Home Blog Page 542

English Debate Training Asah Kemampuan Berbahasa

0
AFGHANISTAN—Language Advisory Council (LAC) Pondok Modern Darussalam Gontor menggelar English Debate Training bagi para santri dan guru-guru di Afghanistan Hall, Ahad (29/11) siang. Ustadz Ikhwan Agustono selaku staf LAC berpendapat, kemampuan berbahasa, khususnya bahasa Inggris perlu diasah dengan melatih kombinasi antara otak dan lisan dalam berpikir dan menyampaikan pendapat menggunakan bahasa Inggris.


Hal senada juga disampaikan Ustadz Ichsan Kamil, Senin (30/11) bahasa itu haruslah menyatu dengan pikiran kita. “Saat saya berkunjung ke The Jakarta Post, salah satu koran terkemuka di Indonesia dengan bahasa pengantar menggunakan bahasa Inggris, Pimpinan Redaksi koran tersebut mengatakan bahwa jika seseorang ingin memiliki kemampuan berbahasa Inggris aktif, ia haruslah mampu membuat dirinya berpikir dengan menggunakan bahasa tersebut.”
LAC kemudian berinisiatif untuk mengundang beberapa ahli debat dalam bahasa Inggris ke Gontor dengan tujuan utama meningkatkan skill berbahasa Inggris para santri dan guru. Debat sendiri secara secara tidak langsung akan membuat setiap orang belajar mengolah kata untuk menyampaikan pendapat yang telah dipikirkannya sebelum berbicara. Bisa dibayangkan, seseorang yang telah mampu berdebat dengan bahasa Inggris tentunya ia telah menjadi active speaker of English.
Trainer yang didatangkan LAC untuk mengisi acara English Debate Training ini sudah berpengalaman dalam beberapa kompetisi debat berbahasa Inggris. Salah satunya adalah Mahreta Adi Kuncoro, juara kedua dalam kompetisi English Debate Contest among Universities. Dia merupakan alumni Gontor yang telah menamatkan studinya pada tahun 2006 silam. Di Gontor, ia sempat menjadi staf Penggerak Bahasa Pusat atau lebih dikenal dengan The Center for Language Improvement (CLI).
LAC mendatangkan tiga orang trainer. Selain Kuncoro, masih ada dua lagi yang mengisi acara pelatihan debat berbahasa Inggris tersebut. Salah satunya juga alumni Gontor seangkatan dengan Kuncoro. Dia adalah Maman, seorang profesional di bidang pelatihan debat berbahasa Inggris untuk para siswa sekolah menengah atau English Debate Trainer for High School. Satunya lagi adalah Ihsan, juara kedua dalam kompetisi Asia Pacific English Debate Championship. 

 

Guru PMDG Lulus Sertifikasi Pengajar Matematika

0
KAMPUNG DAMAI—Setelah lebih dari sepekan mengikuti ujian sertifikasi mata pelajaran umum, dari hari Senin hingga Selasa, 28 September-6 Oktober 2009 lalu, akhirnya Ustadz M. Tasdiq Masyhud, S.Ag., salah satu utusan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) dinyatakan lulus sebagai guru Matematika, Rabu (18/11) lalu. Sebenarnya, Gontor mengutus empat orang termasuk Ustadz Tasdiq untuk mengikuti ujian sertifikasi yang diadakan Departemen Agama (Depag) dan Departemen Pendidikan (Depdik) ini. Namun, ketiga peserta lainnya belum dinyatakan lulus pada ujian pertama. Mereka adalah Ustadz Taufiqurrahman, S.Ag., Ustadz Kholid Karomi, S.Fil. dan Ustadz Sunarto, S.Ag.

Bagi guru Madrasah Aliyah (MA) yang belum mendapatkan kesempatan untuk lulus pada ujian pertama, telah diadakan Ujian Ulang Tahap 1 (UL 1), Sabtu (21/11) lalu, akan tetapi hasilnya belum diumumkan panitia. UL 1 bagi guru-guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) diadakan dua hari setelahnya, Senin (23/11). Sedangkan guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dijadwalkan mengikuti UL 1 sehari kemudian, Selasa (24/11). Kesempatan mengikuti ujian ulang hanya sekali, jika tidak mengikuti tanpa alasan yang jelas dinyatakan gugur (diskualifikasi-red). Ujian bertempat di Gedung Serba Guna (GEMA) Kampus Pusat Unesa, Ketintang Surabaya.

