Kuliah Subuh 1 Ramadhan 1446 H oleh Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, K.H. Hasan Abdullah Sahal
Ada dua kata yang harus bisa kita bedakan:
- Sya’air
- Syarai
Bangsa kita lebih banyak sya’air dari pada syarai’. Sya ‘air seperti pidato, dakwah-dakwah, pujangga-pujangga, Tapi itu semua meninggalkan syarai”. Banyak yang berdakwah sana sini dengan pidato macam-macam tapi meninggalkan shalat (syarai’), lebih banyak orang yang berbangga diri dengan kelebihannya (sya’air) dari pada menegakkan hak nya (syarai”)
Ikhlas atau Riya”?
Ada yang meninggal dunia tapi dia mengasih banyak karangan bunga, bermacam-macam,
hiasan-hiasan (sya’air), tapi meninggalkan (syarai”) berdoa, ta’ziah. Jangan menabrak syariah.
Kita ini membesar-besarkan sya’air. Untung ada pesantren, makannya jarang terdapat sukar dicari mahal harganya. Dengan adanya kuliah subuh, gontor menghidupkan kembali gontor lama. Maka hari ini saya membuka kuliah subuh yang dirintis sejak tahun 1926 di gontor yang dinamakan Darussalam, yang jelas kita ini meneruskan tradisi yang baik, yang tidak berbenturan dengan syarai”, sampai gontor itu dilihat dari kultumnya, bahkan santri gontor belum dikatakan dengan santri gontor kalau belum merasakan mukim di pondok,
Tidak keluar dari iman, islam, dan ihsan, pilar-pilar kebangsaan benar jika berdasarkan dari iman, islam, dan ihsan. Pilar-pilar kebangsaan itu berdasarkan dari empat perkara; undang-undang dasar, NKRI, Pancasila, Bhineka Tunggal ika. Kalau tentang hal ini kita yang paling depan, bahkan yang mengajarkan kebangsaan itu santri. Apa yang disampaikan disini jangan amatir, bahkan semua presiden Indonesia dari dulu pernah datang kesini, disini menerima tamu tapi siapa yang menutup pintu, pintu hati untuk datang kesini.
Orang hidup di dunia yang ditakutkan itu khouf dan juu, orang yang kaya itu takut dibakar hartanya karena rasa khouf, sedangkan orang islam yang sederhana tidak takut dengan khouf dan juu. Bersyukur kuliah subuh jalan terus, jarang terdapat sukar dicari mahal harganya, ini jadi santapan otak, bimbingan jiwa, tuntutan budi.
Setiap tahunnya kuliah subuh dibuka dengan membaca al fatihah yang sebagai ummul furqon, seperti kapal induk yang Dimana dipakai untuk mendarat pesawat, sama seperti al fatihah yang sebagai induk islam yang menjadi landasan.
Semoga mukimmu di pondok ini mukim yang maqbul, betapa mulianya keislaman, betapa hebatnya tuntunan allah, mudah mudahan dengan adanya Ramadhan kita disatukan dengan tauhid. Di masjid ada kuliah subuh terdengar sampai pohon kelapa, tidak kemasjid tapi mendengarkan kuliah subuh. Waktu covid sholat di masjid ditiadakan, tetapi di gontor sholat di masjid ada, bahkan shafnya rapat, tidak ada yang takut mati.
Mati di pondok pesantrean mati syahid. Bertahun tahun santri di pondok ini aktif, kreatif yang sakit kemudian sehat, inilah pondok kita. Kita hidup kan tradisi sy’aair dan syarai”. Rasulullah mengatakan kalau laki laki dan perampuan berkumpul yang ketiga itu setan, tetapi sekarang laki laki dan perampuan berkumpul malah khusyu taqwa. Al ma hodu la yanamu abadan, al ma’hadu yuhibbunna wa nuhibbuhu.
Bulan puasa ini ada yang hari ini ada yang besok, banyak perbedaan madzhab, untuk Arab Saudi hari ini. Tidak membesar-besarkan NU, tidak membesar-besarkan Muhammadiyyah, bukan berdasarkan hari tapi bahwasanya puasa itu innama hiya a ‘malukum uhsiha lakum iyyaha faman wajada khoairon fal yahmadillaha faman wajada goiro dzalika fala yalumanna illa nafsahu.
Related Articles:
Kuliah Subuh 26 Ramadhan, Bermuhasabah di Penghujung Ramadhan
Kiai Hasan Isi Kuliah Subuh Masjid Agung Palembang
KETINGGIAN MARTABAT ISLAM (1): Kemerosotan Martabat Kaum Muslimin