Home Blog Page 542

Gontor Berada di Tempat Kita Berada

0

KH. Ahmad Sahal, salah satu Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor mengatakan, “Indonesia rumahku, Asia sawahku, Amerika pelanconganku.” Konon, pernyataan beliau ini terbukti dengan perkembangan Gontor sedemikian rupa. Gontor dengan cabang-cabangnya telah membuktikan bahwa jangkauannya telah melebihi batas pulau dan negara. Betapa tidak, ibarat sawahnya, seorang petani sewaktu-waktu melihat-lihat perkembangan padi yang ditanamnya ataupun hasil tanaman di ladangnya. Demikian pula halnya dengan Gontor yang kini memiliki lebih dari sepuluh cabang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Pondok Cabang sewaktu-waktu mendapatkan kunjungan dari Gontor. Mengamati hal ini, Pondok Cabang yang subur di tempatnya masing-masing itu layaknya sawah atau ladang yang dikatakan Pak Sahal.

Lebih daripada itu, kini Gontor telah membuat jaringan kerja lintas dunia. Hal ini didukung dengan tersebarnya para alumni di luar negeri. Bukan hanya di Amerika, hampir di setiap belahan dunia terdapat alumni Pondok Modern Darussalam Gontor. Sebenarnya ini tidaklah berlebihan karena Trimurti telah mempersiapkan santri-santrinya agar dapat berada di mana saja. Itulah alasannya kenapa bahasa Arab dan Inggris menjadi bahasa sehari-hari santri Gontor. Para santri dipersiapkan sedemikian rupa agar mampu berkiprah hingga ke dunia internasional.

Saat ini, bisa dikatakan, jika kita pergi ke mana saja termasuk ke luar negeri, tidaklah mustahil akan bertemu dengan alumni Gontor. Pak Sahal mengibaratkan Amerika sebagai tempat melancong sangatlah beralasan. Ternyata, pandangan beliau telah menerawang jauh ke depan sebelum Indonesia ini terlepas dari penjajahan. Pak Sahal berkeyakinan bahwa suatu saat santrinya akan mewujudkan cita-cita beliau. Terbukti, bukan hanya ke Amerika, ke Eropa dan Afrika pun sekarang kita bisa. Alumni Gontor sudah berada di mana-mana. Mereka selalu menyambut dengan baik kedatangan siapapun dari ‘kampung damai’ Darussalam.

Kader PMDG Berumah Tangga

0

GONTOR — Keluarga Besar Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) diliputi kebahagiaan mendalam dengan menikahnya salah seorang kadernya, Sabtu (1/5) lalu. Ustadz Jumhurul Umami, S.Th.I. dengan Syarifah, S.Pd.I. melaksanakan akad nikah di hadapan Pimpinan Pondok, Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA, KH. Hasan Abdullah Sahal dan KH. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. Akad nikah yang digelar di kediaman mempelai wanita tersebut berjalan dengan lancar tanpa hambatan apapun. Adapun acara walimatu-l-‘ursy diadakan sehari kemudian, Ahad (2/5) pagi, di kediaman Dr. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA yang berada di dalam kampus PMDG.

Ustadz Jumhurul Umami merupakan putra ketiga dari pasangan Bapak Syamin Noeriyadi dan Ibu Sutiah yang telah berikrar menjadi kader PMDG  pada 7 Februari 2010 silam. Setelah menamatkan belajarnya di Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) Gontor pada tahun 1999, ia melanjutkan studi di Institut Studi Islam Darussalam (ISID) dan berhasil meraih gelar sarjananya pada tahun 2004 lalu. Kemudian Ustadz Jumhurul Umami, S.Th.I. mengambil program pascasarjananya di Universitas Gadjah Mada (UGM) di bidang Manajemen Informasi. Sedangkan Syarifah, S.Pd.I. merupakan salah seorang cucu KH. Imam Zarkasyi dari pasangan H. Muhammad Isma’il HS.S.Pd dan Hj. Siti Faridah S.ST.  

Setelah menikah, Ustadz Jumhurul Umami bersama istri menempati sebuah rumah yang telah disediakan di Kampus Baru ISID Siman. Sebagai kader, keduanya telah siap sepenuh hati ditempatkan Pimpinan Pondok di mana saja untuk memperjuangkan idealisme Gontor. Kaderisasi inilah yang menjadikan Gontor senantiasa eksis dengan nilai-nilai dan sistem serta filsafat hidup yang menjiwainya.