Peserta sertifikasi meliputi seluruh guru Matematika se-Jawa Timur. Menurut Ustadz Tasdiq, program ini sebetulnya diwajibkan karena ini merupakan program pemerintah, tetapi tetap saja ada yang tidak mengirimkan utusannya. Adapun jumlah peserta sertifikasi kali ini mencapai 400 orang lebih. Pelaksanaannya dikoordinir Universitas Negeri Surabaya (Unesa) sebagai Panitia Sertifikasi Guru Rayon 14. Para penguji terdiri dari dosen Matematika Unesa dengan berbagai macam bentuk ujian mencakup ujian tulis, praktek mengajar dan cara bersosialisasi pada saat-saat diklat. Untuk sertifikasi guru mata pelajaran umum, materi yang diujikan  meliputi Matematika, Sejarah dan Fisika disesuaikan dengan bidangnya masing-masing.

Dalam hal ini, semua mata pelajaran ada sertifikasinya. Gontor sendiri sudah beberapa kali mengikuti sertifikasi sejak program ini dicanangkan. Akan tetapi, selama ini Gontor hanya mengikuti sertifikasi untuk bidang mata pelajaran Dirosah Islamiyah saja. Barulah pada tahun ini Gontor mengikuti sertifikasi untuk mata pelajaran umum. Ustadz Tasdiq mengakui, persyaratan sertifikasi sendiri tidaklah terlalu sulit, pastinya materi yang diujikan sesuai dengan bidang yang diajarkan guru di sekolahnya. ”Tidak semua guru yang diutus bisa ikut, ada seleksinya. Tapi, khusus Gontor sendiri langsung mengikuti ujian tanpa diseleksi terlebih dahulu,” ungkap perintis Suara Gontor (Suargo) FM ini kepada Gontor Online di kediamannya, Selasa (24/11).

Lebih daripada itu, tambah ayah tiga anak ini, sertifikasi memberikan keuntungan tersendiri bagi guru yang bersangkutan. Dengan adanya pernyataan dari Depag atau Depdik bahwa guru tersebut telah lulus sertifikasi, maka secara tidak langsung akan mendapatkan jaminan untuk mengajar dimana saja diinginkan dengan status yang lebih tinggi tentunya. Dalam hal ini, pihak sekolah yang mengutus guru-gurunya untuk mengikuti program sertifikasi juga diuntungkan walaupun tidak sebesar keuntungan personal yang diperoleh setiap guru. Tentunya, dengan ditopang guru-guru yang telah lulus sertifikasi, pamor sekolah akan meningkat sekaligus dapat meningkatkan kualitas anak didiknya (insya Allah-red).

”Dengan berbagai keuntungan inilah, para guru dari berbagai jurusan mata pelajaran berbondong-bondong mengikuti program sertifikasi ini,” tutur Ustadz Tasdiq sambil tersenyum hangat.
   
 

KMI Benahi Pengajar Ushul Fiqh dan Tarbiyah

0
DARUSSALAMKulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) Pondok Modern Darussalam Gontor menyelenggarakan sebuah program untuk meningkatkan kualitas pengajar materi Ushul Fiqh dan Tarbiyah kelas 5 dan 6 KMI. “Hal ini sehubungan dengan telah disusunnya buku baru untuk dua materi tersebut,” kata Ustadz Prayitno, salah satu staf KMI yang menjadi panitia acara ini kepada Gontor Online, Senin (23/11) lalu. Menurutnya, guru-guru perlu mengetahui kandungan buku yang sudah menjadi pegangan siswa KMI itu secara lebih mendalam.


Oleh karena itu, kegiatan di atas disebut Program Sosialisasi dan Pendalaman Materi Ushul Fiqh dan Tarbiyah Kelas 5 dan 6 KMI. Acara berlangsung selama tiga hari, Sabtu-Senin, 21-23 November 2009. Pesertanya bukan hanya dari Gontor, namun seluruh pengajar kedua materi ini di seluruh pondok cabang diharuskan mengikutinya.

