Home Blog Page 484

Lacak Jejak Leluhur, Keluarga PMDG Kunjungi Keraton Kesultanan Kasepuhan Cirebon

0

Lacak Jejak Leluhur ICIREBON – Di sela-sela Liburan Pertengahan Tahun, keluarga besar Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) berjumlah 500 orang lebih mengunjungi Kesultanan Kasepuhan Cirebon. Acara kunjungan yang terangkum dalam silaturrahim dua keluarga besar ini adalah salah satu rentetan acara Silaturrahim dan Wisata Keluarga Besar PMDG di Cirebon. Acara dilaksanakan pada Rabu (15/1/2014). Selain silaturrahim, keluarga besar PMDG juga menyempatkan diri mengunjungi situs-situs purbakala di Kesultanan Kasepuhan Cirebon, seperti; Masjid Agung Sang Cipta Rasa (Masjid Agung Kesultanan Cirebon), Museum Benda Kuno, dan Situs Otentik Keraton Peninggalan Sunan Gunung Jati.

Rombongan disambut meriah oleh Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat (Sultan Sepuh XIV). Sebagai ungkapan rasa terima kasih dan ucapan selamat datang, Keraton menampilkan Tari Topeng khas kota Cirebon. Tarian ini memiliki kedudukan sangat penting dalam kehidupan masyarakat kota Cirebon. Sampai saat ini, tarian tersebut tak lekang zaman. Turut hadir dalam silaturrahim ini, Bapak Pimpinan PMDG, K.H. Hasan Abdullah Sahal dan K.H. Syamsul Hadi Abdan, Direktur KMI, K.H. Masyhudi Subari, M.A., Ketua IKPM Pusat, Drs. K.H. Akrim Mariyat, Dipl. A. Ed., Ketua YPPWPM, K.H. Imam Sobari, S.Ag., dan Wakil Pengasuh Pondok Modern Gontor Putri 1, Dr. K.H. Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, M.A.

Lacak Jejak Leluhur IIIDalam sambutannya P.R.A. Arief Natadiningrat menyampaikan, ”Keraton telah berdiri sejak abad ke 15, tepatnya pada zaman Sunan Gunung Jati (Syekh Syarief Hidayatullah), beliau adalah sultan pertama. Peran beliau amatlah besar dan multi fungsi, selain menjadi sultan beliau juga salah satu ulama atau Waliyullah yang terkenal dengan sebutan Walisongo di tanah Jawa. Sampai saat ini, peran sentral Keraton menyebarkan agama Islam selalu digalakkan, karena Cirebon merupakan salah satu pusat perkembangan peradaban Islam di masa lampau dan sekarang”. Beliau menegaskan kembali, “Kami dan Keluarga Gontor adalah satu nenek moyang. Kenyataannya, bahwa Trimurti pendiri PMDG memiliki hubungan silsilah keturunan dengan Sultan Kasepuhan Cirebon. Para leluhur menyebarkan risalah Islam ke banyak daerah di Jawa Barat, Tengah dan Timur. Salah satunya di Tegalsari dan Gontor, Ponorogo”. Ucapnya sebelum mengakhiri sambutan.

K.H. Hasan Abdullah Sahal berdiri mewakili rombongan keluarga besar PMDG memberikan sambutan, “Kami amat terharu dengan pertemuan dua keluarga besar ini. Saya tidak bisa berbicara banyak dalam sambutan ini. Gontor eksis mengestafetkan nilai-nilai keislaman, karena Pesantren adalah sentral penyebaran Islam dari dulu hingga kini. Begitu pula halnya dengan Keraton Cirebon, keberadaanya selama 6 abad terakhir eksis menyebarkan risalah Islam dan menjadi penopang nilai-nilai keislaman di bumi Sunan Gunung Jati, Cirebon. ” Jelas beliau mengakhiri sambutan ditengah para hadirin.

