Home Blog Page 416

PMDG Kembali Kedatangan Tamu Bertaraf Internasional

0
PMDG Kembali Kedatangan Tamu Bertaraf Internasional
Suasana ketika Ir. Jamal Abdul Mun’im memberikan sambutan di Masjid Jami’.

DARUSSALAM–Untuk kesekian kalinya, Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) kembali dikunjungi oleh tamu bertaraf internasional. Tepat pada Selasa lalu (10/2), Ir. Jamal Abdul Mun’im Adduwasary dari Kuwait tiba dan disambut hangat oleh Pimpinan PMDG, K.H. Syamsul Hadi Abdan, K.H. Amal Fathullah Zarkasyi, dan ditemani oleh Direktur Kulliyatu-l Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) K.H. Masyhudi Subari, M.A., dan H. Farid Sulistiyo di Kantor PImpinan.

“Tujuan datangnya Ir. Jamal ke PMDG adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang PMDG,” ujar K.H. Abdullah Baharmus, salah seorang anggota Badan Wakaf yang membawa tamu ini.

Selain bersilaturrahmi ke Pimpinan PMDG, tamu ini juga menyapa seluruh santri PMDG di masjid Jami’ “Setiap orang harus mempunyai cita-cita di masa yang akan datang, karena dengan cita-cita hidup akan mempunyai tujuan dan lebih terarah, tapi ingat apabila kita belum mendapatkan apa yang kita inginkan, maka mintalah pertolongan kepada Allah SWT.” ujar Ir. Jamal diakhir sambutannya. ikami86

VGA (Vocal Group Among Hostel) 2015

0

GONTOR 3 – folksong antar rayon dipondok modern gontor tiga kali ini diselenggarakan pada hari jum’at (13/02/2015) kemarin melatih kreatifitas santri gontor tiga dan melatih kerganisasian khususnya untuk kelas 3 intensif da kelas empat, karena mereka akan menjadi para pengurus di kelas lima kelak. Dan acara folksong tahun inipun dibuka oleh al-ustadz Drs. Haryanto Abdul Jalal, dalam pembukaannya wakil pengasuh pondok modern gontor tiga menenkankan pentingnya kaderisasi suatu bagian, dan pentingnya suatu acara dipondok untuk latihan berorganisasi.

MUI Jatim Bekali Peserta PKU VIII

0
Pembekalan dari MUI Jatim
Pembekalan dari MUI Jatim

SURABAYA–Peserta Program Kaderisasi Ulama (PKU) VIII Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor yang tengah melaksanakan serangkaian workshop di Kota Surabaya berkesempatan mengunjungi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur (Jatim). Silaturahim berlangsung pada hari Jum‘at (13/2) di Kantor Dewan Pimpinan MUI Jatim yang berlokasi di Jalan Dharma Husada Selatan, Surabaya. Dalam kesempatan ini, sebanyak 23 peserta PKU VIII dibekali pengetahuan mendalam tentang MUI dan program-programnya beserta peran dan fungsinya.

Pembekalan sesi pertama tentang MUI disampaikan Sekretaris Umum MUI Jatim, Drs. H. Imam Tabroni, M.M. Dalam penjelasannya, ia menyampaikan pentingnya keberadaan MUI sebagai wadah tempat berkumpulnya para ulama, zu‘ama, dan cendekiawan muslim untuk bermusyawarah atau bertukar pikiran guna menyelesaikan berbagai permasalahan umat.

Lebih lanjut, H. Imam Tabroni mengisahkan sejarah berdirinya MUI. Sebelum lahirnya MUI di Indonesia secara resmi pada tanggal 26 Juli 1975, telah ada lembaga sejenis majelis ulama di beberapa daerah Nusantara. Salah satunya Majelis Ulama (MU) di Jawa Barat yang didirikan pada tanggal 12 Juli 1958. Sekitar tahun 1966 juga berdiri MU di Sumatera Barat yang diketuai Datuk Palimo Kajo. Di Aceh juga ada MU yang dipimpin oleh Datuk Beureuh pada kisaran tahun 1967. Sulawesi Selatan pun membentuk lembaga sejenis pada tahun 1970-an di bawah koordinasi Panglima Militer Sulawesi Selatan.