Acara yang bertempat di Wisma Darussalam ini dibagi menjadi sembilan sesi. Sesi pertama hingga ketujuh berkaitan dengan sosialisasi dan pendalaman materi oleh tim penyusun kedua buku tersebut. Sedangkan pada dua sesi terakhir diadakan penyusunan soal per materi. Adapun tim penyusun buku materi Ushul Fiqh adalah Ustadz H. Mulyono Jamal, M.A., Ustadz H. Abdullah Rofi’i, S.Ag., Ustadz H. Imam Awwaluddin, M.A., Ustadz H. Imam Kamaluddin, Lc. M.Hum. dan Ustadz H. Imam Iskarom, Lc. Mereka semua merupakan staf pengajar di Gontor yang menguasai pelajaran ini. Sedangkan tim penyusun buku materi Tarbiyah adalah Ustadz Drs. H. Sutrisno Ahmad, Drs. H. Rif’at Husnul Ma’afi, M.A. dan Ustadz H. Abdul Hafidz Zaid, M.A.
 

KMD Bekali Pembina Pramuka PMDG

0
GONTOR—Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) kembali mengadakan Kursus Mahir Tingkat Dasar (KMD) selama enam hari, Rabu-Senin, 18-23 November 2009, dengan dua gelombang. Gelombang pertama bertempat di kampus PMDG selama sehari, Rabu (18/11), sedangkan gelombang kedua dilaksanakan di Bumi Perkemahan (buper) yang berlokasi di kampus Pondok Modern Gontor 2, Madusari, Siman, Ponorogo, selama lima hari berikutnya. Menurut Syahrul Falakh, ketua panitia KMD tahun ini, tujuan diadakannya acara ini adalah untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan kemampuan Pembina Pramuka dalam mengasuh anak didik dan mengelola satuan.


Selain itu, KMD akan membentuk tenaga Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar dan meningkatkan kualitas Pembina Pramuka di PMDG yang akan disebarluaskan ke seluruh Indonesia dan negara-negara tetangga. Hal yang lebih penting lagi adalah melaksanakan sunah dan disiplin Pondok Modern karena KMD selalu diadakan setiap tahun untuk anggota Gerakan Pramuka yang telah duduk di kelas 5 Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI). Jadi, seluruh pesertanya merupakan siswa kelas 5 KMI yang berjumlah 805 orang.

KMD merupakan kursus Pembina Pramuka yang berbentuk pendidikan di luar sekolah. Di dalamnya diberikan pengetahuan dasar tentang kepramukaan. Keseluruhan materi dikelompokkan dalam paket latihan sesuai dengan cara berpikir yang sistematis, dalam program induk, sesuai dengan lampiran keputusan Kwartir Gerakan Pramuka Nomor 038 Tahun 1990 tentang Program Induk Pendidikan Kursus Mahir Tingkat Dasar. Adapun jumlah pelatih mencapai 17 orang yang meliputi pelatih dari PMDG sendiri dan pelatih dari Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Ponorogo.

Sedangkan metode yang digunakan pada KMD mencakup ceramah, diskusi, Curah Gagasan (Brain Stoming), Pemecahan Masalah (Problem Solving), penugasan, kerja kelompok, studi kasus, berganti pakaian, peragaan atau demonstrasi, bermain peran, tak terduga (surprise), Widya Wisata, praktek, pengabdian masyarakat, simulasi dan lain sebagainya.

Pada saat kursus, setiap peserta KMD akan dinilai. Penilaian meliputi moral sikap pribadi peserta, kepemimpinan dan keteladan, hubungan atau relationship, penguasaan materi, cara melaksanakan materi dan bagaimana usaha setiap peserta dalam peningkatan kemampuan dirinya. Maka, setelah kursus mereka akan mendapatkan nilai baik sekali dengan kode A atau baik dengan kode B. Kode C dan D untuk mereka yang mendapatkan nilai Sedang dan Kurang.

KMD tahun ini mengambil tema yang sudah tidak asing lagi di telinga kita, “Ikhlas Bakti Bina Bangsa Berbudi Bawa Laksana” dengan motto “Aktif, Kreatif, Dinamis dan Berkarya”. “Dengan KMD, kita akan mendidik generasi muda yang terampil, kreatif dan bermental tinggi,” ujar Syahrul saat ditemui  di tempatnya, Selasa (24/11) pagi.
 

KMD Gontor 3 “Darul Ma’rifat”

Kegiatan sejenis juga diadakan Pondok Modern Gontor 3 “Darul Ma’rifat” dengan diikuti seluruh siswa kelas 5 KMI yang berjumlah 144 orang ditambah 10 orang peserta Pondok Pesantren Al-Barokah. Acara pembukaan dihadiri Kak Kwarcab Kediri, Kak Kwaran Gurah dan para pelatih utusan dari Kwarcab Kediri, Kamis (19/11) lalu, di Balai Pertemuan Gontor 3.
 
