Home Blog Page 549

Perpustakaan ISID Beralih ke Robithah

0
KAMPUNG DAMAI—Setelah hampir tiga tahun pembangunan gedung Robitoh berjalan, kini pembangunan lantai empat pun hampir rampung. Di lantai teratas itulah sejak Senin, (5/10), perpustakaan mahasiswa Institut Studi Islam Darussalam (ISID) menempati tempat baru. Sebelumnya, perpustakaan yang menggunakan sistem komputerisasi ini menempati gedung Asia lantai dua. “Walaupun belum selesai sepenuhnya, tempat baru ini sudah dapat dipakai dan ditinggali. Hingga kini, pembangunannya sudah mencapai 85-95%, sedikit lagi,” ujar Ustadz Khairul Anwar, salah satu penanggung jawab perpustakaan ISID, saat ditemui Gontor Online di tempatnya beberapa waktu lalu, Senin (12/10).

Pemindahan buku-buku dari gedung Asia ke gedung Robithah hanya menyisakan beberapa kamus ensiklopedia Islam saja. Menurut Ustadz Khairul, hampir semua buku sudah dipindahkan ke tempat yang baru. Pemindahan buku-buku yang umumnya berukuran besar dibantu siswa kelas 6. Saat ini, buku-buku tersebut sudah ditertibkan sesuai dengan klasifikasi tempat yang ada di perpustakaan sebelumnya. Hanya saja, tempat baru ini lebih luas daripada tempat sebelumnya.

Sementara itu, ustadz yang berasal dari Jakarta ini mengungkapkan, relokasi perpustakaan ISID ini berdasarkan instruksi langsung dari Bapak Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor. Selain dekat dengan tempat perkuliahan, hal ini juga bertujuan untuk menjadikan gedung Robithah sebagai pusat aktivitas keilmuan dan kemahasiswaan ISID sebagaimana rencana awal pembangunan gedung tersebut. Sehingga para mahasiswa ISID di kampus Robithah dapat langsung merasakan manfaat adanya perpustakaan di kampus mereka. Dengan demikian, para mahasiswa yang ingin menyelesaikan tugas kuliahnya tidak perlu jauh-jauh lagi ke gedung Asia.
 
Saat ini, buku-buku yang berada di perpustakaan ISID sudah mencapai 1000-2000 eksemplar. Semuanya sudah diklasifikasi sesuai dengan fakultas masing-masing; Syari’ah, Tarbiyah dan Ushuluddin. Selain itu, klasifikasi buku-buku tersebut juga disesuaikan menurut bahasa pengantarnya; Indonesia, Inggris dan Arab. Dengan adanya perpustakaan ini diharapkan mahasiswa ISID akan mampu mengembangkan kemampuan intelektualnya masing-masing sehingga ISID benar-benar menjadi tempat berkembangnya budaya keilmuan dan keislaman di segala bidang.
 

Penuhi Kebutuhan Konsumen, Bagian Kesehatan Tambah Kulkas Baru

0
PEACE COUNTRY—Demi memenuhi kebutuhan konsumen, Bagian Kesehatan (Bakes) Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) mendatangkan sebuah kulkas baru. Slamat Herman Cipto, staf Bakes, menegaskan, kulkas tersebut bukanlah kulkas baru, akan tetapi merupakan pinjaman dari La Tansa Darussalam Distributor Center (DDC). Oleh karena itu, kepemilikannya pun hanya bersifat sementara. “Ini sebenarnya hanyalah pinjaman dari La Tansa DDC,” tukasnya ketika ditemui Gontor Online di tempatnya, Ahad (11/10) lalu.

Herman mengakui, kulkas terebut sangatlah membantu, khususnya dalam menjaga keawetan minuman kemasan dan membuatnya tetap segar saat dikonsumsi. Sebelumnya,  Bakes telah menggunakan kulkas berukuran kecil untuk menyimpan berbagai jenis minuman. Kebutuhan kulkas ini dirasa perlu karena banyaknya santri yang menghajatkan minuman dingin dan segar untuk keperluan berbuka puasa. Sedangkan ukuran kulkas yang ada tidak dapat memenuhi kebutuhan santri dari kelas 1-6. Bukan hanya untuk berbuka, para santri juga membelinya di siang hari atau setelah latihan-latihan untuk berbagai acara pondok yang banyak menguras tenaga mereka.