Tidak hanya di daerah-daerah tersebut, pemerintah pusat pun mendirikan MU, kira-kira pada tahun 1958, untuk mengadakan pembinaan dan pengendalian kegiatan umat Islam. Peran MU Pusat masih sebatas mencari dukungan dari ulama atas langkah dan kebijakan pemerintah. Ketuanya adalah K.H. Fatah Yasin selaku Menteri Penghubung Alim Ulama. Ketika itu, pengurus MU Pusat terdiri dari perwakilan-perwakilan organisasi massa (ormas) dan lembaga-lembaga tertentu, seperti K.H. Wahab Hasbullah yang mewakili Nahdlatul Ulama (NU), Prof. Farid Ma‘ruf mewakili Departemen Agama (Depag), K.H. Idham Chalid sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) atau Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra), dan Aruji Kuta Winata sebagai perwakilan dari parlemen saat itu.

PKU 20“Pada tahun 1975, barulah Presiden Soeharto meminta majelis ulama dibentuk secara nasional, hingga akhirnya MUI berdiri secara resmi pada tanggal 26 Juli 1975,” ungkap H. Imam Tabroni.

Piagam berdirinya MUI pada tahun 1975 tersebut, lanjut H. Imam Tabroni, ditandatangani oleh ketua-ketua dari 26 Majelis Ulama Daerah Tingkat I se-Indonesia yang telah terbentuk sebelum adanya MUI Pusat. Selain itu, piagam bersejarah itu juga dibubuhi tanda tangan dari 10 orang ulama dari beragam organisasi Islam tingkat pusat. Mereka adalah K.H. Moh. Dahlan (NU), Ir. H. Basit Wahid (Muhammadiyah), H. Syafi‘i Wirakusumah (Syarikat Islam), H. Nurhasan Ibnu Hajar (Perti), Anas Tanjung (Al-Washliyah), K.H. Saleh Su‘aidi (Mathla‘ul Anwar), K.H. Qudratullah (Guppi), H. Sukarsono (PTDI), K.H. Hasyim Adnan (DMI), dan H. Zainal Arifin Abbas (Al-Ittihadiyah). Kehadiran mereka dilengkapi empat ulama dari Dinas Rohani Angkatan Darat (AD), Angkatan Udara (AU), Angkatan Laut (AL), dan Polisi Republik Indonesia (Polri), serta 13 orang ulama independen. Selanjutnya, pertemuan para ulama ini ditetapkan sebagai Musyawarah Nasional (Munas) pertama MUI.

Menurut H. Imam Tabroni, secara garis besar, MUI didirikan bertujuan untuk menggerakkan kepemimpinan dan kelembagaan Islam. Sehingga, terwujudlah masyarakat yang berkualitas (khaira ummah) dan negara yang aman, damai, adil, dan makmur secara rohani maupun jasmani serta diridai Allah Swt (baldatun ṭayyibatun wa rabbun ghafūr).

Untuk mencapai tujuan tersebut, MUI berupaya memberikan bimbingan dan tuntunan kepada umat Islam. Selain itu, MUI juga berusaha merumuskan kebijakan penyelenggaraan dakwah Islam, amar ma‘ruf dan nahi munkar. Lebih dari itu, MUI memberikan peringatan, nasihat, dan fatwa terkait masalah keagamaan dan kemasyarakatan dengan bijak kepada pemerintah dan masyarakat. Tidak hanya itu, MUI juga berupaya mewujudkan ukhuwah Islamiyah dan kerukunan antarumat beragama, serta menjadi penghubung antara ulama dan umara’ (‘pemerintah’). Masih banyak lagi program-program MUI yang semuanya dilakukan untuk kepentingan umat.