Seperti halnya di PMDG, KMD di salah satu cabangnya ini juga berlangsung selama enam hari, Kamis-Selasa, 19-24 November 2009. Pelatihan selama dua hari bersifat indoor dan sisanya dilakukan di buper. Peserta terbagi ke dalam 18 kelompok, masing-masing kelompok dibagi lagi menjadi menjadi tiga unit. Di setiap unit terdapat 6 RT. Dengan ini, diharapkan mutu kepramukaan yang ada  di Pondok Modern Gontor 3 terus meningkat. Sehingga, terciptalah suasana yang dinamis dan idealis.

Bagian Ketrampilan OPPM Gontor 3 Gelar Art Show

0

GURAH“Al-Ma'hadu laa yanaamu Abadan”. Pondok Modern Darussalam Gontor selalu bergerak dinamis dengan berbagai aktivitasnya yang mendidik. Demikian pula halnya dengan cabang-cabangnya yang tersebar di seluruh Nusantara. Pondok Modern Gontor 3 “Darul Ma’rifat” di Sumbercangkring, Gurah, Kediri, menggelar acara Art and Handy Craft Show, Jum’at (20/11) lalu.

Bertempat di Balai Pertemuan Gontor 3,  acara ini dikoordinir Bagian Kesenian dan Keterampilan (Baketram) Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) dari siswa kelas 4 Kulliyatul Mu'allimin-al-Islamiyyah (KMI). Seluruh santri Pondok Modern Gontor 3 menghadirinya untuk mendaftarkan diri pada salah satu klub yang sesuai dengan minat ataupun bakat terpendam yang mereka miliki.

Dalam kegiatan Art Show ini, semua klub dari berbagai bidang seni dan keterampilan seperti Persidama, Persada, Modest, Bengkel Setir (BS), Teater, Kaligrafi, Limit, Aklam dan Snama berpartisipasi meramaikan acara dengan penampilan-penampilan menghibur. Pertunjukan mereka juga dimaksudkan untuk menarik perhatian para santri sehingga hati mereka terbuka untuk mendaftar pada salah satu klub tersebut. Tak ayal, dengan ini banyak santri yang tadinya tidak mempunyai maksud untuk mengikuti salah satu klub, tiba-tiba antri mengikuti pendaftaran. Memang, keahlian anggota suatu klub mampu menjadi pesona tersendiri untuk merekrut anggota-anggota baru dalam kesempatan ini.

Di samping itu, acara ini diadakan untuk menumbuhkan kebanggaan dan rasa memiliki para santri terhadap klubnya masing-masing. Hal ini pun guna menghilangkan image seorang santri yang selama ini disebut-sebut hanya bisa mengaji kitab ‘kuning’, hanya bisa adzan, cuma jadi imam dll. Namun dengan ini, nampaklah bahwa seorang santri juga bisa berolahraga, bermain musik dan mempunyai suatu keterampilan untuk dijadikan bekal di masa depannya. Klub atau kursus-kursus ini juga berguna untuk meningkatkan life skill para santri serta mengarahkannya kepada hal-hal yang bermanfaat.
 

Panggung Gembira 684 Tampilkan Background Inovatif

0
DARUSSALAM—Menjelang adzan Maghrib, Sabtu (14/11), background yang telah dipersiapkan untuk acara puncak Pekan Perkenalan Khutbatu-l-’Arsy (PKA), Pagelaran Seni Panggung Gembira (PG) 684 mulai berdiri dengan gagahnya di depan Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM). Ironinya, pemasangan background PG biasanya dapat diselesaikan sebelum adzan Zuhur berkumandang atau sebelum para santri keluar dari kelas, kali ini memakan waktu lebih lama. Bahkan, menjelang acara dimulai usai shalat Isya’ beberapa properti terakhir baru selesai. Hal ini disebabkan keberadaan raging depan background yang merupakan gebrakan baru PG 684. Inilah penampilan terbaik background PG tahun ini. “Background tahun ini memang besar dan sungguh rumit,” komentar Ashabul Kahfi, siswa akhir KMI 684 kepada Gontor Online, Ahad (15/11).

