Home Blog Page 544

PSIA Gelar Kajian Ilmiah Mingguan

0
DARUSSALAM—Pusat Studi Ilmu dan Amal (PSIA) kembali mengadakan kajian ilmiah mingguan dengan mengangkat tema “Eksistensi Pemuda dalam Perspektif Islam”, Ahad (25/10) malam. Tema yang disampaikan Ustadz H. Ahmad Suharto, S.Ag. ini mencermati posisi penting pemuda sebagai generasi penerus Islam yang tidak bisa diabaikan, dimana seorang pemuda mampu mengubah dunia dengan segala potensi yang dimilikinya. Pemuda yang dibekali dengan pengetahuan keislaman yang luas akan menjadikannya pemimpin masa depan yang akan meneruskan tongkat estafet peradaban Islam.

Acara yang digelar di Halaqoh Dewan Mahasiswa (Dema) tersebut dihadiri seluruh anggota PSIA yang baru saja dilantik beberapa minggu sebelumnya, Ahad (11/10). Anggota PSIA yang berjumlah 45 orang tersebut merupakan mahasiswa Institut Studi Islam Darussalam (ISID) yang mempunyai idealisme tinggi untuk meningkatkan kemampuan intelektualitas mereka sebagai seorang mahasiswa.

Menurut Ma’mun, ketua PSIA periode 2009-2010, organisasi ini sangatlah berguna untuk memacu kemampuan berpikir mahasiswa, menganalisa sebuah permasalahan dan mencari solusinya dengan tepat. Selain itu, dengan seluruh kegiatan yang ada di PSIA, seorang mahasiswa akan termotivasi untuk lebih menghargai akal yang dianugerahkan Allah SWT dengan mengamalkan ajaran Al-Qur’an dan Hadits dalam segala aspek kehidupan.

“PSIA sendiri dibentuk sejak tahun 2004 silam oleh Dr. H. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A., M.Phil.,” ungkap mahasiswa semester 1 Fakultas Ushuluddin jurusan Akidah Filsafat dan Pemikiran Islam ini kepada Gontor Online, Senin (26/10). PSIA mempunyai banyak program kegiatan peningkatan kualitas keilmuan mahasiswa, tambahnya, antara lain forum diskusi dan debat yang dilaksanakan setiap hari bertempat di Masjid Atiq setelah shalat Maghrib tepat.
     
Di samping itu, PSIA juga mempunyai program studi banding ke beberapa perguruan tinggi untuk bertukar pikiran dan mengadakan orasi ilmiah. Dengan ini, anggota PSIA akan mempunyai pengalaman dan wawasan yang luas, sehingga siap untuk menghadapi berbagai permasalahan kontemporer yang bergulir di masyarakat kelak. Hasilnya, setiap anggota PSIA akan mempunyai bekal kemampuan berargumentasi dari hasil diskusi dan debat yang diadakan setiap harinya.
 
 

1309 Santri Pindah ke Dapur Keluarga

0
DARUSSALAM—Demi kelancaran kebutuhan pangan santri Pondok Modern Darussalam Gontor, bagian Koperasi Dapur (Kopda) Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) telah mengambil inisiatif untuk memindahkan 1309 santri yang dulunya makan di dapur umum ke dapur keluarga. Pemindahan sejumlah santri ini juga bertujuan agar seluruh santri bisa merasakan kedua jenis dapur tersebut.

Menurut Sadam Hamzah, staf Kopda, program ini sebenarnya selalu diadakan setiap tahun untuk menyesuaikan kapasitas dapur yang ada. “Tahun ini, kami memindahkan lebih dari seribu santri ke dapur keluarga supaya setiap santri, walaupun tidak semuanya, dapat merasakan menu yang disediakan dapur keluarga. Program ini berjalan setiap tahun, bukan hanya tahun ini saja.”