K.H. Hasan Abdullah Sahal mengapresiasikan pertunjukan Shalawat yang dibungkus dengan alunan musik Gamelan khas Keraton, “ini sangat otentik, musik ini betul-betul tradisional. Tanpa Komputer, sound system, gitar listrik dan lainnya.”

Lacak Jejak Leluhur II
Bapak Pimpinan PMDG dan Ketua-Ketua Lembaga berpose bersama P.R.A. Arief Natadiningrat (Sultan Sepuh XIV) di dalam aula Keraton Kesultanan Kasepuhan Cirebon

Terpilihnya Cirebon sebagai tempat tujuan acara, karena di sini terdapat nilai-nilai sejarah yang bisa dilacak. Di samping itu, Cirebon juga merupakan salah satu pusat perkembangan peradaban Islam di masa lampau. Tidak hanya itu, kenyataan bahwa Trimurti pendiri PMDG memiliki hubungan silsilah keturunan dengan Sultan Kasepuhan Cirebon memperkuat alasan dipilihnya Cirebon sebagai tempat tujuan acara ini sekaligus mempererat ikatan keluarga PMDG dengan Keraton Kesultanan Kasepuhan Cirebon.

Sebelum acara berakhir, Keraton menampilkan satu tarian yang tidak kalah menarik dari Tari Topeng, yakni Tari Panji khas Cirebon. Para hadiri bersorak dan bertepuk tangan usai penampilan apik dari sang penari. elfah

 

 

Tanamkan Jiwa dan Falsafah, Gontor Senantiasa Estafetkan Nilai-Nilai Kepondokmodernan

0
DSC_0502
Bapak Pimpinan Pondok menyampaikan pesan dan nasihat di hadapan Keluarga Besar PMDG di Ball Room Hotel Aston, Cirebon

Acara Silaturrahim dan Wisata Keluarga Besar Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) telah selesai. Berlangsung selama 5 hari, Ahad–Kamis (12–16/1). Dari berbagai rentetan yang ada, Silaturrahim Keluarga Besar PMDG dengan Keluarga Besar  IKPM Cabang Cirebon adalah penutupnya.

Selaku Bapak Pimpinan PMDG, K.H. Hasan Abdullah Sahal dan K.H. Syamsul Hadi Abdan, selalu mengayomi kader-kader PMDG yang ikut serta dalam acara ini. Kurang lebih berjumlah 500 orang kader beserta keluarga. Transformasi nilai-nilai, jiwa, dan falsafah selalu digalakkan demi terjaganya wasiat Trimurti PMDG kala penyerahan Piagam Wakaf PMDG tahun 1958.

Dalam hal ini, K.H. Hasan Abdullah Sahal banyak memberikan pesan dan nasihat moril dalam acara pertemuan Keluarga Besar PMDG di Ball Room Hotel Aston. tepatnya pada Selasa 14 Januari 2014. Beberapa pesan dan nasihat belaiu adalah sebagai berikut:

  • Selalu tidak lupa dan  bosan kami ingatkan, ini adalah pendidikan. Perjalanan tour keluarga ini termasuk dalam pendidikan Gontor. Pendidikan itu tidak akan pernah berhenti, dunia ini selalu mendidik kita. Pemimpin mendidik yang dipimpin. Yang dipimpin harus percaya sepenuh hati kepada pemimpinnya. Maka kegiatan ini adalah termasuk pendidikan.
  • Pada kesempatan emas kali ini, alangkah amat bodohnya kalau saya tidak menyampaikan nilai-nilai ondokmodernan.
  • Dalam pidato saya ini, apabila mungkin banyak pengulangan-pengulangan, maka itu adalah penekanan. Dan apabila banyak hal-hal yang baru, maka itu adalah pengetahuan baru sekaligus menambah wawasan. Maka janxgan sekali-kali merasa pintar, merasa lebih, merasa cukup (istigna’), melampaui batas. “inna al-insaana layatgha, an raahus tagsna
  • Ketahuilah apa yang kamu lihat, alami, rasakan, dengar adalah pendidikan. Dari mulainya kita semua naik bis, buka pintu, masuk hotel, cara beramah tamah di hotel, tataa cara naik lift. Semuanya itu adalah pengetahuan. Dari hal-hal kecil itu pendidikan kita dapat.
  • Keluarga besar Gontor Pusat dan Cabang bisa bergabung menjalin adalah karena kebersamaan. Dengan ini kita membangun kebersamaan yang itu merupakan nilai Gontor sejak berdirinya.
  • Harus selalu mengingat kata-kata pendiri (TrimurtiPondok) “ya Allah kalaulah pondok  ini tidak bermanfaat bagi ummat Islam, maka matikanlah saja.” Estafet itu pasti. Sudah kepaastian. Hukum Allah dan hukum alam.
  • Andai kata bapak-bapak meninggal, dan bapak adalah orang kaya. Kira-kira anak-anak bapak akan eksis beramal saleh atau malah mendekati kepada maksiat? Sama halnya dengan Rasulullah SAW, beliau khawatir dan takut andai ummatnya dengan banyaknya harta kekayaan, akan cenderung mendekati kepada maksiat. Beliau tidak memiliki anak yang memiliki umur panjang, kecuali Fatimah az-Zahra. Beliau tidaklah  mewariskan dinar ataupun dirham. “La dinaaran wala dirhaman” . Tetapi beliau mewariskan hikmah, nilai-nilai keislaman kepada anak-anaknya, para sahabat-sahabatnya sampai kemudian diteruskan kepada para sahabat lain dan tabi’in. Inilah yang kami jadikan sebagai paatokan untuk tidak bosan-bosannya mentransferkan nilai-nilai keislaman dan kepondokmodernan kepada kader-kader kami.
  • Yang menjadikan kita rukun adalah jiwa, bukan kesejahteraan. Kesejahteraan tidak membawa kerukunan, tetapi kerukunan membawa sejahtera/kesejateraan. Allah itu “ qaddara fahada”. Memberilah, maka kamu akan mendapat. “kalau kamu memperjuangkan sesuatu untuk orang banyak, kamu akan mendapat bagian. Tetapi, kalau kamu memperjuangkan sesuatu itu untuk pribadimu saja, masyarakat belum tentu mendapat.” Termasuk dalam golongan manakah kita?? elfah

Ditulis dan diedit ulang oleh Sekretaris Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor. Kamis, 16 Januari 2014. Hotel Aston, Cirebon.

Bangun Integritas, PMDG Gelar Silaturahim dan Wisata Keluarga di Cirebon

0
Family gathering dan pengarahan dari Pimpinan Pondok di Ballroom Hotel Aston
Family gathering dan pengarahan dari Pimpinan Pondok di Ballroom Hotel Aston

CIREBON–Seiring dengan perkembangan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) yang usianya kini mencapai 88 tahun, sejak berdirinya pada tahun 1926 silam, kader-kader PMDG yang menjadi penerus cita-cita Trimurti pun semakin bertambah. Hingga saat ini, ratusan keluarga kader PMDG yang akan memperjuangkan dan mempertahankan nilai-nilai pondok warisan Trimurti tersebar di Gontor Pusat dan cabang-cabangnya. Seluruh anggota keluarga kader-kader PMDG tersebut mencapai 500 orang lebih.

Sementara itu, dengan segala aktivitas dan program yang dicanangkannya, PMDG bergerak dinamis mendidik puluhan ribu santri yang datang dari segala penjuru Indonesia hingga dunia. Tentunya, kenyataan ini menuntut para kader PMDG untuk berpartisipasi bahu-membahu menjalankan program-program yang telah digariskan Pimpinan PMDG, yang terangkum dalam Panca Jangka: Pendidikan dan Pengajaran, Kaderisasi, Pergedungan, Khizanatullah (‘Perbendaharaan’), dan Kesejahteraan Keluarga.