Pasalnya, waktu pagi hingga siang dihabiskan untuk angkat-turun background di lantai dua demi penyelarasan raging. “Paling mengharukan dalam pemasangan background bagi kami adalah saat menjelang Maghrib. Tiba-tiba saja background tambahan di sayap kanan jatuh akibat kencangnya angin. Saat itu semua langsung hening. Kami terhenyak melihat background hancur menabrak panggung bawah. Ditambah lagi teriakan asatidz pembimbing, mengecam kawan-kawan untuk segera turun dan membedahi semua background sayap kanan dan kiri. Kesedihan kami tidaklah seberapa jika dibandingkan apa yang dirasakan kawan-kawan dekorator. Bahkan, beberapa di antara mereka sampai meneteskan air mata,” ujar Aji Gema, salah satu peserta Drama Musikal PG 684 kepada Gontor Online, Ahad (15/11) pagi.

Ketika senja tiba, penutup raging dilepas atas perintah Bapak Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, K.H. Hasan Abdullah Sahal, yang juga hadir saat pemasangan background. Beliau optimis, saat acara berlangsung tidak turun hujan, di samping itu, agar ujung background tidak tertutup oleh atap raging. Adapun masalah penurunan background sayap kanan dan kiri yang merupakan andalan tersendiri bagi dekorator 684, sempat terjadi perbedaan pendapat antara asatidz pembimbing, diturunkan atau pemasangannya dilanjutkan.

“Turun, nanti kamu bisa jatuh!” teriak salah satu pembimbing melihat salah seorang bagian dekorasi yang tergoyang oleh angin di ujung background. Namun, beberapa pembimbing masih mendukung pemasangan sayap kiri dan kanan, meskipun angin bertiup cukup kencang. Kerusakan background yang jatuh pun segera diperbaiki. Beberapa siswa kelas 6 segera berlari mengambil bambu tambahan untuk penguatan rangka background yang diputuskan untuk dirampungkan. Pemasangan secara umum selesai sebelum Maghrib.

Secara garis besar, background  PG kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Lingkup yang tertutup ditambah raging adalah inovasi dekorasi yang tiada duanya. Ditambah pula dengan ornamen dan tulisan kaligrafi Arab yang selaras membentuk pemandangan tiga dimensi ala Gontor. “Background PG kali ini, menurut saya, yang terbaik sejak zaman PKI,” kata Faiz Taufiq, siswa akhir KMI 684 penuh semangat.

PG 684 Sukses dengan Penuh Inovasi

Dari sekian rentetan acara PG 684 yang mencapai 29 acara tersebut, beberapa diantaranya merupakan inovasi baru dalam dunia per-PG-an. Di antaranya terdapat Drama Musikal, Kecak Reog, Tari Sakera, Sulap dan Shadow Show. Drama Musikal merupakan inovasi baru dari Drama Tragedi. Penampilan Drama Tragedi yang tampil pada PG tahun-tahun sebelumnya memanfaatkan dubbing (suara rekaman-red). Kali ini, dengan kisah Abu Dzar Al-Ghifari, Drama Musikal dengan berbahasa Arab itu berani life tanpa dubbing.

Kemudian ada pula Kecak Reog, gabungan antara tari asal Ponorogo dan tari adat Bali. Disusul acara baru asal Madura, Sakera Dance. Selanjutnya ada penampilan Shadow Show, penggambaran gerak-gerak unik melalui bayangan tubuh. Di antaranya, bayangan tubuh-tubuh peserta yang membentuk gajah, pesawat terbang, bebek, pohon, teko, kereta api, mobil mini, anak belajar komputer dan gambar anak-anak yang kejar-kejaran bersama.

Secara keseluruhan, dewan juri memberi nilai 9,5 untuk PG 684. Namun, dengan segala kelebihan dan nilai-nilai positif serta inovasi yang diperjuangkan anak-anak kelas 6, K.H. Hasan Abdullah Sahal menyempurnakan nilainya menjadi 10.
 
“Wah, dari pertama sampai akhir, ana nggak ngantuk blass, seru deh pokoknya. Bahkan acara Wayang Orang pun tidak membosankan, malah sangat menghibur dengan gaya cerita dan bahasa ‘merakyat’,” ujar Irfan Ali, siswa kelas 4 KMI, kepada Gontor Online usai acara.

Gemerlap Drama Arena 584 Terangi Darussalam

2

Pagelaran Seni Santri Pondok Pesantren Modern Gontor dalam Drama ArenaDARUSSALAM—Pagelaran Seni Drama Arena (DA) 584 yang ditampilkan seluruh siswa kelas 5 Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) telah rampung dengan penampilan memukau dan fantastis, Kamis (12/11) malam. Dengan warna dasar dominan putih, background DA nampak bercahaya menyambut sinar-sinar gemerlap yang disorotkan ke arah panggung. Para penonton pun menyaksikan setiap acara nyaris tanpa berkedip.

