Home Blog Page 134

Pengarahan dan Pembagian Tugas Ujian Tulis Awal Tahun Gontor Putri Kampus 2

0

MANTINGAN – Setelah berakhirnya Ujian Lisan Awal Tahun 1441-1442 H/2020-2021 M yang dilaksanakan selama 9 hari bagi seluruh siswi kelas 1-5 Kulliyatu-l-Mu’llimat Al-Islamiyah (KMI) di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) Putri Kampus 2 Mantingan, kini para santriwati (PMDG) Putri Kampus 2 dihadapkan pada ujian tulis yang dimulai pada Rabu (21/10). Segala persiapan dilakukan sebelum dimulainya ujian lisan.

 Salah satunya adalah pengarahan dan pembagian tugas bagi segenap dewan guru dan siswi akhir KMI kelas 6. Pengarahan ini dilaksanakan selama 2 hari yaitu mulai hari Sabtu (17/10) hingga hari Ahad (18/10).

Di hari pertama, pengarahan diberikan oleh Bapak Wakil Direktur Kulliyatu-l-Mu’allimat Al-Islamiyah, Al-Ustadz Muhammad Fathan Aziz, Lc, M.A. Dalam pidatonya, beliau menyampaikan bahwa tujuan dari pengarahan ini adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Pengawasan kita sebagai pengawas ujian harus standar karena yang kita awasi adalah santriwati gontor. Setiap gerak gerik kita akan diperhatikan oleh santriwati. Menjadi pengawas itu adalah tugas dari bapak pimpinan, maka berwibawalah ketika menjadi pengawas.

            Di hari berikutnya (18/10), pengarahan dilakukan oleh Bapak Wakil Pengasuh Gontor Putri 2, Al-Ustadz Umar Said Wijaya, M.Pd. Beliau menyampaikan banyak pesan dan nasehat kepada segenap dewan guru dan siswi akhir KMI kelas 6. Beliau menyampaikan bahwa dalam hal keduniaan hendaknya kita melihat ke bawah agar kita selalu bersyukur. Namun dalam hal kebaikan, kita harus melihat ke atas agar bisa menjadi motivasi bagi diri kita. Sedekah yang paling bagus adalah ilmu. Walaupun ilmunya sedikit namun kita harus tetap membagikannya pada orang lain agar ilmu tersebut bermanfaat bagi diri kita sendiri.

            Setiap manusia akan diuji oleh Allah SWT. Sebagai hamba-Nya hendaknya kita menyikapi setiap ujian dengan ikhlas, sabar, dan tawakkal. Banyak hikmah dari setiap ujian yang ada. Hendaknya kita selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Jangan pernah menyalahkan keadaan karena Allah SWT memberikan ujian sesuai kemampuan hamba-Nya.

Muslim Palestina Gelar Salat Ghaib untuk KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A.

0

Jalur Gaza, NPC – Kematian Dr. (H.C.) K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, Lc., M.A., meninggalkan duka yang sangat mendalam, tak terkecuali bagi kaum Muslim di Palestina. Puluhan jemaah Muslim Palestina melakukan shalat ghaib guna mendoakan mendiang Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo itu.

Shalat ghaib ini yang dipimpin langsung Syaikh Mahmoud Abo Jamil, di Masjid Raya Umari kota Jabalia, Gaza bagian Utara. Atas nama Muslim Palestina, Syaikh Mahmoud menyampaikan ucapan bela sungkawa atas wafatnya ulama dan tokoh agama di Indonesia, sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Gontor, K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A.

“Atas nama Muslim Palestina, menyampaikan ucapan bela sungkawa atas wafatnya ulama dan toko agama di Indonesia,” ujarnya.

Setelah melaksanakan shalat ghaib, puluhan jemaah Muslim Palestina ini memanjatkan doa bagi almarhum. Mereka juga membacakan ayat dan doa Al-Qur’an bagi almarhum KH. Abdullah Syukri. Puluhan jemaah tampak khusyuk selama menjalani serangkaian shalat ghaib.

Kegiatan shalat ghaib dan doa bersama teruntuk almarhum KH. Abdullah Syukri itu, dikoordinir dan difasititasi penuh oleh lembaga sosial kemanusiaan asal Indonesia, Nusantara Palestina Center (NPC). Hal tersebut sebagai bentuk bukti ikatan batin yang mendalam antara Indonesia dan Palestina.

Penulis: Ihsan Zainuddin alumni Al-Azhar dan Aktifis NPC (Nusantara Palestine Center)

KULTUR DAN STRUKTUR; A Lesson from Gontor

0

Ayahanda K.H. Hasan Abdullah Sahal berulang kali sering menyampaikan bahwa di pondok menggabungkan antara kultur dan struktur. Pendekatan kultural dan struktural ini bukan saja menjadi norma, nilai dan sistem, tetapi juga menjadi semacam acuan teknis dalam hampir semua sektor kehidupan pesantren.

 

Kemarin, Jumat 6 Rabiul Awal 1442 H / 23 Oktober 2020 kita saksikan bersama secara live pembacaan Surat Keputusan Sidang Luar Biasa Badan Wakaf Pondok Modern Gontor tentang pengangkatan Pimpinan Pondok pasca wafatnya Ayahanda K.H. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. dan Ayahanda Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A.

 

Sebelumnya, Kamis 5 Rabiul Awwal 1442 H / 22 Oktober 2022 Badan Wakaf melaksanakan Sidang Luar Biasa sesuai ketentuan AD/ARTnya untuk mengangkat dan menetapkan Pimpinan Pondok yang baru. Sidang Luar Biasa itu tepat beberapa jam setelah pemakaman Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. Sejatinya, ini adalah kultur pergantian kepemimpinan ala Rasulullah yang tetap dilestarikan di pesantren. Seperti saat Rasulullah wafat, para sahabat senior segera berkumpul untuk memutuskan siapa pengganti (khalifah) Rasul. Tanpa harus menunggu satu minggu, satu bulan, dan seterusnya.

 

Diangkat, pada Surat Keputusan itu Ayahanda Drs. KH. Akrim Mariyat, Dipl.A.Ed. dan Prof. Dr. KH. Amal Fathullah Zarkasyi, M.A. Kedua beliau akan membersamai Ayahanda KH. Hasan Abdullah Sahal dalam memimpin pondok.

Secara struktural, di Gontor, Pimpinan Pondok pasca Trimurti Pendiri Pondok adalah diangkat oleh Badan Wakaf untuk masa khidmah selama 5 tahun. Dan dapat diperpanjang lagi secara periodik lima tahunan. Ini pendekatan strukturalnya.