PKU 19Pada sesi selanjutnya, para peserta PKU VIII dibekali pengetahuan tentang bahaya komunisme dan komunis. Materi ini disampaikan oleh H. A. Rachman Aziz, Ketua MUI Jatim Bidang Informatika dan Komunikasi (Infokom). Menurutnya, hal ini harus disadari para ulama karena banyak orang yang berpikiran bahwa komunisme dan komunis di negeri ini sudah lenyap. Padahal, mereka masih berkeliaran di mana-mana, mencoba menyusupi masyarakat dengan paham menyesatkan itu. Maka, umat harus segera dibentengi dari paham yang membahayakan keimanan tersebut.

Sesi lainnya disampaikan oleh M. Yunus, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jatim. Ia memberikan gambaran kekompakan pergerakan ormas-ormas yang tergabung dalam GUIB di bawah naungan MUI Jatim, terutama dalam menangani berbagai penyimpangan keagamaan dan penyesatan umat Islam di Jatim. Dengan bersatunya puluhan organisasi keagamaan berbasis massa dalam GUIB, berbagai aliran sesat pun dapat ditumpas dengan mudah, termasuk dalam upaya membersihkan daerah-daerah Jatim dari berbagai tempat maksiat.

Pemaparan yang disampaikan MUI Jatim dalam beberapa sesi ini sangat berguna bagi para peserta PKU VIII. Mereka telah mendapatkan peta perjuangan di masyarakat kelak. Permasalahan umat memang semakin kompleks dan tantangan Islam ke depan semakin besar. Islam diserang dari berbagai arah. Karena itulah, kader-kader ulama seperti mereka sangat diharapkan MUI untuk berdiri di barisan paling depan membela Islam dan memperjuangkan agama ini menuju kejayaannya.*elk

Wakili Pesantren, Kiai Hasan Ajak Ulama Introspeksi Keadaan Bangsa

0

YOGYAKARTA–“Indonesia ini negara yang sangat banyak sedekahnya, mungkin menjadi bangsa paling depan masuk surga. Emas disedekahkan, minyak disedekahkan, kayu disedekahkan, TKI pun disedekahkan. Semoga ulama tidak ikut disedekahkan.” Demikian penuturan K.H. Hasan Abdullah Sahal di depan ratusan ulama pada Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) di Ballroom Hotel Inna Garuda, Yogyakarta, Ahad (8/2) malam. Dalam sambutan singkat beliau mewakili pesantren se-Indonesia, Kiai Hasan mengajak hadirin untuk berintrospeksi mengenai keadaan bangsa dewasa ini. Ajakan tersebut disampaikan dengan guyonan khas yang disambut dengan gelak tawa dan tepuk tangan para hadirin.

Tuntutan pelaksanaan reformasi menyulut beberapa persoalan masyarakat dan bangsa. Permasalahan nasional, yang mengarah pada fenomena upaya memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia ini, menarik perhatian seluruh komponen bangsa Indonesia, termasuk umat Islam Indonesia. Sadar akan permasalahan yang kian berbahaya bagi bangsa, Forum Ukhuwah Islamiyah merekomendasikan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk bersama-sama dengan ormas dan lembaga Islam lainnya menyelenggarakan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) Ke-6.

Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. dan K.H. Hasan Abdullah Sahal, ikut berpartisipasi pada kongres yang dilaksanakan selama empat hari,  Ahad–Rabu, 8–11 Februari 2015, di Yogyakarta. Selain mengajak para hadirin untuk berintrospeksi, Kiai Hasan juga mengajak hadirin untuk berpikir mengenai asal-usul ulama dan kuyaha’.

“Di depan saya ini banyak para ulama dan kuyaha’. Kuyaha’ itu jamak dari kata kiai. Saya tidak tahu mana yang lebih dahulu, ulama yang melahirkan kuyaha’ atau kuyaha’ yang melahirkan ulama,” tutur Kiai Hasan di sela-sela sambutan.

Kiai Hasan memberi nasihat kepada peserta sidang Komisi D sebelum sidang dimulai
Kiai Hasan memberi nasihat kepada peserta Sidang Komisi D sebelum sidang dimulai.