Sehingga, PMDG benar-benar menjadi lahan perjuangan bagi segenap kader pondok dengan memaksimalkan peran dan fungsi masing-masing. Di PMDG, mereka hidup untuk berjuang dan memperjuangkan kelangsungan pondok dengan nilai-nilainya yang telah ditanamkan Trimurti, sesuai dengan filsafat perjuangan di Gontor, “berjasalah, tapi jangan minta jasa”. Hingga mereka rela dengan segenap hati mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, harta, sampai nyawa sekalipun untuk kemajuan pondok tercinta. Hal inilah yang harus dipahami dan dijalankan oleh setiap kader PMDG dan segenap anggota keluarganya, agar pondok terus berkembang dengan tetap mempertahankan nilai-nilai yang telah diwariskan para pendiri PMDG. Ibarat kereta api, walaupun masinisnya berganti-ganti, namun rel-rel yang menjadi lintasannya tidak boleh berubah.

Perkembangan pondok yang terus menanjak, diiringi dengan bertambahnya jumlah anggota keluarga kader PMDG, menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi Gontor dalam upaya membangun integritas para kader terhadap nilai-nilai dan sistem, jiwa dan filsafat hidup, idealisme, dan cita-cita pondok. Dengan terwujudnya integritas ini, keluarga besar PMDG akan selalu menjaga konsistensi perjuangan di atas nilai-nilai yang sudah ditetapkan Trimurti. Dengan adanya integritas ini pulalah, pondok benar-benar akan menjulang tinggi dan berdiri kokoh di atas pondasi yang telah ditancapkan.

Adapun salah satu upaya PMDG untuk membangun dan memperkuat integritas tersebut adalah dengan membangun kebersamaan di antara para kader. Kebersamaan yang kuat disertai dengan penghayatan nilai-nilai pondok akan menumbuhkan kesamaan tekad dalam berjuang. Salah satu cara pondok untuk membangun kebersamaan ini adalah melalui kegiatan keluarga bertajuk “Silaturahim dan Wisata Keluarga Besar Pondok Modern Darussalam Gontor”. Program tahunan ini dilaksanakan pada liburan pertengahan tahun berbentuk kegiatan wisata ke tempat-tempat tertentu yang disetujui Pimpinan PMDG.

Untuk tahun ini, kegiatan yang bertemakan “Dengan Bersilaturahim, Kita Bangun Integritas Kita Terhadap Nilai-Nilai Pondok” ini  dilaksanakan di Cirebon, Jawa Barat, berpusat di Hotel Aston. Terpilihnya Cirebon sebagai tempat tujuan acara karena di sini terdapat nilai-nilai sejarah yang bisa dilacak. Di samping itu, Cirebon juga merupakan salah satu pusat perkembangan peradaban Islam di masa lampau. Tidak hanya itu, kenyataan bahwa Trimurti pendiri PMDG memiliki hubungan silsilah keturunan dengan Sultan Kasepuhan Cirebon memperkuat alasan dipilihnya Cirebon sebagai tempat tujuan acara ini sekaligus mempererat ikatan keluarga PMDG dengan Kasepuhan Cirebon.

Acara berlangsung selama lima hari, Ahad–Kamis, 12–16 Januari 2014. Selain kegiatan wisata, berbagai acara keluarga pun dikemas dengan apik dan menarik. Panitia yang diketuai Ustadz Drs. H. Rif‘at Husnul Ma‘afi, M.Ag. bersama Ustadz Ahmad Saifullah, M.Pd. dan Ustadz Nur Hadi, S.H.I. mengadakan acara family gathering dan pentas seni anak-anak di Ballroom Hotel Aston pada Senin (13/1) malam. Pada Selasa (14/1) pagi, rombongan yang terdiri dari Pimpinan Pondok dan beberapa ketua lembaga beserta sejumlah guru senior mengunjungi Pondok Pesantren Modern “Al-Ikhlas” Kuningan yang dipimpin Ustadz H. Tata Taufik, M.A., setelah melihat-lihat museum Perjanjian Linggarjati. Sementara itu, rombongan yang terdiri dari keluarga kader beserta putra-putri mereka berwisata ke Sangkan Aqua Park Kuningan. Panitia juga menggelar aneka ragam perlombaan bagi anak-anak pada sore harinya, serta pertandingan futsal dan bulu tangkis antara Tim PMDG dan Tim Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) Cabang Cirebon. Pada malam harinya, family gathering kembali diadakan di Ballroom Hotel Aston sekaligus mendengarkan berbagai arahan dan nasihat dari Pimpinan Pondok, K.H. Hasan Abdullah Sahal dan K.H. Syamsul Hadi Abdan.