Pencahayaan yang bagus ini juga diimbangi dengan penampilan siswa kelas 5 KMI yang prima. DA tahun ini diwarnai dengan berbagai macam pertunjukan-pertunjukan baru yang menarik dan juga menghibur para penonton. Di antara acara-acara tersebut adalah El Jabba Phantom, Tari Sunda, Teater Islami dan masih banyak lagi. “El-Jabba Phantom adalah perpaduan antara gerakan-gerakan dance dengan gerakan pantomim yang berkolaborasi menjadi satu,” ujar Yahdi, salah satu personil El-Jabba Phantom, ketika ditemui Gontor Online, Jum’at (13/11) pagi.Menurutnya, Nama El-Jabba Phantom sendiri diambil dari kosa kata bahasa Arab, El-Jabba diambil dari kata al-‘ajib yang berarti keajaiban dan kata Phantom berarti pantomim sendiri. El-Jabba Phantom beranggotakan 12 orang personil yang semuanya merupakan siswa kelas 5 KMI.

Lain halnya dengan Tari Sunda, personil tarian yang merupakan salah satu acara baru DA 584 ini beranggotakan 31 orang, semuanya berasal dari daerah Jawa Barat. Maka, mayoritas anggotanya adalah bersuku Sunda. Tarian ini merupakan perpaduan seni budaya Sunda yang dikemas dalam sebuah gerakan tarian. “Inilah salah satu budaya Sunda yang kami persembahkan. Dengan mengenakan kostum polos, tarian ini menggambarkan budaya Sunda yang sederhana dan ramah,” ungkap Irfan, siswa kelas 5 KMI asal Tasikmalaya, Jum’at (13/11).Selain tarian dan kolaborasi antara dance dengan pantomim, DA 584 juga menampilkan acara baru berupa Islamic Teater. Di dalam pertunjukan teater ini terkandung banyak nasihat yang berguna bagi para penonton, baik dari segi mental maupun spiritual. “Untuk pertunjukan teater ini kami mendatangkan seorang sutradara yang berasal dari Yogyakarta bernama Agung Waskito,” tutur Juliat yang memerankan tokoh Raja dalam acara ini. Teater ini melibatkan 35 personil dari siswa kelas 5 KMI dan menghabiskan waktu tiga minggu untuk latihan.

Dengan alasan, jiwa dan ruh perjuangan santri Gontor dan para alumninya yang telah banyak berkiprah di kancah pemerintahan di Indonesia, DA kali ini mengambil tema “Dengan Semangat Juang Santri Kita Kawal Umat Kejayaan Bangsa”. Hal ini menandai eksistensi Gontor dengan peran aktif alumninya dalam segala lini kehidupan dengan satu tujuan, yakni mengawal umat Islam di Indonesia dan membina mereka untuk menuju kejayaan bangsa. Tujuan ini sesuai dengan penanaman nilai-nilai dan pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor.

 

Gontor 12 Berdiri di Tanjungjabung Timur Jambi

1
JAMBI—Menindaklanjuti tanah wakaf dari bupati Tanjungjabung Timur (Tanjabtim), Drs. H. Abdullah Hich, yang berkunjung ke Gontor beberapa waktu lalu, Selasa (3/11), Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) menghadiri acara peletakan batu pertama pembangunan Pondok Modern Gontor 12 di Parit Culum I, Muarasabak Barat, Tanjungjabung Timur, Jambi, Senin (9/11). Pondok cabang PMDG ke-12 ini akan dibangun di atas lahan seluas 10 hektar. Ditargetkan, pembangunannya dapat selesai sebelum tahun ajaran baru Juni 2010 mendatang.

Selain Pimpinan PMDG, Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. dan K.H. Hasan Abdullah Sahal, acara peletakan batu pertama pembangunan Gontor 12 tersebut juga dihadiri sebagian anggota Badan Wakaf PMDG, yakni Drs. K.H. Akrim Mariyat, Dipl. A. Ed., K.H. Rusydi Bey Fannanie, K.H. Abdullah Sa’id Baharmus, Lc. dan Dr. K.H. Amal Fathullah Zarkasyi, M.A. Turut hadir dalam acara ini Kapolres Tanjabtim, AKBP Budiwasono, Wakil Bupati Tanjabtim, M. Juber, S.Ag., Sekda Tanjabtim, Drs. Eddy Kadir, para unsur Muspida di lingkungan Setda Tanjabtim, alumni-alumni Gontor yang tergabung dalam IKPM Cabang Jambi beserta ribuan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pembangunan dan warga lainnya.