Pada rentetan acara KUII, K.H. Hasan Abdullah Sahal mendapat amanat untuk menjadi Wakil Ketua Sidang Komisi D, mendampingi K.H. Slamet Effendy Yusuf, M.Si. selaku Ketua Sidang. Komisi D membahas tentang perumusan rekomendasi KUII ke-6 dan melahirkan deklarasi yang disebut dengan “Risalah Yogyakarta”. Deklarasi ini merupakan bentuk umum dari rekomendasi-rekomendasi Komisi A (Komisi Penguatan Peran Politik Umat Islam), Komisi B (Komisi Penguatan Peran Ekonomi Umat Islam), dan Komisi C (Komisi Penguatan Peran Sosial Budaya Umat Islam).

Bertemakan “Penguatan Peran Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya Umat Islam untuk Indonesia yang Berkeadilan dan Berperadaban”, kongres ini dibuka oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, H. M. Yusuf Kalla pada Senin (9/2) pagi, di Keraton Yogyakarta dan ditutup oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo pada Rabu (11/2) pagi. farouq

PKU VIII Hadir di ITS dan Unair Surabaya

0
Presentasi PKU VIII di Unair Surabaya
Presentasi PKU VIII di Unair Surabaya

SURABAYA–Pada Kamis (12/2) pagi, Program Kaderisasi Ulama (PKU) VIII Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor melanjutkan wokshop di dua tempat berbeda. Secara bersamaan, sebagian peserta PKU VIII hadir di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) dan sebagian lagi berangkat ke Universitas Airlangga (Unair). Mereka mendapatkan kesempatan menggelar workshop di kedua perguruan tinggi ternama di Kota Surabaya tersebut.

Di kampus ITS, acara berlangsung di Gedung Student Communication Centre (SCC), dihadiri sekitar 50-an mahasiswa dan mahasiswi. Ada tiga pembahasan yang disampaikan para peserta PKU VIII di hadapan para peserta workshop. Salah satunya tentang “Relasi Islam dan Negara: Wacana Keislaman dan Keindonesiaan” oleh Cecep Supriadi. Tema ini mendapatkan respon positif dari para mahasiswa dan mahasiswi. Hampir seluruh pertanyaan pada sesi diskusi ditujukan kepada Cecep Supriadi. Memang, pembahasannya sangat sesuai dengan tingkat keilmuan mereka yang hadir di ruangan tersebut.

Tema lainnya berkaitan dengan permasalahan hadis yang disampaikan oleh Qaem Aulassyahied. Judulnya adalah “Kritik Konsep Sunah Muhammad Syahrur”. Tampaknya, isu ini sangat asing di telinga para peserta workshop. Banyak hal-hal yang baru mereka dengar setelah diulas pembicara. Mereka tertegun mengetahui kenyataan bahwa ada seorang pemikir muslim yang memiliki konsep sunah atau hadis di luar ketentuan para ulama hadis yang otoritatif. Sedangkan Syamsi Wal Qamar, pembicara ketiga, membahas tentang “Kritik Makna Islam Perspektif Orientalis dan Liberal”.

Sementara di Unair, pembicara yang dihadirkan dari PKU VIII sebanyak empat orang. Dua orang di antaranya berbicara mengenai pendidikan. Saiful Anwar menyampaikan “Problem Pendidikan Keluarga Berwawasan Gender (PKBG)” dan Ahmad Rifa‘i membahas tema pendidikan berjudul “Pendidikan Karakter dan Pendidikan Akhlak”. Pembicara lainnya, M. Faqih Nidzom, mengupas panjang lebar tentang “Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Islam dan Problem Keilmuan Barat”. Sedangkan Ahmad Fauzan menyampaikan pembahasan berjudul “Teks Al-Qur’an dalam Pandangan Nasr Hamid Abu Zaid”.*elk