Sebenarnya, Hamzah mengakui, Bapak Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor sudah lama memberikan instruksi kepada seluruh staf Kopda untuk menyamakan menu dapur keluarga dengan menu yang ada di dapur umum. Akan tetapi, hal ini baru bisa terlaksana tahun ini. Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya menu yang disediakan dapur keluarga sering berbeda dengan menu dapur umum. “Perbedaan yang nampak sekarang adalah masalah antrian. Di dapur keluarga, santri tidak akan mengantri sepanjangan antrian  di dapur umum. Itu saja perbedaannya sekarang. Sedangkan menunya sudah kami samakan,” jelasnya kepada Gontor Online, Ahad (25/10).

Selaku pembimbing Kopda, Ustadz Eris Rismatullah, menegaskan, bagi santri yang mempunyai masalah pola makan disebabkan menderita penyakit tertentu seperti penyakit dalam, dihimbau agar segera melapor kepada wali kelas atau pengurus Kopda. Dengan demikian, santri tersebut akan segera dipindahkan ke dapur keluarga karena penanganan masalah pola makan akan lebih mudah dilakukan daripada di dapur umum. Selain anggota dapur keluarga jauh lebih sedikit dibandingkan anggota dapur umum, santri juga dapat meminta menu sendiri sesuai dengan kondisi kesehatannya.

“Semua santri baru memang ditempatkan di dapur umum terlebih dahulu. Mereka akan dibiasakan untuk antri di sini. Akan tetapi bagi mereka yang mempunyai keluhan berkenaan dengan penyakit dalam, sehingga harus berhati-hati dalam memilih makanan, maka kami wajibkan untuk segera melapor dan pindah ke dapur keluarga. Kalau tidak, dikhawatirkan penyakitnya akan bertambah parah,” ungkap ustadz yang berasal dari Bogor tersebut di kediamannya, gedung Madrasah Lantai 2 Pondok Modern Darussalam Gontor.
 

‘Diplomatic Tour’ Tuntun Dubes Sejumlah Negara Sahabat ke Gontor

0
PEACE COUNTRY—Kedatangan sejumlah Duta Besar (Dubes) negara-negara sahabat ke Pondok Modern Darussalam Gontor merupakan sebuah kehormatan yang tak terduga. Kedatangan mereka ke Gontor, Sabtu-Ahad, 17-18 Oktober lalu bertajuk “Diplomatic Tour” yang bertujuan untuk mengenal budaya pesantren di Indonesia khususnya di Pondok Modern Darussalam Gontor. Sebelum tiba di Gontor, rombongan sempat menyaksikan Festival Karapan Sapi di Surabaya, Sabtu (17/10) pagi.

Rombongan “Diplomatic Tour” di atas berasal dari delapan Kedutaan Besar (Kedubes) negara asing di Indonesia. Mereka berjumlah 10 orang yang terdiri dari lima Dubes dan dua councellor (penasihat kedutaan-red). Kelima Dubes tersebut adalah HE. Mr. Ibrahim A. Hajiyev dari Kedubes Azerbaijan, H.E. Mr. Abdulrahman Mohammed Amin A. ALKHAYYAT dari Kedubes Arab Saudi, H.E. Alice Megza dari Kedubes Zimbabwe, H.E. Mr. Carlos Manuel Leitao FROTA yang didampingi sang istri, Mrs. Arlinda FROTA dari Kedubes Portugal dan H.E. Mr. Ibrahim BABA MAI-SULE dari Kedubes Nigeria. Adapun kedua councellor yang hadir dalam kesempatan ini adalah Ms. Zabantu Ngcobo dari Kedubes Afrika Selatan dan Mr. Hua Ning dari Kedubes Cina. Selain itu, rombongan juga diikuti seorang pejabat Kedubes Pakistan, Mr. Mirza Salman.