Pada waktu yang bersamaan, melihat peran Bupati Tanjabtim ini dalam pembangunan Gontor 12, IKPM sepakat mengangkat Drs. H. Abdullah Hich menjadi Anggota Kehormatan IKPM. Saat itulah ketua IKPM Pusat, Drs. K.H. Akrim Mariyat, Dipl A. Ed. membacakan surat keputusan pengangkatan Anggota Kehormatan IKPM. Dengan ini, Abdullah Hich merupakan orang keempat sejak abad ke-21 yang menjadi Anggota Kehormatan IKPM. Sebelumnya, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Sumsel dan Walikota Kediri juga dinobatkan sebagai Anggota Kehormatan IKPM atas kesungguhan dan partisipasi mereka dalam membantu perjuangan Gontor.

Dalam sambutannya, K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi menegaskan, keberadaan Gontor secara umum tidak akan mengesampingkan pondok pesantren lain. Justru dengan ini, Gontor akan menggandeng semua pondok pesantren yang ada agar bisa berjalan beriringan dengan tujuan yang sama, yakni membangun sumber daya manusia yang handal.
 

Utusan Gontor Ikuti Penataran di LIPIA

0
JAKARTA—Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) mengirimkan tiga ustadz untuk mengikuti penataran yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA), Jakarta Selatan, Sabtu (31/10) lalu. Ketiganya telah mengajar beberapa bidang studi keislaman di Gontor selama bertahun-tahun. Mereka adalah Ustadz H. Edy Kusnanto, Ustadz Drs. Hamim Syuhada dan Ustadz Jarman Arroisi, S.Ag. Menurut keterangan Ustadz H. Edy Kusnanto yang sempat ditemui Gontor Online di rumahnya, jumlah peserta yang mengikuti acara ini mencapai 120 orang. Mereka juga merupakan utusan dari pondok pesantren, organisasi-organisasi masyarakat (ormas) Islam dan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mendapatkan undangan dari LIPIA.

Penataran ini disebut dengan “ad-Daurah at-Ta’hiiliyyah al-Uula lil-Aimmah wa Mu’allimi-l-‘Uluum as-Syar’iyyah wa-l-‘Arabiyyah”, yakni Penataran I untuk Para Imam dan Pengajar Ilmu Syari’ah dan Bahasa Arab. Acara yang berlangsung selama sembilan hari ini, Sabtu-Ahad, 31 Oktober-8 November 2009, diadakan untuk pertama kalinya di Kampus LIPIA. Dalam menyukseskan acara tersebut, LIPIA bekerjasama dengan Pusat Pelayanan Masyarakat dan Pendidikan Berkelanjutan, Universitas Islam Muhammad bin Saud. LIPIA sendiri merupakan salah satu cabang Universitas Islam Muhammad bin Saud yang berada di Indonesia.

Demi terwujudnya acara ini, panitia penyelenggara mengundang lima orang pembicara  dari Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud. Kelima orang itu adalah Dr. Abdul Karim Al Hamidy, Dr. Ibrahim Al Maiman, Dr. Abdurrahman, Dr. Razinur Razin dan Dr. Abdullah Al Lahidan. Sesuai dengan acaranya, materi yang mereka sampaikan meliputi masalah akidah, fiqh, cara-cara memanfaatkan berbagai sarana atau fasilitas modern untuk dakwah disertai pemaparan tentang kepandaian-kepandaian dasar berpidato maupun khutbah dalam rangka menyampaikan syariat Islam kepada masyarakat.

Di antara keterampilan berpidato yang disampaikan, Ustadz Edy menuturkan, agar orang tertarik, hendaknya kita jujur dan ikhlas ketika berpidato atau berkhutbah. Selain itu, kita haruslah memperhatikan tingkat pendidikan dan usia pendengar, memperhatikan jenis kelamin juga dan kondisi mereka; sedang senang atau sedih. “Kita benar-benar diajarkan bagaimana berdakwah dengan cara-cara yang halus dan menyentuh,” kata beliau.