Drama Contest Tanamkan Cinta Berbahasa di Gontor Putri 3

0

KARANGBANYU – Jum’at, 6 Februari 2015/17 Rabi’ul Tsani 1436, suara gong yang nyaring menjadi pertanda dibukanya acara Drama Contest Among Hostel oleh Wakil Direktur KMI Gontor Putri 3, Ustadz Muhammad Abdullah Bajuri, Lc setelah pidato singkat mengenai pentingnya berbahasa disertai dengan pelepasan peserta lomba Festival Sitti-l-Kull. Acara yang diselenggarakan oleh bagian Bahasa ini bertujuan untuk menanamkan rasa cinta berbahasa bagi para santri yang diaplikasikan dengan drama dari maskan sighar hingga maskan kibar. Acara yang berlangsung dari jam 08.00 pagi hingga 12.00 ini berlangsung meriah dengan antusiasme dari para santri karena kreativitas mereka dalam berbahasa dan pengaplikasiannya dalam drama.

Penampilan salah satu peserta Drama Contest di Gontor Putri 3.
Penampilan salah satu peserta Drama Contest di Gontor Putri 3.

Adapun penjurian dinilai dari segi bahasa, busana, prolog dan akting. Dan sebagai pemenang kategori best language diraih oleh Thaif A, best costum oleh Thaif A, best prolog oleh Andalusia B, sebagai best actris oleh Oriza Safira kelas 3 dari Ghaza B, dan juara umum kali ini diraih oleh Thaif A.rika

Semangat “Man Jadda Wa Jada!” Sebagai Filsafat Hidup

0

MANTINGAN-Berawal dari perjumpaan bapak Wakil Pengasuh dengan kawan lamanya dan keinginan beliau yang ingin berkunjung ke Gontor Putri 2, maka diadakanlah Seminar Motivasi Man Jadda Wa Jada dengan pembicara yang merupakan kawan satu angkatan Al- Ustadz Suwarno T. M, S. Ag, alumni Gontor tahun 1991.

            Tepat pukul 20.30 pada Selasa 10/2, Seminar Motivasi “Man Jadda Wa Jada” pun dimulai. Acara dibuka dengan kesemangatan luar biasa sang motivator, Al-Ustadz Akbar Zainuddin, MM lengkap dengan curriculum vitae miliknya serta foto perjalanan beliau mengarungi 31 provinsi di nusantara. Penulis buku “Man Jadda Wa Jada” yang telah naik cetak sebanyak 12 kali dan 45.000 eksemplar ini mengatakan “Saya bisa sukses seperti sekarang ini karena meresapi dan mengamalkan satu mahfudzot saja, apa lagi jika kalian mampu menghafal banyak mahfudzot dan mengamalkannya maka kalian pasti akan menjadi seseorang yang luar biasa di masa mendatang”.

            Beliau banyak menyampaikan pesan untuk selalu berfikir positif dalam mengarungi hidup walau terasa amat sulit, dengan berpegang pada 2 kunci kebahagiaan. Pertama, selalu tersenyum walau cobaan menghampiri lalu yang kedua selalu bersyukur atas apa yang dianugerahkanNya dan percaya bahwa setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan. Beliau juga menghimbau para siswi untuk menghindari sikap-sikap negatif seperti mengeluh dan malas yang akan mematikan potensi diri.

            Acara yang berlangsung 2 jam 30 menit ini disampaikan dengan amat menarik, dilengkapi berbagai foto yang sarat akan makna dan video-video yang menggugah hati. Pada klimaksnya, beliau mengajak seluruh siswi untuk merenung bersama akan seluruh waktu yang terbuang sia-sia dan jasa orang tua yang kadang terlupakan. Tak dapat dielakkan, air mata haru pun mengalir deras dari masing-masing peserta seraya sadar akan segala kesalahan dan kesia-siaan selama ini.

            Acara ditutup dengan penyerahan kenang-kenangan kepada Al-Ustadz Akbar Zainuddin oleh Al-Ustadz Oemar Ardi Budi Laksana, S. Pd. I dan diakhiri dengan ramainya pembelian buku “Man Jadda Wa Jada For Teen” dan “Ketika Sukses berawal dari Pesantren” karya beliau yang terbaru oleh para santriwati yang ditandatangani langsung oleh Al-Ustadz Akbar Zainuddin selaku penulis buku.