Melihat kebutuhan di atas, salah satu staf Bakes, Muhammad Amar, menyarankan untuk mengajukan pinjaman ke La Tansa DDC. Adapun mengenai batas waktu peminjaman, Herman belum dapat memastikan. “Menurut kesepakatan yang ada, kulkas itu akan diambil kalau kegiatan di pondok teratur dengan berakhirnya acara-acara Pekan Perkenalan Khutbatu-l-‘Arsy,” katanya.
 

Usbu’ Ta’aruf Jami’iy Bina Mahasiswa Baru ISID

1
DARUSSALAM—Untuk membina mental dan kepribadian mahasiswa Institut Studi Islam Darussalam (ISID) Pondok Modern Darussalam Gontor, Dewan Mahasiswa (DEMA) ISID Wilayah Gontor 1 atau sekarang dikenal dengan Wilayah Robithah senantiasa menyelenggarakan kegiatan Orientasi Program Studi dan Pengenalan Kampus (OPSPEK) di setiap awal tahun ajaran baru. Dengan adanya program ini, para mahasiswa baru diharapkan akan lebih memahami segala aktivitas yang berkaitan dengan kemahasiswaan yang berbasis pondok pesantren dimana mereka juga harus mengajar dan membantu pondok di samping mengikuti perkuliahan. Sehingga, mereka dapat melakukan tugas-tugas yang ada secara bijak, baik sebagai mahasiswa ataupun sebagai guru di Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI).

Acara yang diketuai Ustadz Fuad Muhammad Zein dan Ustadz Ibadurrahman ini berlangsung selama seminggu, Senin-Sabtu, 5-10 Oktober 2009. “Manfaat OPSPEK sendiri terhadap mahasiswa baru adalah untuk mempraktekkan motto dan filsafat pondok di ISID, dan juga untuk memaknai arti dari mahasiswa guru sendiri, karena mahasiswa yang bertempat di kampus Gontor 1 tidak hanya belajar, tetapi mereka juga diberi tanggung jawab untuk mengajar. Sedangkan para mahasiswa yang bertempat di kampus Siman lebih fokus terhadap akademik perkuliahan tanpa dibebani tugas mengajar,” terang mahasiswa semester 5 Fakultas Ushuluddin jurusan Akidah Filsafat dan Pemikiran Islam ini kepada Gontor Online, Kamis (22/10) lalu.

Jadi, ungkap Ustadz Fuad, bukan hanya para mahasiswa ISID yang berada di kampus Siman saja yang harus mengadakan kegiatan ini, di kampus Gontor pun demikian juga meskipun mereka disibukkan dengan kewajiban mengajar dan tugas-tugas pondok yang padat. ISID sendiri sampai saat ini sudah memiliki 5 kampus yang terpisah dengan jarak yang lumayan jauh satu sama lain. Kampus I terdapat di Gontor yang kini dikenal dengan Kampus Robithah. Adapun kampus II terletak di Siman (Kampus Siman), kampus III berlokasi di Mantingan yang dihuni oleh para mahasiswi yang berstatus sebagai ustadzah atau guru KMI di Gontor Putri. Sedangkan kampus IV berada di Kediri, tepatnya di Gontor 3. Kampus ini dikenal dengan kampus Kediri. Adapun kampus yang kelima bertempat di Magelang, yang terakhir ini baru dibuka tahun ini.

Adapun peserta OPSPEK di kampus Robithah tahun ini berjumlah 148 mahasiswa, yang terdiri dari 94 mahasiswa dari Gontor 1 dan 54 mahasiswa dari Gontor 2. Sedangkan panitianya sendiri berjumlah 46 orang dari mahasiswa ISID semester 5. Untuk mempermudah pengawasan dan pengaturan, para peserta yang terdiri dari mahasiswa baru tersebut dibagi ke dalam sembilan kelompok, setiap kelompok mempunyai pembimbing 2-4 orang dari panitia.

Kegiatan yang ada dalam acara ini antara lain pemberian orientasi tentang ISID, sejarah ISID, tau’iyah diniyah di rayon santri, lari pagi, motivasi guru, dan kegiatan bermanfaat lainnya. Selain itu, para peserta harus memperhatikan peraturan yang berlaku selama OPSPEK berlangsung, di antaranya adalah harus mengucapkan salam kepada sesama mahasiswa, tidak boleh menggunakan motor, shalat berjama’ah lima waktu di masjid dan memakai pakaian yang ditetapkan pada waktu-waktu tertentu. Peraturan ini berlaku selama seminggu sesuai dengan jangka waktu OPSPEK itu sendiri.