Keesokan harinya, Rabu (15/1) pagi, rombongan berwisata ke Gua Sunyaragi sebelum ber-silaturahim dengan Sultan Kasepuhan Cirebon pada siang harinya. Pada malam hari, panitia mengagendakan acara silaturahim antara Keluarga Besar PMDG dan IKPM Cabang Cirebon di Ballroom Hotel Aston. Acara silaturahim tersebut merupakan agenda resmi terakhir yang diadakan panitia sebelum kembali ke Gontor mulai Kamis (16/1) pagi. shah wa

Pesan dan Nasihat dari Pimpinan PMDG Menjelang Liburan

0
Pimpinan PMDG tengah menyampaikan wejangannya di depan seluruh santri.
Pimpinan PMDG tengah menyampaikan wejangannya di depan seluruh santri.

Merupakan sebuah sunah bagi setiap lembaga pendidikan untuk menyelenggarakan liburan pada tiap jenjang belajarnya. Hal ini dimaksudkan agar para siswa/i memiliki sejenak waktu untuk rehat dan menyegarkan kembali pikiran mereka, serta memperbaharui niat dalam menuntut ilmu dan pendidikan sebagai bekal untuk masa depan kelak.

Pada Jum’at (10/1), Pimpinan PMDG menyampaikan beberapa wejangan untuk santri-santrinya menjelang liburan pertengahan tahun di Balai Pendidikan Pondok Modern (BPPM). Di depan seluruh santrinya, K.H. Hasan Abdullah Sahal menjelaskan akan hakikat makna dari kegiatan yang secara rutin telah diselenggarakan di PMDG.

“Liburan bukan untuk hambur-hamburan, seperti burung yang keluar dari sangkarnya,” ucap K.H. Hasan Abdullah Sahal saat menyampaikan pidatonya di depan para santri. Hal ini disampaikan agar mereka mampu membatasi diri dari segala keadaan di luar Pondok yang sungguh berbeda dengan keadaan yang ada di dalam Pondok. Seperti halnya pelarangan barang elektronik di dalam Pondok, yang menjadi hal lumrah dilakukan ketika mereka sedang menjalankan liburan.

Begitu pula K.H. Syamsul Hadi Abdan, dengan tegas beliau memperingatkan, “Jangan mbruah, karena liburan itu sebagai kesempatan kalian untuk mengamalkan kepada masyarakat apa yang telah didapat di PMDG ini!” Sehingga, liburan mereka menjadi lebih bermanfaat bagi agama, nusa, dan bangsa.

Dengan adanya pesan dan nasihat oleh Pimpinan PMDG ini, diharapkan para santri mampu meluruskan niat dalam menjalankan liburan ini, serta kesadaran mereka akan tanggung jawab yang diemban dalam menjaga nama baik Gontor ini. sazza

K.H. Hasan Abdullah Sahal: Meski Minoritas, Kita Tak Boleh Gentar

0
K.H. Hasan Abdullah Sahal
K.H. Syamsul Hadi Abdan bersama K.H. Hasan Abdullah Sahal pada suatu munasabah

Kini, pertumbuhan pondok pesantren di Indonesia sangat pesat. Hampir di setiap daerah di pelosok negeri, menjamur pondok-pondok pesantren dengan berbagai corak, entah modern, salafi, tahfidz, ilmu Qur’an, Hadits, hingga beberapa pondok yang fokus terhadap ilmu umum. Menurut Dr. K.H. Amal Fathullah Zarkasyi, M.A., Pembantu Rektor I Institut Studi Islam Darussalam (ISID), jumlah pondok pesantren di Indonesia saat ini mencapai kurang lebih 30 ribu pondok, tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Meski tersebar, jumlah ini masih terkonsentrasi pada sejumlah daerah mayoritas Muslim.