Dalam sambutannya, Kiai Hasan menyatakan bahwa masa khidmah itu: “Sekuatnya lima tahun, dan kalau bisa, masih layak dan masih bersedia, mungkin masih bisa ditambah lagi sesuai dengan kebutuhan dan kelayakan.” Kalimat beliau ini sarat makna dan nilai, dan secara tersirat mengandung pendekatan struktural maupun kultural.

 

Adapun pendekatan kulturalnya, Pimpinan Pondok biasanya masa khidmah hingga wafatnya sebagaimana lazimnya dalam kultur pesantren. Seperti K.H. Shoiman Lukmanul Hakim yang wafat lalu digantikan Drs. K.H. Imam Badri dan digantikan oleh K.H. Syamsul Hadi Abdan. Kemudian sekarang ini oleh Drs. K.H. Akrim Mariyat, Dipl.A.Ed. Demikian pula Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. yang kini digantikan oleh adik lelaki tertuanya, Prof. Dr. K.H. Amal Fathullah Zarkasyi, M.A.

 

Secara struktural pergantian Pimpinan Pondok dituangkan dalam sebuah surat keputusan Badan Wakaf sebagai lembaga tertinggi di Pondok. “Posisi Badan Wakaf adalah tertinggi dalam struktur organisasi,
kami bertiga adalah mandataris Badan Wakaf” demikian penegasan K.H. Hasan Abdullah Sahal kemarin saat sambutan.

 

Adapun kulturalnya bahwa pengumuman atau pembacaan Surat Keputusan Badan Wakaf yang dibacakan oleh salah seorang anggotanya, K.H. Abdullah Said Baharmus, Lc. dilaksanakan di Masjid Jami’ PMDG usai shalat Jumat. Inilah kultur pesantren yang tetap menjadikan masjid sebagai sentral kegiatan, apalagi untuk hal-hal yang sakral seperti pengumuman pergantian kepemimpinan pondok.

“Inilah Pondok Modern Darussalam Gontor, tetap dengan kepondokmodernannya, kepesantrenannya, tapi juga tetap dengan kemodernannya, dengan struktur dan kulturnya; kultur pesantren dengan struktur organisasi kemodernan” kata Kiai Hasan dalam sambutan beliau.

“Kami diamanati untuk memimpin pondok ini, tetap dengan Panca Jiwanya dan Panca Jangkanya, kami bertiga dengan amanat ini bukan suatu jabatan, bukan suatu fasilitas, tetapi ini adalah amanat, karena mata, telinga, hati dan otak umat Islam, khususnya alumni Gontor dan seluruh keluarga besar Pondok Modern Darussalam Gontor membaca dengan baik dan seksama”
tandasnya lagi.

 

Secara struktural Badan Wakaf yang memutuskan siapa yang akan menjadi Pimpinan Pondok. Namun, secara kultural tetap ada komposisi untuk keluarga dan kader Pendiri Pondok. Namun demikian, tetap mengacu pada aspek kebutuhan dan kelayakan, sebagaimana ditegaskan oleh Kiai Hasan dalam sambutannya itu.

 

Trimurti Pendiri Pondok telah mengkader putra-putrinya untuk memenuhi unsur kelayakan itu. Bahkan, bukan saja putra-putrinya, tetapi santri-santrinya pun dikadernya agar suatu ketika mereka memiliki kelayakan untuk memimpin dan meneruskan estafet perjuangan ini. Kaderisasi, bagi Trimurti adalah salah satu yang dapat menjamin keberlangsungan pondok di masa depan.

 

Maka, tak heran jika Kaderisasi menjadi salah satu dari Panca Jangka yang dicanangkan Trimurti. Itu artinya, para Pimpinan Pondok setelah Trimurti tetap harus melanjutkan proses kaderisasi itu secara terus menerus dan sungguh-sungguh. Di Gontor, kaderisasi itu by design.

Sehingga, sesuai pepatah: “patah tumbuh hilang berganti”. Di Gontor, malah sebelum patah sudah tumbuh. “Jangan sampai kalau pendirinya atau kiainya wafat, pondoknya ikut wafat” demikian ditandaskan oleh Kiai Hasan saat melepas jenazah Almarhum Kiai Syukri.

Pondok kita ini, kata Kiai Hasan, orang mengatakan pondok besar, pondok elit. “Supaya diketahui oleh anak-anakku sekalian, pondok ini besar jiwanya, besar nilai-nilainya, dan besar cita-citanya. Pondok ini tinggi nilai-nilainya, tinggi jiwanya, tinggi semangatnya. Elit pengorbanannya, elit keikhlasannya, elit kebersamaannya, elit ukhuwahnya, dan elit “itsar“nya (mendahulukan orang lain, tidak berebut jabatan dan pengaruh).”

“Inilah Pondok Modern Darussalam Gontor dengan segala spesifikasinya sedang meneruskan perjalanan perjuangan, memperjuangkan nilai-nilai pondok” lanjut beliau.

 

Sambutan singkat Kiai Hasan usai pengumuman formasi Pimpinan Pondok itu menyetrum semua alumninya yang tersebar di seantero dunia. Kiai Hasan lalu mengutip sebuah ayat:

وَیُؤۡثِرُونَ عَلَىٰۤ أَنفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةࣱۚ
[سورة الحشر 9]

Dan mereka mengutamakan (orang lain), atas dirinya sendiri, meskipun mereka juga memerlukan. (Qs. Al-Hasyr [59]: 9)

Inilah kultur tertinggi di pesantren: keikhlasan dalam berjuang. Tidak berpikir untuk kepentingan pribadi-pribadi, tetapi semata-mata untuk kepentingan pondok dan umat. Tidak mengenal istilah “take and give“, tetapi yang ada adalah: “give and give“.

Kultur itu terangkum dalam Panca Jiwa: Keikhlasan, Kesederhanaan, Kemandirian, Ukhuwah Islamiyyah dan Kebebasan.

Strukturnya terangkum dalam Panca Jangka: Pendidikan dan Pengajaran, Kaderisasi, Pergedungan, Khizanatullah (Pendanaan) dan Kesejahteraan Keluarga Pondok.

 

Itulah sekelumit kultur dan struktur di Pondok Modern Darussalam Gontor. Pondok alumni perlu banyak belajar dan merenunginya. Kita doakan semoga Bapak-bapak Pimpinan Pondok senantiasa diberi kesehatan, kekuatan dan kesabaran dalam memimpin pondok. Semoga beliau-beliau diberi umur panjang untuk membimbing kita semuanya.