Ketika disinggung masalah dana, Ustadz Fuad memaparkan, dana yang dianggarkan untuk acara ini sebesar Rp 10 juta yang digunakan sehemat mungkin. Selain itu, para mahasiswa peserta OPSPEK juga harus membayar sebesar Rp 30 ribu setiap orang. “Biaya pendaftaran kita gunakan untuk membuat kaos OPSPEK yang mereka pakai di waktu-waktu tertentu. Bukan hanya itu, mereka juga mendapatkan ko-card tanda peserta dari panitia,” jelasnya.
 

Air Minum Latansa Ganti Botol Kemasan

0
PEACE COUNTRY—Menyambut tahun ajaran baru ini, unit usaha Air Minum La-Tansa (Armila) ikut meramaikannya. Mulai tahun ini, Armila mengganti botol kemasan yang sebelumnya berwarna putih bening diganti dengan botol kemasan berwarna biru. “Usul ini berasal dari Ust. Suyanto, pembimbing Armila ini, beberapa waktu lalu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan visualisasi air produksi Armila dengan TDS nol yang akan terlihat lebih segar, apabila diletakkan pada botol kemasan berwarna biru tersebut. Dengan begitu, kami berharap dapat meningkatkan jumlah peminat Armila,” terang Ust. Riyan, salah satu staf Armila, Ahad (18/10) sore. Usulan tersebut, akhirnya disetujui oleh Ust. Suraji, selaku ketua umum unit usaha se-Darussalam, hal ini didukung pula dengan sedikitnya selisih harga antara botol putih bening dan biru yaitu Rp 50 lebih mahal.

Ketika disinggung mengenai harga jual Armila saat ini, ustadz yang berasal dari daerah Yogyakarta tersebut menuturkan, sampai saat ini, untuk botol kemasan berukuran sedang berkisar sekitar Rp 28 ribu sampai dengan Rp 29 ribu per karton di pasaran. Sedangkan untuk botol kemasan berukuruan besar harganya berkisar antara Rp 31 ribu sampai dengan Rp 32 ribu per karton di pasaran.

Adapun mengenai kandungan TDS Nol yang kini melekat erat dengan ciri khas Armila saat ini, ia menjelaskan, itu adalah kandungan air dimana kandungan zat padat atau mineral yang tidak terurai di dalamnya bernilai 0%. Dengan kata lain, minus zat mineral, sedangkan zat-zat tersebutlah yang nantinya akan mengendap dan menjadi sumber penyakit dalam tubuh. Air yang disediakan Armila ini pun bisa digunakan  sebagai terapi penghancur batu ginjal, kencing batu, dan sebagai terapi penyakit-penyakit lainnya. Seperti rematik, maag, kanker, dan penyakit lainnya.

“Adapun terapi tersebut adalah dengan cara meminum minimal 1,5 liter air kemasan Armila sebelum perut terisi dan sebelum menggosok gigi. Adapun cara lain yang bisa dilakukan, yaitu satu jam sesudah dan sebelum meminumnya tidak diperbolehkan memasukkan sesuatu ke dalam perut, baik makanan maupun minuman. Terapi tersebut dapat dilakukan sesering mungkin hingga penyakit yang diderita sembuh,” ungkapnya menjelaskan.
 

Kotak Baru Penuhi Kebutuhan Santri Baru

0
DARUSSALAM—Seiring berakhirnya waktu liburan akhir tahun, bagian Keamanan Pusat Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) menyediakan kotak-kotak untuk dijual ke seluruh santri se-Darussalam khususnya bagi para santri baru kelas satu. “Penjualan kotak baru ini adalah salah satu progam kerja bagian Keamanan Pusat pada setiap tahunnya, prioritasnya adalah untuk seluruh santri baru atau kelas satu yang yang baru lulus dari ujian gelombang pertama ataupun gelombang kedua,” jelas Taufa, salah satu staf bagian Keamanan Pusat, Ahad(18/10) pagi.


Mengenai jenis kotak yang dijual, paparnya, ada dua macam, yaitu kotak kecil dan besar. “Penjualan kotak kecil sengaja diadakan untuk memenuhi kebutuhan para santri lama, baik shigor maupun kibar. Adapun bahan kotak yang dijual tidak semuanya dari kayu baru, sebagian bahan masih dari kayu bekas kotak lama yang hanya direnovasi.”