Regenerasi Pengurus OPPM, Gontor Bina Kepemimpinan Santriwati

0

MANTINGAN— Pondok Modern Darussalam Gontor Putri 1 mengadakan Pergantian Pengurus Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) dan pengurus Koordinator Gerakan Pramuka berlangsung selama empat hari berturut-turut. Acara yang dimulai pada hari Senin (19/4) hingga Kamis (22/4) tersebut diselenggarakan di Auditorium Gontor Putri 1. Inilah pendidikan kaderisasi dan kepemimpinan di Gontor, sebuah pelajaran yang sangat berharga yang mencerminkan filsafat Gontor ‘Siap memimpin dan siap dipimpin’.Rentetan acara pergantian pengurus ini berlangsung dengan khidmat yang sebelumnya diawali pemilihan utusan konsulat untuk calon ketua OPPM, Sabtu (10/4) silam.

Setelah melalui proses pemilihan yang dilakukan dewan guru dan seluruh santriwati, terpilihlah ketua OPPM dan Koordinator Gerakan Pramuka yang baru. Setelah melalui acara Dialog Lima Besar Calon Ketua OPPM untuk menguji kompetensi dan kecakapan mereka dalam keorganisasian. Melalui dialog berbahas Arab dan Inggris inilah ketua OPPM untuk periode 1431-1432 ditentukan, yaitu Fahma Amirotul Haq dari Konsulat Cirebon dan Lailatul Istiqomah dari Konsulat Malang. Mereka berdua dibantu pengurus OPPM lainnya yang berjumlah 137 santriwati.

Berbeda dengan pemilihan ketua OPPM, ketua Koordinator Gerakan Pramuka ditentukan melalui proses voting antara dewan guru, seluruh kelas 5 dan pengurus Koordinator Gerakan Pramuka yang lama. Melalui proses yang lazim ini, terpilihlah Hasna Huwaida dari Konsulat Jember sebagai ketua baru bersama Diana Awaliah dari Konsulat Tangerang. Keduanya akan dibantu 40 pengurus Koordinator Gerakan Pramuka lainnya yang ditentukan kemudian.


Masyarakat Darussalam

0

Seluruh kegiatan dalam kehidupan santri di Gontor dapat dipastikan mengandung unsur-unsur pendidikan kemasyarakatan, mulai dari cara berpakaian sampai cara mengurus organisasi. Sehingga pada saat kembali ke masyarakat, ibarat ikan yang terjun ke dalam air, santri tidak lagi canggung untuk menjadi guru ngaji, guru sekolah, menjadi pejabat, pedagang, petani dan profesi-profesi lain yang ditemui di masyarakat.

Bermasyarakat bagi Gontor bukan berarti mengharuskan santri-santrinya hidup berbaur dengan masyarakat di sekitar pondok. Malah sebaliknya, para santri dilarang keras untuk berinteraksi langsung dengan penduduk sekitar apalagi sampai menginap di rumah-rumah penduduk. Sebabnya, hal ini dapat mengganggu kelangsungan pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor yang mengandung nilai-nilai kepondokmodernan, sistem, disiplin dan sunah pondok.

Totalitas kehidupan di dalam pondok sudah mendidik seluruh santri untuk hidup bermasyarakat. Pergaulan di pondok pun lebih luas dengan santri-santrinya yang berasal dari berbagai daerah. Tentunya, mereka datang ke pondok dengan membawa adat-istiadat dan kebiasaan yang berbeda-beda pula. Akhirnya, mereka saling mengenal dan terciptalah toleransi di antara mereka. Inilah kehidupan masyarakat yang seutuhnya dengan mengenal karakter bangsa secara menyeluruh. Sehingga, ketika terjun di masyarakat kelak, para santri dapat bergaul dengan siapa saja.    

Pendidikan kemasyarakatan inilah yang menjadi alasan mengapa banyak alumni Gontor berhasil di masyarakat, karena dengan berbagai latihan yang ada mereka menjadi siap untuk hidup di masyarakat dalam kondisi bagaimana pun dan dalam situasi apapun.

Berhasil menurut Gontor tidak selalu diasosiasikan dengan menduduki jabatan penting di pemerintahan, atau pengusaha sukses, menjadi pemimpin partai politik, menjadi pemimpin ormas, dan lain-lain, yang menunjukkan status sosial bergengsi. Orang besar menurut Gontor bukan yang besar pangkatnya, besar bayarannya tetapi tidak ada jasanya untuk orang lain. Orang besar adalah orang yang besar jasanya, orang yang mau mengajarkan Alquran di surau kecil dan di tempat terpencil.