Tazakka, Batang
7 Rabiul Awal 1442 H
24 Oktober 2020
Anang Rikza Masyhadi

 

Related Articles:

Selamat Jalan Kiai Abdullah Syukri Zarkasyi

KH. Hasan Abdullah Sahal, Wajah Keislaman, dan Tantangan Zaman

Wahai Generasi Muslim, Perkaya Iman, Perkuat Barisan!

Berkaryalah, Sebelum Habis Masamu!

SELAMAT JALAN KIAI ABDULLAH SYUKRI GONTOR

0

Nampaknya baru kemarin saya nyantri (1996-1999) dan guru pengabdian (1999-2000) di Gontor, saya masih ingat suasana saat beliau KH. Abdullah Syukri Zarkasyi menyampaikan nilai-nilai, petuah dan nasehat. Di depan para santri dan guru-guru, beliau selalu dapat membuat suasana khidmat, karena kami ingin mendengar sesuatu yang baru dari beliau, yang pasti dahsyat dan penuh dengan nilai-nilai.

“Bergeraklah, karena dalam pergerakan itu ada keberkahan, dan keberkahan bersama dengan pergerakan”

“Berfikir keras, bekerja keras, berdoa keras dan bersabar keras”

Selama bersama beliau nyantri, kami selalu didoktrin untuk menjadi: ahli ibadah, orang yang bermanfaat, pejuang, penggerak, ikhlas dan lain sebagainya.

 

Saat kami akan mendirikan Pondok Modern Tazakka tahun 2010, kami sowan beliau untuk mohon doa restu, beliau memberi pertanyaan kepada kami: “Seneng Pondok atau Seneng Punya Pondok?”. Tentu jawaban yang sulit saat itu bagi kami, lalu beliau menjelaskan: “Seneng Pondok itu artinya kamu mendirikan Pondok, kamu berada di dalamnya, membina, mengasuh dan mendidik santri-santrimu, suka duka berada di dalam Pondok, totalitas hidupmu untuk Pondok”. Beliau lalu menjelaskan makna Seneng Punya Pondok: “Seneng punya pondok itu artinya kamu membangun Pondok, namun hati jiwamu tidak di dalamnya, bahkan hidupmu di luar pondok, tidak melihat mendengar merasakan apa yang dilakukan santri”.

Beliau lalu menjelaskan makna pengasuh pondok harus dekat dengan Santri (di dalam pondok): “Dekat itu bukan jarak berapa meter, dekat itu adalah kamu bisa merasakan apa yang dirasakan santri, mendengar mereka, melihat dan hidup bersamanya”.

Kiai Syukrilah yang meletakkan pondasi dasar-dasar nilai-nilai di Pondok Modern Tazakka. Tazakka lahir dari sentuhan beliau.

 

Dulu, selesai masa pengabdian di Gontor, tahun 2000 saya berangkat ke Mesir untuk studi di Al-Azhar. Tahun 2001 kami (PPMI) mengadakan seminar dan mengundang Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Prof. Dr. Azumardi Azra, yang kemudian tahunn 2002 IAIN Syarif menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Liga Universitas Islam yang dihadiri para rektor, akademisi dari berbagai perguruan tinggi dunia yang dipimpin oleh Sekjennya Prof. Dr. Jakfar Abdussalam.

Saat konferensi itulah saya bertemu kembali dengan beliau Ayanda Kiai Syukri, saya menyalaminya dan beliau membalas: “Anizar, siapa yang bawa para rektor dan tamu tamu ini?”, begitu tanya beliau.

“Saya yang pegang agenda jadwal acaranya kiai”, lalu beliau memerintahkan: “Kalau begitu selesai acara di Jakarta bawa ke Gontor”.

Singkat cerita, tamu-tamu dari Liga Universitas Islam tersebut saya bawa ke Gontor, disambut dengan gagap gempita, marching band dan acara di BPPM. Inilah lembaran hubungan Gontor dengan Liga Universitas Islam/Robitoh Al-Jamiat Al-Islamiyah yang sangat intensif.

 

Selama di Mesir, setiap tahun, saya berkesempatan ke Gontor dengan para ulama, profesor dari Mesir, dalam berbagai momentum kegiatan, sengaja mengadakan acara seminar di UGM, UIN dan lain sebagainya, lalu ke Gontor, atau sebaliknya, bagi mahasiswa saat itu, bisa pulang tiap tahun sudah senang, namun yg lebih penting lagi adalah membuat jaringan. Beliau mengajarkan: “Pandai-pandailah membuat jaringan, dan pandai-pandailah memanfaatkannya”.

 

Puncaknya pada tahun 2005, saat saya sedang Haji berada di Makkah, Kiai Syukri telpon ke HP (zaman itu mahasiswa punya HP sudah mewah), antara percaya dan tidak bahwa yang muncul di layar HP adalah Call adalah nama Kiai Syukri, begitu saya menyimpan nama beliau di HP Alcatel.

Saat saya angkat telepon beliau langsung salam dan menyampaikan “Anizar, ini Pak Syukri, acara 80 tahun Gontor (tahun 2006) saya ingin Grand Syaikh Al-Azhar hadir, kamu bisa atur?”.

Sebagai santri spontan tanpa berpikir panjang saya jawab “Bisa Kiai, segera akan saya petakan setibanya saya di Mesir”.

Setibanya di Cairo, mulailah saya menata dan menghubungi semua jaringan Al-Azhar yang sejak tahun 2001 saya bangun, untuk memetakan dan meyakinkan Grand Syaikh Al-Azhar saat itu Prof. Dr. Muhammad Sayyid Thontowi agar berkenan ke Indonesia khususnya Gontor.

 

Lampu hijau, Grand Syaikh berkenan ke Gontor, maka saya langsung telepon ke Kiai Syukri: “Assalamualaikum Kiai, Grand Syaikh lampu hijau berkenan ke Gontor”.

Kiai Syukri Syukri lalu menemui Presiden SBY, dan selanjutnya 2 minggu kemudian Kiai Syukri didampingi Kiai Akrim Mariyat dan Dr. Dihyatun Masqon terbang ke Cairo membawa surat undangan dari Presiden SBY untuk Grand Syaikh Al-Azhar sebagai tamu negara.

 

Alhamdulillah 2006, Grand Syaikh Al-Azhar Prof. Dr. Muhammad Sayyid Thontowi berkunjung ke Gontor Indonesia, dan saya mendapat tugas dari Ayahanda Kiai Syukri dan Kepala Perwakilan RI di KBRI Bapak Muzammil Basyuni untuk mendampingi Grand Syaikh secara khusus.