Setiba di Gontor, rombongan Kedubes yang disertai dua orang staf dari Departemen Luar Negeri (Deplu) tersebut disambut langsung dengan suka cita oleh Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. dan K.H. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag., Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, di Kantor Pimpinan, Sabtu (17/10) sore. Dalam kesempatan tersebut, para Dubes menanyakan berbagai macam hal tentang Gontor. Mereka terlihat begitu berminat ketika mendengarkan penjelasan berkenaan dengan segala aktivitas yang terdapat di Pondok Modern Darussalam Gontor.

Setelah makan malam, acara dilanjutkan dengan pertemuan bersama seluruh asatidz dan santri di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM). Dalam acara ini, setiap Dubes dipersilakan Pimpinan Pondok untuk menyampaikan sepatah dua patah kata di hadapan seluruh peserta yang hadir. Dengan sambutan singkat tersebut diharapkan dapat memotivasi para santri dan asatidz untuk meningkatkan diri dan menggali potensi mereka.

Kepada Gontor Online, H. E. Mr. Abdulrahman Mohammed Amin A. ALKHAYYAT mengatakan, dengan adanya kunjungan ini, mereka bisa menciptakan hubungan yang baik antara Kedubes dengan Pondok Modern Darussalam Gontor. Di samping itu, Dubes Arab Saudi tersebut mengaku, dengan adanya acara ini ia dapat mengetahui kebutuhan santri Gontor. Ia menjelaskan bahwa yang sangat diharapkan dari acara ini adalah “Ta’zizu Atta’awun” (saling tolong-menolong-red) yang diantaranya dapat diwujudkan dengan memberikan beasiswa atau bantuan lainnya untuk para santri.

Senada dengan Dubes Arab Saudi, HE. Mr. Ibrahim A. Hajiyev, Dubes Nigeria, menyatakan, dengan adanya acara ini, diharapkan terciptanya suatu hubungan yang baik antara negara-negara di Amerika, Afrika, Eropa termasuk Indonesia sendiri. Menurutnya, kunjungan seperti ini sangatlah penting untuk menunjukkan bahwa Islam itu bukanlah agama yang mengajarkan kekerasan apalagi melahirkan para teroris yang misinya jauh sekali dari konsep kasih sayang dalam ajaran Islam.

H.E. Ms. Alice Megza juga memberikan komentar. Menurutnya, ini merupakan sebuah acara yang sangat menarik, terlebih lagi ini adalah kunjungan perdananya ke sebuah lembaga pendidikan Islam. Ia menambahkan, pondok dengan santri yang ada di dalamnya dilengkapi disiplin yang luar biasa akan membentuk kader-kader berkualitas untuk menjadi ‘leader of the future’ atau pemimpin hebat di masa depan kelak. H.E. Mr. Ibrahim BABA MAI-SULE juga berpesan kepada para santri agar selalu berusaha menjadi pemimpin generasi masa depan.

Sebelum kembali ke Jakarta, rombongan yang sempat menginap di Wisma Darussalam Pondok Modern Darussalam Gontor tersebut, sarapan pagi bersama Pimpinan Pondok, Ahad (18/10), di aula Aligarh. Selain itu, rombongan juga sempat singgah di Gontor Putri 3 dan bercakap-cakap dengan santriwati yang ada di sana. Setelah itu, mereka bertolak ke Solo untuk bertemu Bupati Solo sekaligus mengunjungi Desa Kauman, pusat batik Solo.
 

Book Show Tingkatkan Wawasan Santri

0
DARUSSALAM—Dengan tujuan meningkatkan wawasan santri, Perpustakaan Darussalam mengadakan acara Book Show, Jum’at (9/10) lalu. Fahman Mumtazi, ketua Perpustakaan Darussalam, menyatakan, acara ini murni untuk menambah wawasan santri sehingga pengunjung yang hadir tidak dipungut biaya sepeser pun. Menurutnya, acara ini juga bertujuan untuk meningkatkan minat baca para santri di samping mengisi kekosongan mereka dengan hal-hal yang positif. “Kami sengaja mengadakan acara ini dengan tujuan agar kekosongan waktu yang dimiliki santri dapat terisi dengan kegiatan yang positif, salah satunya adalah membaca.”

