dari kaca mata yang lain. AbuNuya
UNIDA – Setelah melakukan lawatan ke Mufti Wilayah Persekutuan Malaysia rombongan UNIDA Prof. Dr. Amal Fathullah Zarkasyi, MA. (Rektor UNIDA Gontor), Dr. Dihyatun Masqon, MA. (Wakil Rektor UNIDA Gontor), Muhammad Masruh Ahmad, MA., MBA. (Anggota Badan Wakaf PMDG), Dr. Muhammad Kholid Muslih, MA. (Ketua Program Studi Ilmu Akidah Pasca Sarjana UNIDA Gontor), Syahruddin Sumardi, M.Sc.Fin. (Ketua Program Studi Manajemen Bisnis UNIDA Gontor) melanjutkan lawatannya ke International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) Malaysia. Sesampainya di ISTAC, rombongan disambut oleh Prof. Dr. Torla Haji Hasan (Dekan ISTAC) danTan Sri Prof. Dr. Muhammad Kamal Hasan (Chairman, CENTRIS IIUM).
Dan dalam kunjungan ke ISTAC ini UNIDA ingin bekerja sama dalam menjaga akidah umat melalui gerakan pendidikan dan juga bekerjasama dalam penyusunan kurikulum dan pengembangan SDM guna mendirikan program S-3 di UNIDA yang sedang dipersiapkan proposal pengajuannya. Dan dalam pembahasannya UNIDA bersama ISTAC ingin mengembangkan Pusat Kajian Islamisasi Ilmu.