 

Di tahun yang sama, adalah Dr. Mustofa Dasuki, orang Mesir yang sangat paham dengan Gontor, Indonesia dan seisinya, menyampaikan usulan kepada Sekjen Liga Universitas Islam Prof Jakfar Abddussalam, bahwa setelah melihat dan mengamati peran Kiai Abdullah Syukri, maka sangat layak untuk mendapatkan bintang kehormatan dari negara Mesir.

 

Saya dipanggil ke Kantor Sekjen Prof Jakfar, di situ sudah ada Prof. Nabil Samakuthi (Wakil Sekjen) dan Dr. Mustofa Dasuki.
Saya diminta untuk menyiapkan profil Kiai Syukri, profil Gontor, peranan kiai Syukri di dunia pendidikan, kemasyarakatan dan lain sebagainya.

 

Saya membentuk tim di IKPM Cairo, memulai mengetik dengan bahasa Arab, lalu semuanya kami bawa kami tashih mustolah lughowiyah-nya ke beberapa orang mesir, salah satunya adalah Pemred Jaridah Shoutul Azhar, agar bahasa Arabnya lebih mudah dipahami orang Arab.

 

Banyak tantangan, rintangan, bahkan orang-orang tidak percaya usulan Sekjen Liga Universitas Islam untuk Kiai Syukri kepada Presiden Mesir, namun sesuai prinsip yang diajarkan Kiai Syukri, terus bergerak pantang mundur dan harus sukses, maka pada akhirnya tahun 2006, Ayahanda K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi mendapatkan Wusam Jumhury, Bintang Kehormatan dari Negara Mesir. Kiai Syukri menjadi orang pertama dan satu-satunya yang mendapatkan bintang kehormatan dari negara Mesir. Mesir sebagai negara mengakui peranan penting Kiai Syukri baik dalam bidang pendidikan, kemasyarakatan dan lain sebagainya.

 

Hari ini, Kamis 22 Oktober, saya mengangkat jenazah Ayahanda Kiai Syukri, ikut mensholatkan, dan mengangkatnya kembali sampai ke pemakaman. Dari malam hari sampai selesai pemakaman, air mata terus mengalir, tidak dapat dibendung.

 

Husnul khotimah Kiaiku, bersama para anbiya was syuhada, dan kami selalu akan mendoakan Ayahanda Kiai Haji Abdullah Syukri Zarkasyi.

@Anizar Masyhadi
Pimpinan Pondok Modern Tazakka

 

 

Related Articles:

Pancaran Spirit KH Abdullah Syukri Zarkasyi

Menguak Sumber Enerji Kiai Syukri Secara Kecerdasan Hati

Legasi KH Abdullah Syukri Zarkasyi

Buayan Sayang Pak Kiai: Catatan kecil tentang KH Abdullah Syukri Zarkasyi

Ujian Tulis Semester Pertama 1442/2020 Resmi Dimulai

0

 DARUSSALAM– setelah usai ujian lisan yang dilaksanakan sejak hari Rabu (07/10) hingga hari Ahad (19/10) lalu, tiba saatnya tahap ujian tulis semester pertama 1442/2020 bagi para santri Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG). Rentetan ujian tulis tersebut diawali dengan upacara pembukaan yang diadakan pada hari Rabu (21/10) pagi, bertempat di depan Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM). Upacara tersebut dihadiri oleh Bapak Pimpinan PMDG, Bapak Direktur Kulliyyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyyah (KMI) beserta wakilnya, dewan guru senior, serta para santri kelas 1 hingga kelas 6.

 

Dalam upacara tersebut, Bapak Pimpinan PMDG K.H. Hasan Abdullah Sahal berkesempatan untuk menyampaikan sambutannya. Beliau menekankan kembali kepada para hadirin tentang pentingnya bersyukur masih bisa menjalankan berbagai aktivitas dan pembelajaran di pondok ini, yang mana semuanya bernilai ibadah. “Tidak ada di dunia ini yang bukan ibadah bagi santri. Semuanya berkaitan dengan akhirat. Karena agama Islam adalah satu kesatuan; semua ajarannya adalah hablun minallaah, dan hablun minannaas.” tutur beliau. Di samping itu, beliau juga menjelaskan bahwa Gontor adalah pesantren yang elit namun bukan pada hal-hal yang bersifat materi; melainkan elit disiplinnya, kebersamaannya, pengorbanannya, dan berbagai nilai-nilainya.

 

Setelah sambutan dari Bapak Pimpinan PMDG, sambutan setelahnya disampaikan oleh Al-Ustadz H. Masyhudi Subari, M.A. selaku Bapak Direktur KMI. Beliau dalam sambutannya ikut menekankan poin-poin yang sebelumnya diutarakan oleh Bapak Pimpinan, sekaligus menambahkan beberapa hal terkait teknis pelaksanaan ujian tulis. “27 ribu lebih jumlah seluruh santri di seluruh kampus PMDG yang berjumlah 20 kampus, saat ini semuanya serentak menjalankan upacara pembukaan seperti antum; berdiri tegak, siap mendengarkan pengarahan terkait ujian tulis ini”. terang beliau. Beliau juga menambahkan bahwa dalam ujian ini ada 3 hal penting yang diuji dari para santri; yaitu keilmuan, keterampilan, dan mentalitas.

 

Ujian tulis semester pertama tahun ajaran 1442/2020 ini akan berjalan selama 11 hari, bermula dari hari Rabu (21/10) hingga hari Selasa (03/11) mendatang. Sebelum upacara pembukaan diadakan pada pagi menjelang hari pertama ujian tulis, pengarahan terkait ujian tulis juga sudah disampaikan pada hari Selasa (20/10) lalu, yang disampaikan oleh Bapak Wakil Direktur KMI, Al-Ustadz H. Farid Sulistyo, Lc. Di Masjid Jami’ PMDG setelah usai menunaikan shalat Maghrib berjamaah.