Untuk itu, Perpustakaan Darussalam mengeluarkan buku-buku terbaiknya bagi seluruh santri se-Darussalam. Adapun di antara buku-buku tersebut adalah 100 Orang Paling Berpengaruh karya Michael Heart. Di dalam buku ini, Nabi Muhammad SAW menempati urutan teratas sebagai orang paling berpengaruh. Selain buku itu, ada pula 100 Bencana Terbesar Sepanjang Masa. Buku ini berisi teguran kepada manusia agar lebih memperhatikan keseimbangan alam semesta. “Buku-buku ini kami pilih secara acak,” terang Fahman.

Acara yang digelar di sebelah selatan gedung Sholihin 1 tersebut berlangsung dari pukul tujuh pagi hingga pukul empat sore. “Acara ini dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB,” kata Fahman. Dia menambahkan, rencananya acara ini akan dilaksanakan secara berkesinambungan setiap sebulan sekali. “Namun, apabila minat para santri meningkat, acara ini bisa dilangsungkan dua minggu sekali.”

Di akhir wawancara, asisten Perpustakaan Darussalam ini berpesan kepada seluruh santri se-Darussalam, segala sesuatu yang diinginkan itu bisa kita temukan dari membaca karena buku adalah jendela dunia dan membaca adalah kuncinya. Maka, siapa yang ingin menjelajahi dunia yang luas ini, cukuplah ia pergi ke perpustakaan dan carilah jendela dunia yang dikehendakinya. “Mulailah membaca selagi kita bisa!” Fahman berpesan dengan penuh semangat.
 

Grand Mufti Suriah Dukung Perjuangan Gontor

0
DARUSSALAM—Untuk kedua kalinya, Grand Mufti Suriah, Sheikh Dr. Ahmad Badruddin Hassoun, berkunjung ke Pondok Modern Darussalam Gontor dalam rangka mempererat tali silaturrahim yang sudah terjalin sejak dua tahun lalu. Pada kunjungannya kali ini, Ahad (11/10) siang, selain bersama istri dan seorang putra, beliau juga didampingi Duta Desar (Dubes) Indonesia untuk Suriah, H. M. Muzammil Basyuni, yang juga merupakan salah satu alumni Gontor.

Di hadapan ketiga Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A., K.H. Hasan Abdullah Sahal dan K.H. Syamsul Hadi Abdan, S.Ag., beliau menyatakan dalam sambutannya bahwa putra-putri Gontor sungguh mempunyai dedikasi yang tinggi dalam pengabdiannya untuk umat. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya alumni Gontor yang berkiprah di berbagai bidang kehidupan dengan segala prestasi mereka. “Ya, lihatlah alangkah hebatnya perjuangan dan pengabdian santri-santrimu, wahai saudaraku!” ungkap beliau dalam bahasa Arab yang fasih ditujukan kepada Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Setelah mengadakan acara pertemuan dengan seluruh asatidz dan santri se-Darussalam di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM), rombongan yang juga terdiri dari Prof. Dr. Atho Mudzhar, kepala Balitbang dan Diklat Depag Pusat, dan beberapa staf Departemen Luar Negeri (Deplu) tersebut bertolak ke Gontor Putri. Sebelum berangkat, rombongan terlebih dahulu dipersilakan Pimpinan Pondok Modern untuk menikmati jamuan makan siang yang disediakan panitia di aula gedung Aligarh. Saat itu, nampak sekali keakraban yang terjalin antara kedua belah pihak. Dengan pembawaannya yang hangat, Sheikh Ahmad Badruddin Hassoun bergandengan tangan dengan Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A. sembil berbincang-bincang ringan menuju tempat jamuan yang telah ditentukan.