Esensi Guru

0

Seorang guru pada hakikatnya tidak dapat memberikan pemahaman kepada murid-muridnya, akan tetapi Allah lah yang memberikan pemahaman kepada muridnya itu.

Seorang guru hanyalah sebagai wasilah/fasilitator/transformator antara Rabbul ‘Alamin dan hamba-Nya.

Maka seorang guru harus berusaha dengan semaksimal mungkin, biarlah Allah yang akan menilai dan memberikan hasil terhadap muridnya itu.

Musibah yang dihadapi seseorang merupakan peringatan atas dirinya, agar ia bertaubat dan memohon ampun kepada Allah, karena sebagian dari musibah yang ia hadapi merupakan hasil dari perbuatannya sendiri.

Kalau seorang murid/talamidz tidak paham pada pelajaran, maka seorang guru harus bekerja keras dan jangan sampai putus asa, inilah seorang guru sejati, dan yang paling terpenting adalah agar seorang mu’alim atau guru selalu berdo’a kepada Allah agar para murid-muridnya dapat memahami pelajaran-pelajaran yang diberikan kepadanya.

Sabtu, 2 Jumada Tsaniyah 1431

Keikhlasan dalam Perjuangan

0

Perjuangan seseorang, kelompok yang dilakukan kerena Allah akan menghasilkan sesuatu yang tidak pernah kita kira, salah satunya adalah Pondok Modern Darussalam Gontor yang dimulai dari sebuah masjid kecil. Akan tetapi kita melihat kecilnya masjid, akan tetapi kebesaran jiwa, kebesaran wawasan keikhlasan dari pendirinya menumbuhkan system, gerakan, sejarah, manusia- manusia yang mewarnai islam.

Rahmat, barkah dan manfaat dari Allah akan mengalir setiap saat sampai anak – anak dan cucu – cucu serta keturunan hasil yang besumber dari pejuangan yang sungguh – sungguh. Perjuangan tersebut hendaknya dilaksanakan untuk membela dan membantu pondok ini dimanapun kita berada.  Dengan perjuangan dan tekat yang kuat, maka dibangunlah  Gontor 2, 3 dan seterusnya. Semua Gontor akan naik dan terus berkembang, dengan sytem dan orientasi yang sama, atau sebuah paket yang tidak dapa dicampur dengan system, visi, misi dan orientasi lembaga lain. Seperti halnya sepeda motor atau mobil yang dicampur – campur suku cadangnya, akibatnya laju dan kemampuannya berubah dengan sepeda motor atau mobil dengan suku cadang asli.

Rahasia keberhasilan adalah all out dalam segala hal, tanpa menyisihkan suatu hal. Seperti halnya bagian – bagian dan instansi di pondok ini maju dan berkembang pesat disegala bidang, karena disentuh dengan Total Quality Control dari Bapak Pimpinan Pondok dan Pengasuh.

Hanya orang – orang yang ikhlaslah yang  mengetahui pentingnya keikhlasan dan hanya orang – orang yang berjuang dijalan Allah yang mengetahui arti perjuangan.

 Berbuat baiklah dengan segala kekuarangan, aib yang kita miliki, dalam hal pribadi,  keluarga kita dan pondok, Maka barang siapa yang berjuang untuk kepentingan pondok sama artinya berjuangan untuk Allah, maka Allah akan memberikan apa saja yang kita inginkan.

Jum’at 1 Jumadal Tsaniyah 1431

Guru: Lebih Dari Sekedar Profesi

0

Guru di Gontor diharapkan menjadi ujung tombak pendidikan. Guru memiliki peran signifikan dalam keberhasilan pendidikan.

Pertama-tama, ia harus menguasai pelajaran yang diajarkan. Kedua, tidak cukup dengan pelajaran, ia juga harus memahami metode yang tepat untuk mengajar. Ketiga, seorang guru harus memiliki ketrampilan mengajar yang baik.

Akan tetapi, ketiganya tidaklah cukup di Gontor.

Ada faktor keempat, yang mana menjadi fondasi kesemuanya: Jiwa guru.

Sebuah adagium terdengar: metode lebih penting daripada pelajaran, pengajar lebih penting  daripada metode, akan tetapi, di balik itu semua, ruh guru lebih penting daripada guru itu sendiri.