 

Related Articles:

Ujian Lisan Menjadi Tahap Awal Ujian Awal Tahun

Jelang Ujian, Belajar Malam Keliling Tingkatkan Miliu Belajar Santri

Fokuskan Santri Hadapi Ujian, Gontor Nonaktifkan Kegiatan Ekstrakurikuler

Pembagian Tugas Menguji Ujian Lisan Bagi Para Guru dan Kelas 6 KMI

 

 

 

PANCARAN SPIRIT KH ABDULLAH SYUKRI ZARKASYI

0

Oleh: Ustadz Hariyanto Abdul Jalal

Pernah satu waktu kami dikumpulkan oleh beliau bersama guru-guru senior di salah satu kampus cabang, beliau bertanya, “Mengapa pancaran wajah santri-santrimu terlihat kusut dan kusam, kurang bergairah dan tidak bersemangat?” Begitulah pancingan dan muqoddimah beliau, kalau ingin memberikan pengarahan, motivasi dan evaluasi kepada para kadernya.

Pertanyaan itu dijawab oleh asatidz yang ada dengan berbagai macam jawaban beserta analisanya, yang kesemuanya tidak disalahkan atau dibenarkan oleh beliau walaupun bukan itu jawaban yang dimaksud. “Iya. Dinamika santri,” itu jawabannya. “Dinamika santri digerakkan melalui kegiatan yang banyak. Jadi kalau ingin membuat santri dinamis, semangat, pancaran wajahnya berseri, optimis, terus bergairah, PERBANYAK KEGIATAN!!!”

Apa yang disampaikan beliau bukan hanya pemikiran, teori atau konsep semata, tapi ia telah menjadi spirit, jiwa atau ruh Kyai Syukri. Siapapun yang melihat walau hanya sepintas, apalagi mengenalinya, terlebih sering menyertai beliau, kesan pertama, disamping beliau tampan, penuh kharismatik, beliau adalah sosok kyai yang sangat energik, bergairah, optimis, tak kenal menyerah apalagi capek.

Itulah pancaran spirit beliau dan itu pula yang terpancarkan dalam dinamika pondok, guru, santri dan masyarakat. Setiap tanah yang beliau tapaki, langkah yang beliau ayunkan, disitulah gerakan bermunculan, gairah tergerakkan, optimisme hidup terpantulkan. Keyakinan yang tertancapkan.

Pernah beliau bercerita pada saat menjadi Amirul Haj, di Makkah, beliau bersama-sama dengan seorang dokter, tentu seperti kebanyakan orang yang bersama beliau, akan bertanya, “Pak Kyai berapa umurnya?” Saat itu beliau berumur 60-an. “Wah.. saya kira Pak Kyai umur 40-an, tampak lebih muda dari umur Pak Kyai. Apa rahasia Pak Kyai?”

Dengan senyuman khasnya, beliau menjawab, “Saya hanya optimis saja, Pak Dokter, memimpin pondok dengan segala permasalahannya, saya hanya optimis saja, saya hanya yakin kalau Allah akan menolong saya.”

Seperti terhipnotis, sang Dokter berseloroh, “Wah itu dia Kyai, cocok sekali, saya sedang mengadakan penelitian, hubungan kesehatan fisik dengan optimisme. Ini jawabannya. Pak kyai telah membuktikan.”

Itulah sebagian kecil inspirasi yang akan selalu memancarkan kepada siapapun yang pernah mendengar nasehat, arahan dan motivasi beliau. Do’a santri-santrimu akan selalu menyertaimu wahai Kyaiku, guruku, ayahku, inspiratorku. Ajaranmu, amal jariahmu insyaAllah akan menempatkanmu di surga yang Allah janjikan. Selamat Jalan Kyai, Guru, Ayahanda Tercinta.

Kalianda
Kamis, 22 Oktober 2020

Patah Tumbuh, Hilang Berganti, Meneruskan Perjuangan

0

‘Patah Tumbuh, Hilang Berganti’. Begitulah pepatah yang sering diucapkan untuk mengungkapkan sebuah estafet perjuangan dan nilai-nilai dari sebuah organisasi atau lembaga tertentu, yang harus terus dilestarikan oleh para generasi-generasi penerusnya. Demikian pula yang kembali ditegaskan oleh K.H. Abdullah Said Baharmus, Lc., selaku perwakilan Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) yang membacakan hasil keputusan sidang luar biasa Badan Wakaf di depan seluruh jama’ah shalat Jum’at Masjid Jami’ PMDG.  Kalimat tersebut membuka sambutan beliau di hadapan segenap dewan guru KMI serta para santri, menjadi pertanda bahwa perjuangan para mujahid pondok yang telah terlebih dulu dipanggil oleh Allah SWT tidak boleh berhenti bahkan harus diteruskan.

 

Usai membacakan hasil keputusan sidang tersebut, sambutan beliau pun dilanjutkan oleh K.H. Hasan Abdullah Sahal. Meskipun masih dalam suasana berkabung, namun beliau tidak ingin terlihat sedih, terutama di depan santri-santrinya. Beliau berdiri tegap, mantap, dan dengan suara yang lembut namun bulat beliau menegaskan, “Setiap kita ditinggalkan seseorang dari kerabat kita, kita boleh menangis, tapi tidak boleh menangisi, apalagi menangiskan”. Gaya bicara khas beliau tersebut seakan memperingati kita untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan, sebab di depan mata masih ada perjuangan yang harus diteruskan dan amanat yang harus diemban.

 

Beliau bertiga bersama Drs. K.H. Akrim Mariyat, Dipl.A.Ed. dan Prof. Dr. K.H. Amal Fathullah Zarkasyi, M.A., selaku Pimpinan PMDG menggantikan Alm. K.H. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag. dan Alm. Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A., harus siap dengan semua itu. “Kami dengan ini (sebagai Pimpinan PMDG_red) bukan jabatan, bukan fasilitas, tapi ini amanat. Karena mata, telinga, hati, dan otak umat Islam khususnya alumni Gontor dan keluarga PMDG membaca dengan saksama.” jelas beliau.

 

Mengemban amanat sebesar dan seberat itu tentu tidaklah mudah. Akan ada banyak cobaan dan yang datang menguji keistiqamahan beliau-beliau, meskipun dengan umur yang sudah tidak muda lagi dan kekuatan yang tidak seperti dulu lagi. Untuk itulah beliau berulang kali memintakan doa kepada seluruh santri dan para alumni, agar beliau bertiga kuat dan mampu menunaikan tugas ini. Agar tetap bisa mengawal, mengarahkan, mengawasi, dan membela nilai-nilai pondok yang juga menjadi amanat estafet Trimurti pendiri pondok. Beliau bahkan menambahkan cerita tentang perkataan almarhum K.H. Imam Zarkasyi kepada beliau ketika sedang bersama almarhum pak Syukri (sapaan akrab beliau kepada Alm. Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A.), “Koe, Syukri, anakku, koe Hasan, anakke pak sahal, pegang nilai-nilai pondok. Kalau tidak, kamu akan terpental dari pondok.”