Kemudian berangkatlah rombongan menuju Gontor Putri yang berlokasi di Karangbanyu dan Mantingan. Selain ingin bersua dengan para santriwati, Sheikh Dr. Ahmad Badruddin Hassoun juga berniat meninjau Masjid Khadijah yang terletak di Gontor Putri 3. Masjid yang baru berdiri tersebut merupakan hasil sumbangsih beliau untuk Gontor Putri 3 yang sebelumnya belum memiliki masjid pada kunjungan pertama beliau ke sana dua tahun silam.

Esoknya, Senin (12/10) pagi, setelah mengadakan kunjungan ke Gontor, rombongan berangkat ke Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga sekaligus ke Universitas Gajah Mada (UGM) untuk bertemu rektor sekaligus menggelar orasi ilmiah di depan seluruh mahasiswa di sana. Setelah itu, barulah rombongan mengadakan kunjungan ke Candi Borobudur dan Candi Prambanan sebelum berangkat ke Bandara Adi Sucipto sorenya.
 

Gelar Pengajian Konstitusi, Ketua Mahkamah Konstitusi Berkunjung ke Gontor

0
GONTOR—Dalam kunjungannya ke beberapa tempat di Jawa Timur, ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Prof. Dr. Mahfud MD, beserta rombongan menyempatkan diri berkunjung ke Pondok Modern Darussalam Gontor, Sabtu (10/10) siang. Di samping mengadakan silaturrahim dengan keluarga besar Pondok Modern Darussalam Gontor, kunjungan ketua MK ke Gontor juga bertujuan menggelar pengajian konstitusi untuk para santri, kaum ulama dan beberapa tokoh masyarakat se-Ponorogo. Turut serta dalam rombongan tersebut Prof. Dr. Achmad Sodiki, S.H., salah seorang hakim konstitusi dalam jajaran kehakiman di MK. Acara yang bertempat di Balai Pertemuan Pondok Modern (BPPM) tersebut juga dihadiri Bapak Bupati Ponorogo, Muhadi Suyono.

Dalam sambutannya, Dr. K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A., Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor menyampaikan, kunjungan MK ini merupakan suatu kehormatan bagi Pondok Modern Darussalam Gontor karena Pak Mahfud sendiri merupakan santri di salah satu pondok kecil di Madura. Ini menandakan bahwa tidaklah mustahil seorang santri dapat berkiprah di level tertinggi pemerintahan. Buktinya, beliau menambahkan, alumni Gontor sendiri mampu menjadi ketua MPR, wakil ketua DPR, Menteri Agama dan berbagai profesi lainnya di segala lini kehidupan.

Walaupun demikian, beliau menegaskan, Pondok Modern Darussalam Gontor tidaklah berpolitik praktis. Adapun politik tertinggi menurut Gontor adalah pendidikan. Medan inilah yang dipilih Gontor untuk menanamkan jiwa dan filsafat kehidupannya demi mewujudkan sebuah peradaban yang akan terus diperjuangkan sampai kapan pun. Dengan itu pulalah Gontor akan tetap eksis dan maju.

Sementara itu, Prof. Dr. Achmad Sodiki, S.H., di sela-sela pemaparannya tentang konstitusi di Indonesia, mengungkapkan, budaya Islam sudah mulai masuk ke dalam birokrasi pemerintahan. Misalnya, setiap kali ada acara atau pertemuan senantiasa dimulai dengan salam yang tak asing lagi di telinga umat Islam. Beliau juga sangat mengagumi K.H. Imam Zarkasyi, Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor yang merupakan salah satu pendiri Universitas Islam Indonesia (UII). Di akhir ceramah singkatnya tentang perundang-undangan di Indonesia, mantan Menteri Kehakiman dan HAM ini menyatakan, umat Islam saat ini telah menjadi tuan rumah di negeri sendiri dengan masuknya berbagai budaya Islam di berbagai aspek kehidupan.