Materi disampaikan selama 64 jam, ujar Ustadz Edy, yang terbagi ke dalam sembilan hari penataran. Acara berlangsung dari pagi, pukul 09.15 WIB, hingga menjelang shalat Ashar pada pukul 3.40 WIB. “Materi diajarkan dalam enam jam pelajaran setiap hari. Walaupun demikian, kami diberi waktu istirahat selama lima menit di antara setiap jam pelajaran,” ungkap ustadz yang menguasai pelajaran Ushul Fiqh ini sambil memperlihatkan jadwal acara penataran tersebut.

 
 

Pimpinan Pondok Hadiri Seminar di Mataram

0
MATARAM—Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM) cabang Lombok menggelar seminar bertema “Islam dan Tantangan Pemikiran Global” di kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (5/11) lalu. Acara ini dihadiri Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. beserta 300 pimpinan dan guru-guru pesantren se-NTB. Tim pembicara berasal dari Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) yang dipimpin oleh Dr. H. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A. M.Phil. Seminar dibuka oleh Gubernur NTB, Tuan Guru Zainul Majdi.

Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. turut memberikan sambutan dalam acara yang membahas permasalahan Islam kontemporer ini. Dalam sambutannya, beliau menyinggung isu “Desakralisasi Al Qur’an” yang memang mulai marak berkembang saat ini. Proyek yang mengaburkan kesucian Kitabullah ini memang termasuk  salah satu tema pokok dalam liberalisasi Islam. Dengan mengikuti tradisi kajian Al Qur’an model orientalis, sejumlah pemikir liberal tampak berusaha keras meyakinkan kaum Muslim, bahwa Al Qur’an bukanlah sebuah kitab suci, tetapi kitab yang dianggap suci. Hal senada juga disampaikan Tuan Guru Sofwan Hakim, ketua Forum Kerjasama Pesantren se-NTB saat memberikan sambutan.

Untuk itu, menurut Adian Husaini yang juga menjadi pembicara dalam seminar tersebut, bahkan ada yang berusaha keras menulis artikel untuk membuat kaum Muslim ragu-ragu terhadap kebenaran dan keotentikan Al Qur’an. Orang itu mencoba meyakinkan, bahwa Al Qur’an adalah kitab biasa-biasa saja, yang juga mengandung banyak kekurangan seperti kesalahan secara tata bahasa. Tentu saja, usaha yang dilakukannya itu hanyalah pekerjaan sia-sia yang tidak memberikan manfaat sedikit pun bagi yang bersangkutan. Meskipun si penulis mendapatkan imbalan tertentu di dunia. Tapi, sebenarnya dia tidaklah mendapatkan keuntungan apa-apa.
 
Selain itu, Gubernur NTB yang juga kandidat doktor ilmu Tafsir di Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, bahkan menguraikan cukup panjang sejarah serangan kaum orientalis terhadap Islam, termasuk terhadap Al Qur’an. Ia menunjukkan sejumlah contoh kesungguhan dan kesabaran para orientalis dalam menyerang Islam. ”Sehingga dalam pertarungan ini, siapa yang lebih sabar, dialah yang akan menang,” ujarnya seraya mengajak para peserta seminar untuk meningkatkan kesabaran dalam berjuang menegakkan kalimatullah di muka bumi.

Tampaknya, bagi para ulama dan tokoh Islam di NTB, isu liberalisasi Islam sudah cukup akrab dengan mereka. Mereka mengakui, sejumlah masalah yang dibahas dalam seminar sudah terjadi juga di daerah mereka, meskipun dalam skala yang belum masif seperti di sejumlah kota di Pulau Jawa. Salah satu masalah yang sudah mulai dilontarkan kaum liberal di NTB adalah soal ”Desakralisasi Al Qur’an” seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Ada seorang tokoh di antara peserta seminar yang mengaku sempat berdiskusi dengan seorang mahasiswa IAIN Mataram. Mahasiswa ini bertanya kepadanya, ”Apakah Al Qur’an itu benar-benar suci atau dianggap suci?” Mendengar pertanyaan konyol itu, Pak Adian Husaini menjawab dengan agak bercanda, ”Tanyakan pada si mahasiswa, apakah dia benar-benar manusia atau dianggap manusia?” Demikianlah, hasil upaya kaum liberal untuk mengikis keimanan kaum Muslim di berbagai tempat. Salah satunya adalah dengan menistakan Al Qur’an, pegangan kokoh kaum Muslim di seluruh dunia.