 

Seluruh pesan itu pun tidak tertuju kepada segelintir orang saja, melainkan kepada seluruh keluarga besar PMDG; mulai dari para santrinya hingga para alumninya. Wafatnya para pejuang pondok seharusnya menjadikan kita yang masih diberikan kesempatan umur panjang untuk lebih memanfaatkannya sebaik mungkin. Jangan sampai setiap detik kita berlalu dengan bersantai-santai saja tanpa merasa bersalah, padahal perjuangan belum selesai. Masih banyak umat Islam di berbagai belahan bumi sana yang membutuhkan pertolongan kita, menanti uluran tangan kita. Untuk itulah, mari bersama-sama meneruskan perjuangan Trimurti dan para mujahid pondok, dalam mendidik generasi kader-kader pemimpin umat, mencetak mundzirul qaum yang akan berkiprah di masyarakat, dan mencerdaskan kehidupan bangsa, li i’laai kalimaatillaah. Semoga Allah selalu mendampingi setiap langkah perjuangan kita. Aamiin.

 

Related Articles:

Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Resmi Dilantik

Menguak Sumber Enerji Kiai Syukri Secara Kecerdasan Hati

Legasi KH Abdullah Syukri Zarkasyi

Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Resmi Dilantik

0

DARUSSALAM – Setelah wafatnya guru kita, Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG), K.H. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag., dan Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkaysi, M.A., akhirnya dibuatlah keputusan untuk melantik Pimpinan baru. Keputusan tersebut berdasarkan hasil sidang luar biasa Badan Wakaf PMDG pada hari Kamis (22/10) lalu, yang resmi diumumkan pada hari Jum’at (23/10) di Masjid Jami’ PMDG setelah shalat Jum’at tepat. Sidang tersebut dihadiri oleh 12 anggota Badan Wakaf PMDG, dengan keterangan 8 orang hadir secara fisik dan 4 orang hadir secara virtual.

 

Setelah usai jama’ah shalat Jum’at yang diimami oleh K.H. Hasan Abdullah Sahal, hasil keputusan sidang luar biasa Badan Wakaf PMDG disampaikan oleh K.H. Abdullah Said Baharmus, Lc. Dalam membuka pembacaan tersebut, beliau kembali mengingatkan tentang pentingnya mempertahankan estafet perjuangan para Trimurti pendiri PMDG. “Pimpinan boleh meninggal, tapi pondok harus tetap hidup.” terang beliau. Hasil keputusan sidang tersebut menyatakan bahwa Pimpinan PMDG yang baru K.H. Hasan Abdullah Sahal, Drs. K.H. Akrim Mariyat, Dipl.A.Ed., dan Prof. Dr. K.H. Amal Fathullah Zarkasyi, M.A., untuk periode 1442-1447/2020-2025.

 

Setelah membacakan keputusan tersebut, sambutan dilanjutkan oleh K.H. Hasan Abdullah Sahal. Beliau pun menambahkan bahwa meskipun pondok sekarang dalam keadaan berkabung, tapi tidak boleh terus berkepanjangan dalam kesedihan. “Saya ingatkan kembali; setiap kita ditinggalkan oleh seseorang dari kerabat kita, kita boleh menangis, tapi tidak boleh menangisi, apalagi menangiskan.” Tegas beliau. Beliau juga menerangkan kembali salah satu falsafah pondok yang seperti kereta api; bahwa kereta harus tetap berjalan, siapapun masinisnya, dengan tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai, panca jiwa, dan panca jangka PMDG.

 

Pelantikan tersebut pun disaksikan oleh seluruh jama’ah shalat Jum’at di Masjid Jami’ PMDG; dari dewan guru KMI serta para santri. Di tengah-tengah suasana tersebut, hadir pula Prof. Dr. K.H. Din Syamsudin, M.A. yang menyempatkan berangkat ke PMDG di tengah kesibukannya.

 

Foto-foto selengkapnya, lihat di Instagram @pondok.modern.gontor

 

Video Pelantikan Pimpinan Gontor:

 

MENGUAK SUMBER ENERJI KIAI SYUKRI SECARA KECERDASAN HATI

0

Oleh: Ubaydillah Anwar | Heart Intelligence Specialist

Mengenang Ustadz Syukri, satu hal yang hampir dipastikan semua orang sepakat adalah enerji beliau yang luar biasa dalam menjalankan kiprah dan perananya, baik di Gontor atau di Indonesia secara umum. Enerji besar itu terpancar dari bahasa vokalnya, nada suaranya, bahasa tubuhnya, dan kehadirannya. Enerji besar itu menggerakkan dirinya dan meradiasi orang-orang di sekitarnya.

Boleh dibilang tidak kenal kata capek untuk mengurusi manusia dan pesantren. “Ar-rohatu fi tabadulil amal,” pesannya yang selalu diperdengarkan ke santri. Definisi istirahat pun beliau ganti bukan dengan berhenti dari aktivitas, tetapi dengan melakukan rotasi aktivitas.

Enerji besar juga menggerakkan kreativitas dan inovasinya. Langkah pembangunan infrastruktur Gontor mengalami perkembangan yang eksponensial. Tak pernah mengenal kata menthok. Berbagai jalan diterobos. “Inna fil harakoti barokatan,” pesan beliau yang saya tulis di agenda. Seluruh santri diperintahkan untuk dinamis karena berdinamika itu menarik berkah.

Enerji besar itu juga membuat beliau anti-toleransi. Maksudnya, anti-toleransi terhadap penyimpangan yang ada kemungkinan Pondok dirugikan atau prinsip pendidikan pesantren dikorbankan. Kata seorang guru senior yang menjadi sahabat saya, dengan Ustadz Syukri itu kalau menyangkut masalah Pondok, 500 perak saja diurusi. Beliau hafal jumlah kran air untuk wudlu para santri dengan menghitung sendiri. Beliau mengambil keputusan rata-rata 27-30 keputusan setiap hari untuk Gontor dan cabang-cabangnya.

Enerji besar itu kerap membikin “malu” kiai-kiai muda yang ditraining beliau. Bagaimana tidak, meski usia sudah tua (sebelum beliau sakit), tapi soal kelincahan berpikirnya, enduransi mentalnya, dan ketahanan fisiknya mengalahkan orang muda. “Kita masih capek luar biasa karena diajak berdiskusi semaleman mengenai leadership pesantren, e . . . habis subuh sudah ngajak olahraga,” demikian sekelumit cerita dari seorang kiai ke saya.