Perpustakaan ISID Beralih ke Robithah

0
KAMPUNG DAMAI—Setelah hampir tiga tahun pembangunan gedung Robitoh berjalan, kini pembangunan lantai empat pun hampir rampung. Di lantai teratas itulah sejak Senin, (5/10), perpustakaan mahasiswa Institut Studi Islam Darussalam (ISID) menempati tempat baru. Sebelumnya, perpustakaan yang menggunakan sistem komputerisasi ini menempati gedung Asia lantai dua. “Walaupun belum selesai sepenuhnya, tempat baru ini sudah dapat dipakai dan ditinggali. Hingga kini, pembangunannya sudah mencapai 85-95%, sedikit lagi,” ujar Ustadz Khairul Anwar, salah satu penanggung jawab perpustakaan ISID, saat ditemui Gontor Online di tempatnya beberapa waktu lalu, Senin (12/10).

Pemindahan buku-buku dari gedung Asia ke gedung Robithah hanya menyisakan beberapa kamus ensiklopedia Islam saja. Menurut Ustadz Khairul, hampir semua buku sudah dipindahkan ke tempat yang baru. Pemindahan buku-buku yang umumnya berukuran besar dibantu siswa kelas 6. Saat ini, buku-buku tersebut sudah ditertibkan sesuai dengan klasifikasi tempat yang ada di perpustakaan sebelumnya. Hanya saja, tempat baru ini lebih luas daripada tempat sebelumnya.

Sementara itu, ustadz yang berasal dari Jakarta ini mengungkapkan, relokasi perpustakaan ISID ini berdasarkan instruksi langsung dari Bapak Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor. Selain dekat dengan tempat perkuliahan, hal ini juga bertujuan untuk menjadikan gedung Robithah sebagai pusat aktivitas keilmuan dan kemahasiswaan ISID sebagaimana rencana awal pembangunan gedung tersebut. Sehingga para mahasiswa ISID di kampus Robithah dapat langsung merasakan manfaat adanya perpustakaan di kampus mereka. Dengan demikian, para mahasiswa yang ingin menyelesaikan tugas kuliahnya tidak perlu jauh-jauh lagi ke gedung Asia.
 
Saat ini, buku-buku yang berada di perpustakaan ISID sudah mencapai 1000-2000 eksemplar. Semuanya sudah diklasifikasi sesuai dengan fakultas masing-masing; Syari’ah, Tarbiyah dan Ushuluddin. Selain itu, klasifikasi buku-buku tersebut juga disesuaikan menurut bahasa pengantarnya; Indonesia, Inggris dan Arab. Dengan adanya perpustakaan ini diharapkan mahasiswa ISID akan mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya masing-masing sehingga ISID benar-benar menjadi tempat berkembangnya budaya keilmuan dan keislaman di segala bidang.
 

Penuhi Kebutuhan Konsumen, Bagian Kesehatan Tambah Kulkas Baru

0
PEACE COUNTRY—Demi memenuhi kebutuhan konsumen, Bagian Kesehatan (Bakes) Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) mendatangkan sebuah kulkas baru. Slamat Herman Cipto, staf Bakes, menegaskan, kulkas tersebut bukanlah kulkas baru, akan tetapi merupakan pinjaman dari La Tansa Darussalam Distributor Center (DDC). Oleh karena itu, kepemilikannya pun hanya bersifat sementara. “Ini sebenarnya hanyalah pinjaman dari La Tansa DDC,” tukasnya ketika ditemui Gontor Online di tempatnya, Ahad (11/10) lalu.

Herman mengakui, kulkas terebut sangatlah membantu, khususnya dalam menjaga keawetan minuman kemasan dan membuatnya tetap segar saat dikonsumsi. Sebelumnya,  Bakes telah menggunakan kulkas berukuran kecil untuk menyimpan berbagai jenis minuman. Kebutuhan kulkas ini dirasa perlu karena banyaknya santri yang menghajatkan minuman dingin dan segar untuk keperluan berbuka puasa. Sedangkan ukuran kulkas yang ada tidak dapat memenuhi kebutuhan santri dari kelas 1-6. Bukan hanya untuk berbuka, para santri juga membelinya di siang hari atau setelah latihan-latihan untuk berbagai acara pondok yang banyak menguras tenaga mereka.