Sebagai pesan intinya, beliau mewasiatkan untuk menjadikan kalimat sakti “Man Jadda Wa Jada” sebagai filsafat hidup masing-masing siswi, karena di dalamnya terkandung kesungguhan serta keinginan kuat untuk terus maju. Sehingga, ia bukan hanya sebagai materi hafalan yang akan hilang setelah tidak dipelajari lagi tetapi menjadi filsafat hidup yang akan terus diamalkan. Jangan pernah lelah tuk bercita-cita karena dengan semangat Man Jadda Wa Jada pasti kita semua akan bisa meraihnya.Allahumma Amiin. Amee

Ciptakan Pembina berkualitas dengan PPL

0

Gontor 2-Praktek pengayaan lapangan atau yang biasa disebut PPL, adalah salah satu kegiatan rutin bagi santri kelas 3 intensif dan 4. kegiatan tersebut merupakan syarat bagi mereka agar bisa menjadi Pembina ketika  duduk di kelas 5 nantinya. Selain meningkatkan kreatifitas santri, PPL juga bertujuan mendidik karakter santri untuk bekerja keras, dan berkorban. Jika pada tahun sebelumnya PPL hanya sebatas kreasi dan seni, tahun ini staf pembimbing coordinator harian (MABIKORI) menambahkan satu kategori baru, yaitu memasak.

Sesi pertanyaan saat PPL berlangsung
Sesi pertanyaan saat PPL berlangsung

sebelum mereka menampilkan karyanya di depan para adika pada hari kamis, mereka harus membuat persiapan secara tertulis dan mengajukannya ke beberapa pembimbing. Kamis (05/02), sejumlah 12 peserta PPL perdana mempresentasikan karya mereka di hadapan para adika. Kegiatan tersebut akan berlanjut hingga 3 pekan berikutnya.

 Majelis pembimbing gugus depan (MABIGUS) selaku dewan juri berhak untuk menentukan apakah anak yang melakukan praktek tadi lulus atau tidak. Kategori kelulusannya meliputi cara penyampaian dan hasil karya yang ditampilkan. Bagi para calon Pembina yang belum lulus akan mengulangnya di pekan selanjutnya.

Salah satu contoh hasil karya PPL
Salah satu contoh hasil karya PPL

 Diharapkan dari adanya kegiatan ini, tahun depan akan tercipta para Pembina yang kreatif dan inovatif sehingga mampu mewarnai kegiatan pramuka di Gontor 2 ini.

PKU VIII Berkunjung ke Bina Qalam

0
Silaturahim dengan Bina Qalam
Silaturahim dengan Bina Qalam

SURABAYA–Pada hari kedua di Surabaya, peserta Program Kaderisasi Ulama (PKU) VIII Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor mendapat undangan dari Yayasan Bina Qalam Indonesia, Rabu (11/2) pagi. Kunjungan di sela-sela kegiatan workshop ini bertujuan mengenal lebih jauh program-program kepenulisan yang dikembangkan Bina Qalam. Di samping itu, PKU UNIDA Gontor dan Yayasan Bina Qalam memiliki keterikatan karena sama-sama menjalin relasi dengan Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya.

Rombongan disambut Ketua Yayasan Bina Qalam Indonesia, Oki Aryono, di Kantor Bina Qalam yang berlokasi di Jalan Bengawan, Surabaya. Para peserta PKU VIII diberi penjelasan mengenai lembaga yang bergerak mencari, melatih, dan mengader penulis-penulis muda itu. Setelah melalui beragam pelatihan, mereka akan diorbitkan sebagai penulis hebat berbakat dan tergabung dalam Lembaga Manajemen Penulis Indonesia (MPI) yang dikelola Yayasan Bina Qalam Indonesia.