Tidak hanya santri dan bangunan, tapi pohon dan seluruh makhluk Allah di Gontor telah menjadi a living proof bahwa enerji besar itu telah berkontribusi luar biasa bagi prestasi Gontor dan pendidikan Islam di Indonesia.

Meski berenerji tinggi yang membuat beliau orang berprinsip, tapi dalam pergaulan di tingkat nasional dan internasional, beliau memainkan fleksibelitas yang tinggi. Terbukti, jaringan koneksinya sangat luas.

RAHASIA ENERJI HATI YANG MELIMPAH

Untuk santri Gontor, untuk para tokoh dan para pemimpin bangsa di semua lini, sosok Ustadz Syukri jangan sampai berhenti hanya dikenang jasanya dan dipuji kiprahnya. Sebab, beliau adalah guru bangsa yang memiliki ‘taught-able legacy’ dan harus ditempatkan sebagai sumber pembelajaran, apalagi di era digital ini dimana 80% ilmu berada di internet dan di tokoh. Sisanya, di dalam tembok kelas.

Ustadz Syukri telah secara optimal mampu mengaktifkan sumber energi hati dengan dampak yang sudah kita bahas di muka. Darimana enerji hati itu diaktifkan? Setiap orang bisa bicara sesuai kesimpulannya, tapi kalau dijelaskan berdasarkan konsep kecerdasan hati (heart intelligence), yang di-back-up oleh riset sains, mukasyafah spiritual, ajaran para nabi, dan petunjuk al-Quran, ada sedikitnya tiga poin yang bisa dijelaskan di sini.

Pertama, total appreciation. Riset ilmuwan HeartMath Institute menyimpulkan bahwa apresiasi hati, peduli (care), love, dan compassion (kasih sayang) adalah 4 kunci rahasia untuk mengaktifkan enerji hati (The Science of the Heart: 2008).

Atas nama rahman Allah, siapapun yang mampu mengeluarkan apresiasinya, cintanya, pengabdiannya, dan pedulinya kepada peranan, tugas, atau tanggung jawab yang diamanahkan kepadanya, pasti dan pasti ia dianugerahi enerji besar. Titik. Mozart menyimpukan, ibunya kecerdasan adalah love.

Sebaliknya, meski dengan pengetahuan seabrek di kepala atau dengan skill yang mumpuni di tangan, tapi kalau tidak memiliki 4 kunci di atas, dipastikan enerjinya kecil. Dampaknya, tidak kreatif, cepat kalah, dan pori-pori kecerdasannya kurang optimal bekerja.

Al-Quran telah menginformasikan cara kerja sunnatullah demikian pada Surah Luqman: 12. “Sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu ‘Bersyukurlah kepada Allah. Siapa saja yang bersyukur, maka sungguh ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Tetapi siapa saja yang tidak bersyukur (kufur nikmat), maka sungguh Allah Maha Kaya, Maha Terpuji”.

Tidak ada yang bisa mendebat, siapapun yang mengenal Ustadz Syukri, dipastikan dapat menemukan total appreciation pada diri beliau. Apalagi landasan apresiasinya adalah iman.

Kedua, integrated determination (determinasi yang menyatu). Semua manusia yang tangguh dalam memperjuangkan kebajikan, dari kalangsan sahabat Nabi, dokter yang ditugaskan di daerah terpencil, bidan, kiai, dan seterusnya memiliki tiga determinasi yang terintegrasi (bertauhid) ini.

Dalam konsep kecerdasan hati, determinasi adalah kejelasan sasaran usaha yang benar-benar diperjuangkan seseorang, seperti macan tutul mengejar mangsa atau seperti pemuda mingincar bunga desa. Supaya enerji hati berlimpah, maka dibutuhan penyatuhan tiga determinasi ke dalam kesatuan gerak langkah sehari-hari.

Ketiga determinasi tersebut adalah determinasi jangka pendek (target atau tujuan sekarang), jangka panjang (mimpi, visi, atau cita-cita), dan determinasi puncak (alfalah di akhirat). Untuk determinasi ini, Kiai Syukri adalah sosok yang harus diteladani banyak kiai, utamanya kiai alumni. Jangan kan hartanya, hidupnya saja sudah diwakafkan untuk perjuangan pesantren.

Ketiga, mature self-regulation. Segundang hasil riset di kecerdasan hati dan psikologi sudah memastikan bahwa manusia yang gagal mengontrol emosi hatinya (negatif feeling) akan gagal pula mengeluarkan enerji hati. Paling-paling yang sering keluar adalah nafsu: amarah dan syahwat.

Maka sudah sangat saintifik ketika Rasulullah SAW berpesan: “Orang kuat itu bukan orang yang badannya gede (pegulat), tapi orang yang mampu mengontrol dirinya saat emosi sedang keos”, berdasarkan hadis riwayat HR. Ahmad dan Ibn Hiban.

Saya sendiri belum pernah dimarahi Ustad Syukri. Tapi, dari cerita kawan-kawan sewaktu Ustadz Syukri masih muda (usia beliau 40-tahun-an), banyak yang kena marah beliau. Itu terjadi pasti karena memang ada kesalahan. Artinya, marahnya beliau bukan marah yang ngawur dan ngamuk yang menguras enerji hati, tapi marahnya seorang pemimpin, seorang kiai, seorang guru, dan seorang orangtua.

Selamat jalan Dr. HC. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. Kami mengenangmu selamanya sebagai sosok K-I-A-I: Kamalul Ilmi, wal-Adabi, wal-Istiqomati.

 

*Penulis adalah alumni Gontor 1993

Video Motivasi Ustadz Syukri

 

Sosok Kyai Pengkader yg keras berfikir, keras bekerja, keras bersabar dan keras berdoa itu kini telah Tiada

0

Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun

Patah tumbuh hilang berganti
Belum patah sudah tumbuh
Belum Hilang sudah berganti (KH. Abdullah Syukri Zarkasyi)

Sosok Kyai Pengkader yg keras berfikir, keras bekerja, keras bersabar dan keras berdoa itu kini telah Tiada. Rahimahullahu rahmatan wasi’ah..

Ustadz Syukri.. demikian kami santri-santri, mahasiswa dan guru di Gontor biasa menyebut KH. Dr. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. Sebab di Gontor tidak ada pembedaan dalam penyebutan antara guru baru hingga kyai pengasuh pondok, semuanya dipanggil ustadz.