Melihat kebutuhan di atas, salah satu staf Bakes, Muhammad Amar, menyarankan untuk mengajukan pinjaman ke La Tansa DDC. Adapun mengenai batas waktu peminjaman, Herman belum dapat memastikan. “Menurut kesepakatan yang ada, kulkas itu akan diambil kalau kegiatan di pondok teratur dengan berakhirnya acara-acara Pekan Perkenalan Khutbatu-l-‘Arsy,” katanya.
 

Usbu’ Ta’aruf Jami’iy Bina Mahasiswa Baru ISID

1
DARUSSALAM—Untuk membina mental dan kepribadian mahasiswa Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Pondok Modern Darussalam Gontor, Dewan Mahasiswa (DEMA) ISID Wilayah Gontor 1 atau sekarang dikenal dengan Wilayah Robithah senantiasa menyelenggarakan kegiatan Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kampus (OPSPEK) di setiap awal tahun ajaran baru. Dengan adanya program ini, para mahasiswa baru diharapkan akan lebih memahami segala aktivitas yang berkaitan dengan kemahasiswaan yang berbasis pondok pesantren dimana mereka juga harus mengajar dan membantu pondok di samping mengikuti perkuliahan. Sehingga, mereka dapat melakukan tugas-tugas yang ada secara bijak, baik sebagai mahasiswa ataupun sebagai guru di Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI).

Acara yang diketuai Ustadz Fuad Muhammad Zein dan Ustadz Ibadurrahman ini berlangsung selama seminggu, Senin-Sabtu, 5-10 Oktober 2009. “Manfaat OPSPEK sendiri terhadap mahasiswa baru adalah untuk mempraktekkan motto dan filsafat pondok di ISID, dan juga untuk memaknai arti dari mahasiswa guru sendiri, karena mahasiswa yang bertempat di kampus Gontor 1 tidak hanya belajar, tetapi mereka juga diberi tanggung jawab untuk mengajar. Sedangkan para mahasiswa yang bertempat di kampus Siman lebih fokus terhadap akademik perkuliahan tanpa dibebani tugas mengajar,” terang mahasiswa semester 5 Fakultas Ushuluddin jurusan Akidah Filsafat dan Pemikiran Islam ini kepada Gontor Online, Kamis (22/10) lalu.

Jadi, ungkap Ustadz Fuad, bukan hanya para mahasiswa ISID yang berada di kampus Siman saja yang harus mengadakan kegiatan ini, di kampus Gontor pun demikian juga meskipun mereka disibukkan dengan kewajiban mengajar dan tugas-tugas pondok yang padat. ISID sendiri sampai saat ini sudah memiliki 5 kampus yang terpisah dengan jarak yang lumayan jauh satu sama lain. Kampus I terdapat di Gontor yang kini dikenal dengan Kampus Robithah. Adapun kampus II terletak di Siman (Kampus Siman), kampus III berlokasi di Mantingan yang dihuni oleh para mahasiswi yang berstatus sebagai ustadzah atau guru KMI di Gontor Putri. Sedangkan kampus IV berada di Kediri, tepatnya di Gontor 3. Kampus ini dikenal dengan kampus Kediri. Adapun kampus yang kelima bertempat di Magelang, yang terakhir ini baru dibuka tahun ini.

Adapun peserta OPSPEK di kampus Robithah tahun ini berjumlah 148 mahasiswa, yang terdiri dari 94 mahasiswa dari Gontor 1 dan 54 mahasiswa dari Gontor 2. Sedangkan panitianya sendiri berjumlah 46 orang dari mahasiswa ISID semester 5. Untuk mempermudah pengawasan dan pengaturan, para peserta yang terdiri dari mahasiswa baru tersebut dibagi ke dalam sembilan kelompok, setiap kelompok mempunyai pembimbing 2-4 orang dari panitia.