Meski demikian, jika jumlah santri dipukul rata dengan 1.000 orang per pondok, maka jumlah ‘orang pesantren’ di Indonesia ini mencapai 30 juta orang. Satu jumlah yang fantastis. Namun faktanya, jumlah tersebut masih jauh dari jumlah masyarakat penduduk Indonesia.

Inilah yang dimaksudkan oleh K.H. Hasan Abdullah Sahal. Kita ini, ‘orang pesantren’, istilah yang digunakan untuk menggambarkan para santri, guru, staf hingga kiai yang bergelut di dunia pesantren, masih kalah dengan jumlah penduduk Indonesia yang dewasa ini mencapai 250 juta jiwa. Sehingga ‘orang pesantren’ bisa dikatakan minoritas.

Namun, K.H. Hasan Abdullah Sahal mengingatkan, bahwa kita tidak boleh sekali-kali gentar meskipun minoritas. Karena, insya Allah, kita berjuang di jalan yang benar. Jalan yang diridhai oleh Allah. Jalan yang dapat merekatkan, mempersatukan, bahkan merapatkan barisan umat Muslim bangsa ini, bahkan umat Muslim dunia. Sehingga tidak tergerus oleh ombak penjajahan ‘tak nampak’ pada zaman ini.

Ini mengingatkan kepada kita tentang hadits Rasulullah SAW tentang keberadaan Islam pada masa Jahiliyah, di mana Islam berada dalam keterasingan, di tengah gelombang kebodohan yang merajalela di Makkah. Rasulullah SAW bersabda, “Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (H.R. Muslim). binhadjid

K.H. Hasan Abdullah Sahal: “Jiddiyyah”, Itu yang Harus Kita Pertahankan

0
Pembukaan Ujian Tulis Awal Tahun, Sabtu (28/12/2013) pagi di depan BPPM.
Pembukaan Ujian Tulis Pertengahan Tahun, Sabtu (28/12/2013) pagi di depan BPPM

GONTOR – “Jiddiyyah, kita harus pertahankan itu. Saya senang melihat anak-anak belajar dengan jiddiyyah tadi malam. Pagi ini, siswa kelas 6 dan guru-guru mengawas dengan jiddiyyah. Panitia Ujian hingga Direktur KMI mengontrol dengan jiddiyyah,” tutur K.H. Hasan Abdullah Sahal di depan para siswa dan guru KMI pada Pembukaan Ujian Tulis Pertengahan Tahun 1434-1435 di Pondok Modern Darussalam Gontor Pusat, Sabtu (28/12/2013) pagi.

Selain itu, beliau juga mengingatkan kepada ribuan santrinya, bahwasanya menyontek atau berbuat curang dalam ujian itu hukumnya haram. Di Gontor, hal tersebut adalah bid’ah, namun di sekolah-sekolah luar, menurut beliau, ‘tidak menyontek’ adalah bid’ah. Oleh karena itu, kejujuran adalah sesuatu yang harus dipertahankan karena mahal harganya.

Ujian Tulis Pertengahan Tahun digelar mulai Sabtu (28/12/2013) hingga Kamis (9/1/2014). Dilaksanakan selama 10 hari ditambah 3 hari untuk musamahah (‘masa tenang’). Sementara liburan pertengahan tahun dijadwalkan akan dimulai pada Sabtu (11/1/2014) mendatang. binhadjid

Interpretasi Makna “At-Thariqah Ahammu Mina-l-Maddah”

0
K.H. Syamsul Hadi Abdan, K.H. Hasan Abdullah Sahal dan K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi nampak hadir pada Pembagian Tugas Ujian Tulis Awal Tahun, Kamis (26/12) lalu.
K.H. Syamsul Hadi Abdan, K.H. Hasan Abdullah Sahal, dan K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi nampak hadir pada Pembagian Tugas Ujian Tulis Pertengahan Tahun, Kamis (26/12) lalu.