Pekerjaan guru pun tidak hanya sampai selesai di kelas. Di asrama, ada guru-guru yang bertugas menjadi syaikh asrama. Di berbagai organisasi, instansi dan klub, posisi guru menempati posisi tertinggi: pembimbing.

Itu pun belum cukup. Guru harus mendoakan muridnya, begitu KH. Abdullah Syukri Zarkasyi mengatakan suatu waktu.

Guru adalah pengemban amanat, seorang agent of change. Alangkah dahsyatnya peran seorang guru.

Kamis, 29 Jumadal Ula 1431

Ujian dan Optimisme

0

Gontor mengajarkan para santrinya untuk bersikap optimis, dalam segala bidang. Tidak dapat dipungkiri, tipologi santri memang bermacam-macam, ada yang menonjol, ada yang biasa-biasa saja, ada juga yang kurang. Akan tetapi, mereka tetap optimis dalam menghadapi ujian,masalah-masalah, cobaan.

Falsafah hidup ditanamkan dalam jiwa mereka. Bait pertama pada pelajaran Mahfudzat kelas 1, yaitu pelajaran hafalan bait syair dan hikmah dalam bahasa arab, akan selalu dikenang. Siapapun yang pernah belajar di Kulliyatul MU’allimin Al-Islamiyyah akan tahu man jadda wajada (?? ?? ???: barang siapa berusaha dia akan mendapatkan).

Bait ini selalu dikenang sepanjang hayat. Mereka paham dan menghayati sepenuh hati, arti dari kata perjuangan, yang timbul darinya optimisme. Pada akhirnya optimisme menjiwai semua langkah kehidupan : usaha, pikiran, bahkan doa.

Sehingga, meskipun mereka gagal, tapi mereka tetap mendapatkan sebuah pelajaran berharga: mahalnya sebuah optimisme.

Rabu, 28 Jumadal Ula 1431

Out of The Box

0

Banyak yang terheran-heran begitu pertama kali datang ke Gontor. Bayangan pondok pesantren yang konvensional, tradisional dan  stagnan, berubah seketika.

Gontor mendidik para santrinya  untuk menjadi ahli dalam urusan dunia dan akhirat. Santri tidak hanya diarahkan menjadi ulama saja, melainkan juga pemimpin. Ada gerakan keilmuan, ada gerakan latihan kepemimpinan. Tidak hanya bahasa Arab saja, bahasa Inggris juga digunakan di sini. Pramuka di Gontor menjadi wahana pelatihan kepemimpinan yang dinamis. Latihan pidato atau muhadharah setiap Ahad dan Kamis menjadi latihan para santri untuk berorasi. Klub-klub olahraga, kesenian, bahasa, keilmuan, kepenulisan dan lainnya menjadi ajang bagi para santri untuk berprestasi.

Gontor adalah hasil pemikiran yang out of the box, di luar lazimnya pesantren ketika didirikan tahun 1926.  Ketika itu, pondok pesantren adalah pondok salaf semata. Gontor mengambil terobosan untuk menciptakan sistem pendidikan baru.

Meskipun begitu, kata modern adalah pemberian dari pihak luar, karena nama aslinya pondok ini adalah Pondok Darussalam. Gontor memiliki wawasan dan orientasi ke depan, berpikiran maju.

Selasa, 27 Jumadal Ula 1431

Pendidikan Karakter

0

Di Gontor, di mana pendidikan karakter terbina? Apakah di kelas saja? Atau di asrama saja? Jawabnya adalah, di semua segi pondok ini, baik di kamar, kelas, masjid, dapur sekalipun, semuanya adalah lingkungan yang mendidik.

Di kamar-kamar asrama sebagai lingkungan mikro, ada ketua kamar sebagai pemimpin, ada anggota yang dipimpin, ada organisasi, gerakan, ide. Ada simpati, kebersamaan, kesamarataan, persatuan. Santri yang berasal dari Kalimantan, harus bisa menjalin persahabatan dengan santri Sumatera. Santri Jawa, harus bisa berkawan dengan santri Papua. Tidak ada perbedaan. Begitu pula di semua ranah dinamika lainnya.

Beragam kegiatan positif membentuk kepribadian santri. Gerakan demi gerakan, menjadi gemblengan bagi mereka. Seringkali KH. Abdullah Syukri Zarkasyi mengatakan: “Bergeraklah, karena dalam pergerakan terdapat berkah”. Kata-kata ini menjadi syiar untuk bergerak, berbuat dan berkorban, dengan landasan keikhlasan, yang lahir darinya berkah.

Senin 26 Jumadal Ula 1431