Kegiatan yang ada dalam acara ini antara lain pemberian orientasi tentang ISID, sejarah ISID, tau’iyah diniyah di rayon santri, lari pagi, motivasi guru, dan kegiatan bermanfaat lainnya. Selain itu, para peserta harus memperhatikan peraturan yang berlaku selama OPSPEK berlangsung, di antaranya adalah harus mengucapkan salam kepada sesama mahasiswa, tidak boleh menggunakan motor, shalat berjama’ah lima waktu di masjid dan memakai pakaian yang ditetapkan pada waktu-waktu tertentu. Peraturan ini berlaku selama seminggu sesuai dengan jangka waktu OPSPEK itu sendiri.

Ketika disinggung masalah dana, Ustadz Fuad memaparkan, dana yang dianggarkan untuk acara ini sebesar Rp 10 juta yang digunakan sehemat mungkin. Selain itu, para mahasiswa peserta OPSPEK juga harus membayar sebesar Rp 30 ribu setiap orang. “Biaya pendaftaran kita gunakan untuk membuat kaos OPSPEK yang mereka pakai di waktu-waktu tertentu. Bukan hanya itu, mereka juga mendapatkan ko-card tanda peserta dari panitia,” jelasnya.
 

Air Minum Latansa Ganti Botol Kemasan

0
PEACE COUNTRY—Menyambut tahun ajaran baru ini, unit usaha Air Minum La-Tansa (Armila) ikut meramaikannya. Mulai tahun ini, Armila mengganti botol kemasan yang sebelumnya berwarna putih bening diganti dengan botol kemasan berwarna biru. “Usul ini berasal dari Ust. Suyanto, pembimbing Armila ini, beberapa waktu lalu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan visualisasi air produksi Armila dengan TDS nol yang akan terlihat lebih segar, apabila diletakkan pada botol kemasan berwarna biru tersebut. Dengan begitu, kami berharap dapat meningkatkan jumlah peminat Armila,” terang Ust. Riyan, salah satu staf Armila, Ahad (18/10) sore. Usulan tersebut, akhirnya disetujui oleh Ust. Suraji, selaku ketua umum unit usaha se-Darussalam, hal ini didukung pula dengan sedikitnya selisih harga antara botol putih bening dan biru yaitu Rp 50 lebih mahal.

Ketika disinggung mengenai harga jual Armila saat ini, ustadz yang berasal dari daerah Yogyakarta tersebut menuturkan, sampai saat ini, untuk botol kemasan berukuran sedang berkisar sekitar Rp 28 ribu sampai dengan Rp 29 ribu per karton di pasaran. Sedangkan untuk botol kemasan berukuruan besar harganya berkisar antara Rp 31 ribu sampai dengan Rp 32 ribu per karton di pasaran.

Adapun mengenai kandungan TDS Nol yang kini melekat erat dengan ciri khas Armila saat ini, ia menjelaskan, itu adalah kandungan air dimana kandungan zat padat atau mineral yang tidak terurai di dalamnya bernilai 0%. Dengan kata lain, minus zat mineral, sedangkan zat-zat tersebutlah yang nantinya akan mengendap dan menjadi sumber penyakit dalam tubuh. Air yang disediakan Armila ini pun bisa digunakan  sebagai terapi penghancur batu ginjal, kencing batu, dan sebagai terapi penyakit-penyakit lainnya. Seperti rematik, maag, kanker, dan penyakit lainnya.

“Adapun terapi tersebut adalah dengan cara meminum minimal 1,5 liter air kemasan Armila sebelum perut terisi dan sebelum menggosok gigi. Adapun cara lain yang bisa dilakukan, yaitu satu jam sesudah dan sebelum meminumnya tidak diperbolehkan memasukkan sesuatu ke dalam perut, baik makanan maupun minuman. Terapi tersebut dapat dilakukan sesering mungkin hingga penyakit yang diderita sembuh,” ungkapnya menjelaskan.