Oki Aryono mengaku, pihaknya membutuhkan kontribusi peserta PKU untuk merealisasikan tujuan Bina Qalam mengubah dunia dengan pena. Sebagaimana diketahui, PKU secara intensif telah membekali kader-kader terbaik umat dengan berbagai bidang keilmuan. Lebih penting lagi, mereka telah dilatih menulis selama enam bulan dan sudah mampu berdakwah melalui tulisan. Hal ini sangat memudahkan Bina Qalam dalam memenuhi kebutuhan tulisan dari berbagai jaringan media partner.

“Sampai saat ini, selama setahun Bina Qalam berdiri, kami masih kekurangan penulis-penulis muda berbakat dari kalangan muslim, sedangkan berbagai media yang bekerja sama dengan kami sangat membutuhkan tulisan-tulisan berkualitas mengenai wacana-wacana kontemporer, terutama tentang keislaman dan isu-isunya,” kata Oki kepada peserta PKU VIII UNIDA Gontor.

Bina Qalam membuka pintu seluas-luasnya bagi peserta PKU untuk bergabung menjadi penulis di MPI. Sehingga, ilmu mereka terus berkembang dan bermanfaat bagi umat. “Dalam sebuah kesempatan, Ustadz Hamid pernah menyampaikan bahwa seorang ilmuwan itu jangan sampai tenggelam oleh ilmunya sendiri karena ia tidak pernah menulis,” ungkap Oki Aryono menyampaikan pesan Dr. H. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.Ed., M.Phil. kepada 23 peserta PKU di hadapannya.*elk

Lebih Dekat Mengenal Agronomi Lewat Garden Course

0
Para tutor dari Staff Dosen Agroteknologi UNIDA Gontor memberikan materi pelatihan
Para tutor dari Staff Dosen Agroteknologi UNIDA Gontor memberikan materi pelatihan

Mantingan – Dengan majunya zaman serta semakin pesatnya kemajuan teknologi dalam berbagai hal termasuk pertamanan, maka Bagian Pertamanan Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) bermaksud mengadakan “Garden Course”. Sebagai salah satu program untuk menyalurkan bakat santriwati dalam hal cinta tanaman serta meningkatkan potensi mereka untuk memajukan pertamanan yang tak hanya berkiprah dikalangan pondok, dan mampu memberikan informasi dan pengetahuan tentang pertamanan dan meningkatkan daya fikir ilmiah bagi santriwati Darussalam.

Maka dibawah ustadzah pembimbing Bagian Pertamanan, acara ini diselenggarakan pada Senin (9/2) dengan Panitia dari siswi kelas 6 Bagian Pertamanan OPPM yang dibantu staff bagian dari 10 siswi kelas 4 dan 3 int. adapun bentuk kegiatan adalah pelatihan dalam menanam tanaman dengan teori hidroponik dan pengenalan budidaya tanaman hias secara sistematis. Para peserta yang berjumlah 300 santriwati dari kelas 1-6 diajak oleh tim dosen pertanian dari Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor dalam praktek menanam, mencangkok dan menyetek dengan

Inilah Tanaman Hidrogel hasil karya anak-anak
Inilah Tanaman Hidrogel hasil karya anak-anak

media yang telah disediakan.

Malam hari, dilanjutkan dengan penyampaian teori tentang sistem penanaman hidroponik, hidrogel dan terrarium oleh Al-Ustadzah Alfu Laila, Sp. M.Sc, salah satu dosen pertanian UNIDA Gontor. Masing-masing peserta diberi gelas kecil, untuk diisi dengan media hidrogel dan terrarium sesuai dengan selera mereka. Acara ini tampak dipenuhi dengan rasa antusias mereka yang membuncah, ditambah dengan praktek tanaman hias yang hasilnya dapat mereka bawa pulang. Dari kegiatan ini para santriwati diharap timbulnya motivasi baru dalam diri dalam memperluas pengetahuan mereka di studi agroteknologi, sehinggan dapat berperan di masyarakat tanpa melupakan misi dakwah. carienz