Ustadz Syukri adalah kyai, pengasuh, pendidik, guru dan manager kami semua. Jasa & jariyah kebaikan beliau sudah tidak terhitung lagi, khususnya bagi diri saya pribadi. 11 tahun di Gontor, baik sebagai santri (6 tahun), maupun sebagai guru dan mahasiswa S1, saya merasakan betul bagaimana beliau mendidik, mengajar dan menggembleng kami semua dalam hal keilmuan, pengkaderan, dan cara pengelolaan unit-unit wakaf Pondok Modern Gontor. Kebetulan semasa guru, saya ditugaskan di unit Percetakan (3 tahun), panitia kalender, ketua panitia ujian akhir tahun, ketua lab komputer (DCC), dan Dema.

Semua tugas itu mau tidak mau harus membuat laporan berkala ke Ust. Syukri, khususnya saat di percetakan. Rutin setiap bulan kami semua menghadap beliau langsung, melaporkan kondisi percetakan, perkembangan aset, dll. Saat itu kami ditanya detail sekali, tentang stok kertas di gudang, harga 1 rim plano bermacam jenis kertas, tentang jumlah mesin, kemampuan cetak per mesin, jumlah pekerja, dll. Kalau kami tidak bisa menjawab, beliau marah dan membentak, lalu kami disuruh pergi untuk menghadap lagi. “Jangan kesini lagi kalau kalian tidak siap, dan tidak mengetahui permasalahan di pos tugas kalian!!”

Pertemuan berikutnya kami ditanya lebih banyak lagi, tentang percetakan.. alhamdulillah karena masing2 sudah melakukan persiapan matang, kami pun bisa menjawab. Lalu beliau tersenyum… Kalian itu kader-kader umat, harus siap dididik! Kalau kalian saya tempatkan di percetakan, lalu kalian tidak bisa menjawab pertanyaan tentang percetakan di luar kepala, berarti kalian tidak menguasai data, dan itu sama saja kalian tidak kerja, tidak sungguh-sungguh!! Bagian diesel pun saya tanya berapa jumlah kran di pondok, bola lampu dlsb.

Saya sebagai kyai Gontor tidak megang sepeser pun uang pondok, tapi saya tahu data keuangan pondok, jumlah santri dan guru. Sebab kyai itu bukan sekedar tahu ilmu agama saja, tapi juga sbg manager, penanggung jawab, pendidik dan pengasuh. Mendidik santri itu sulit, tapi lebih sulit lagi mendidik guru, apalagi guru senior. Mendidik guru senior itu sulit, tapi lebih sulit lagi mendidik keluarga. Dan semua itu dimulai dari keteladanan dan keikhlasan. Maka siapa saja yg melanggar disiplin/sunnah pondok akan dihukum kalau perlu diusir, tidak peduli keluarga pendiri pondok!

Demikian kami mendapat “setruman” langsung dari beliau, baik ketika menghadap untuk laporan unit wakaf Pondok, maupun ketika pertemuan mingguan bersama guru-guru (Kamisan) yg saat itu berjumlah 300an guru. Ada kalanya saat di Dema, saya, Ust. Hasib & satu ustadz dari sekretaris pimpinan dipanggil beliau dan diajak keliling daerah sekitar, hingga wilayah Wonogiri dan disetiri beliau sendiri sambil memberi banyak pelajaran dan motivasi.

Supaya kami tidak tegang beliau biasanya menanyakan hal-hal pribadi kami. Dan kebetulan beliau juga tahu bhw ayah saya dulu adalah teman seangkatan beliau di Gontor. Di mobil itu beliau banyak memahamkan kami tentang nilai2 pondok, kaderisasi & Panca Jiwa, khususnya tentang keikhlasan.

Pondok ini bukan milik kyai atau pendirinya, tapi sudah diwakafkan untuk umat. Jadi kalian mengajar, dan bekerja di pondok ini bukan untuk saya, tapi untuk umat, li i’la-i kalimatillah, dan manfaatnya kembali ke kalian sendiri. Yakinlah: In tanshurullah yanshurkum (jika kalian menolong [agama] Allah, niscaya Dia menolong kalian). Sebaliknya jika ada yg mau merusak pondok ini berarti dia merusak aset umat, bukan aset kyai pribadi.

Memimpin pondok itu bukan hanya memimpin kegiatan belajar mengajar antara santri dan guru saja, tapi juga mengatur kehidupan di pondok, memikirkan kesejahteraan santri, guru, dll., termasuk bagaimana gizinya santri terpenuhi, kesehatan mereka, hubungan antar guru, tidak saling mengirikan, dlsb. Begitu kurang lebihnya nasehat beliau saat itu. Semua itu “disetrumkan” dengan nada & intonasi yang tegas dari lubuk hati yang mendalam.

Ust. Syukri memang selalu energik, semangat beliau mengalahkan kekuatan fisiknya. Kegiatan & perhatian beliau untuk masyarakat sekitar juga tidak kurang2nya. Begitu mengetahui ada kris**nisasi yg berhasil memurtadkan hampir seluruh penduduk Muslim di sebuah desa yang tidak begitu jauh dari Gontor, Beliau pun terjun ke desa tersebut hanya berbekal satu bola volley dan net, hingga akhirnya banyak yang kembali masuk Islam. Demikian halnya ketika Indonesia dilanda virus “Islam Liberal” & tantangan pemikiran, maka beliau pun menginisiasi berdirinya PKU (Program Kaderisasi Ulama) di Gontor.

Sebelum jatuh sakit, saat saya sowan, beliau pernah mengungkapkan azam beliau untuk menulis buku tentang pemikiran Islam dan menjelaskan kelemahan argumen liberal. “Saya tahu kitab2 yg harus dirujuk, tapi banyak kewajiban lain yang tidak bisa saya tinggalkan sehingga belum memungkinkan untuk duduk menulis”.

Masih terlalu banyak catatan & memori saya untuk diceritakan di sini. Tapi beliau memang benar-benar seorang kyai, guru, pendidik & manager yg luar biasa. Seorang tokoh pemimpin yg benar2 keras berfikir, keras bekerja, keras bersabar dan keras berdoa. Selamat jalan ayahanda KH. Dr. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. Semoga Allah menerima amal ibadah & jariyah kebaikan antum, diampuni segala khilaf, dan dikumpulkan di tempat yang mulia bersama para kekasih-Nya. Dan semoga anak cucu beliau pun tumbuh menjadi generasi alim-soleh yang mampu meneladani semua kebajikan beliau.

Amin amin amin Ya Mujibassailin..
lahu al-fatihah
@henrishalahuddin alumni95