Bagi para penggelut dunia akademi Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), kalimat at-thariqah ahammu mina-l-maddah tentunya sudah tidak asing lagi. Namun tidak banyak yang mengetahui sejarah, kisi-kisi, hingga orientasi awal mengapa kalimat tersebut begitu ditekankan di pondok yang notabene dapat dikatakan sukses dalam membina puluhan ribu santri dari pelosok negeri ini.

Nampaknya, ini tak terlepas dari peran K.H. Imam Zarkasyi, salah satu Trimurti pendiri PMDG, yang begitu menekankan kalimat tersebut. Sejak kedatangannya dari Padang Panjang, beliau membawa pembaharuan dengan mendirikan Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI), lembaga pendidikan yang mengusung metode pengajaran modern serta menyeimbangkan antara materi agama dan materi umum.

Dalam setiap perkumpulan, pengarahan, maupun halaqah-halaqah guru, K.H. Imam Zarkasyi selalu menekankan akan pentingnya makna kalimat tersebut. Metode lebih penting dari materi. Materi apapun yang disampaikan, jika menggunakan metode yang benar, maka akan dapat diterima para siswa dengan baik. Sebaliknya, materi yang telah dipersiapkan dengan matang, akan menjadi hampa, tanpa metode yang baik.

Namun, kalimat pegangan para guru KMI ini nampaknya masih kurang sempurna ketika itu. Jika hanya berhenti pada metode saja, masih kurang mengena, masih mengambang. Indikasinya, masih ada saja guru yang belum begitu paham makna hakikat dari metode. Ternyata, arti dari metode harus lebih diperjelas lagi. Bahkan, mungkin perlu disempurnakan.

Saat itu, K.H. Hasan Abdullah Sahal, Pimpinan PMDG saat ini, merasa kurang sreg dengan kalimat tersebut, jika hanya berhenti pada metode. Setelah merenung dan melalui pemikiran yang mendalam, ditambah lagi ada suatu kejadian yang tak dapat disampaikan dalam tulisan ini, beliau menganggap bahwa metode memang berpengaruh, namun tidak mutlak. Yang berpengaruh adalah the man, manusianya, orangnya, al-mudarris nafsuhu (‘guru itu sendiri’).  Tak berhenti pada kata guru, ada sesuatu yang lebih penting dari itu, yakni jiwa seorang guru, the soul, atau ruh al-mudarris.

Hal ini disampaikan K.H. Hasan Abdullah Sahal pada acara Pengarahan dan Pembagian Tugas Ujian Tulis Pertengahan Tahun 1434-1435, Kamis (26/12/2013) pagi, di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM). Di depan 700-an siswa kelas 6 dan 400 orang lebih guru KMI, beliau menegaskan, “Memang at-thariqah ahammu mina-l-maddah, namun al-mudarris (‘guru’) jauh lebih penting dari sekadar thariqah (‘metode’). Meskipun ada 11 orang Maradonna di lapangan, jika semuanya ayanen, maka tak akan ada seorang pun yang bisa memasukkan bola ke dalam gawangBukan sekadar guru, namun ruhu-l-mudarris (‘jiwa seorang guru’) itu yang sebenarnya lebih penting dari keduanya (metode dan guru).”

Akhirnya, lahirlah kata-kata dari beliau yang sangat terkenal di dunia pendidikan Gontor: at-thariqah ahammu mina-l-maddah, wa al-mudarris ahammu mina-t-thariqah, wa ruhu-l-mudarris ahammu mina-l-mudarris nafsihi. Kata-kata inilah yang terus ditanamkan kepada segenap santri dan guru hingga saat ini, yang mendorong kemajuan sistem pendidikan dan pengajaran di PMDG. binhadjid