Untuk kotak baru, Ust. Cecep Muhammad Faisol, staf Pengasuhan Santri, memesannya di Jombang sebanyak 600 buah .Namun, karena kurangnya tenaga kerja, pesanannya tersebut tidak dapat diselesaikan sesuai dengan batas waktu yang diinginkan, akhirnya sampai pertengahan Syawwal kemarin masih ada santri baru yang belum mempunyai kotak. Sedangkan kotak lama yang masih bisa direnovasi, diperbaiki para pekerja yang tersebar di sekitar pondok, yaitu di Jetis, di belakang Al-Azhar dan dua tempat lagi di sekitar Wisma Darussalam (Wisda). Selain itu, bagian Keamanan Pusat juga berusaha untuk merenovasinya sendiri. “Kami mencoba merenovasi kotak-kotak tersebut di depan Gedung Aligarh pada bulan Ramadhan lalu. Ada sekitar 300 kotak yang bisa direnovasi, baik oleh para pekerja ataupun bagian Keamanan Pusat sendiri,” ungkap Taufa.

Taufa memaparkan, harga kotak lama dengan kotak baru tidaklah sama. Selisih harga antara keduanya cukup jauh. “Untuk membedakan kotak lama dan baru, kami membedakan penempatannya. Kotak lama disimpan di gedung Indonesia 2/2, sedangkan kotak baru kami letakkan di depan gedung Indonesia 1/1. Perbedaan harga antara kotak lama dan kotak baru sekitar Rp 160 ribu, kotak baru seharga Rp 270 ribu, sedangkan kotak lama berharga Rp 110 ribu. Setelah mengadakan transaksi penjualan, pembeli akan diberikan kwitansi tanda pembelian kotak dan juga diberi tanda KMN A untuk kotak lama dan KMN B untuk kotak lama di bagian atas kotak dengan menggunakan cat permanen.”

Walaupun harga keduanya berbeda, ujar santri yang masih duduk di kelas 6 Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah ini, bentuk kotak lama dan kotak baru tetap disamakan. Alasannya, untuk mengantisipasi penggunaan kotak yang tidak sesuai dengan alam pendidikan di Pondok Modern Darussalam Gontor.

Sementara itu, setelah pemindahan kotak anggota beberapa minggu yang lalu, Kamis (1/10), ternyata di depan gedung Indonesia 3 masih terdapat kotak-kotak yang tidak ada pemiliknya, Ust. Zainuri, salah satu staf Pengasuhan Santri, memberikan tenggat waktu, kotak-kotak tersebut akan dibiarkan terlebih dahulu dalam jangka waktu dua minggu untuk menunggu pemiliknya datang. Setelah itu, jika pemiliknya belum datang juga, kotak tersebut akan segera dikirim kepada tukang untuk direnovasi dan dijual kembali pada semester kedua nanti.
 

Lampu Malam Percantik Darussalam

0
DARUSSALAM—Untuk menyambut para santri yang kembali ke pondok setelah liburan akhir tahun lalu, staf Diesel memasang beberapa lampu hias pada tempat-tempat tertentu di Darussalam. Selain itu, tujuan pemasangan lampu hias adalah untuk memperindah pondok, di samping perintah langsung dari Pimpinan Pondok. “Lampu yang digunakan adalah lampu cabe berdaya lima watt,” kata Dwi Cahyono, salah satu staf Diesel. Lampu hias tersebut dipasang di kubah masjid dan atap gedung Aligarh. Selain itu, di atap gedung Indonesia 1 juga terdapat lampu hias bertuliskan “Gontor Peace Country” dan di beberapa tempat lainnya seperti di menara masjid, Gedung Al-Azhar, Gedung Saudi serta pintu-pintu gerbang pondok.


Adapun kendala yang dihadapi ketika memasang lampu hias tersebut, menurut Dwi, seringnya terjadi korsleting, apabila satu lampu mengalami arus pendek, maka akan merambat ke semua lampu dan harus diulangi dari awal pemasangannya. “Untuk mengatasinya, kami memasang gabus yang dicairkan menggunakan air bensin di setiap ujung lampu,” tambahnya.

Dwi mengungkapkan, lampu-lampu tersebut dibeli di Surabaya, karena sangat sulit menemukannya di Ponorogo di samping harganya yang mahal. Sedangkan di Surabaya harga lebih murah dibandingkan di Ponorogo sendiri. Adapun dana yang dianggarkan untuk pembelian lampu-lampu hias tersebut adalah sebesar Rp 13,5 juta.

Karena pemasangan lampu hias tersebut sangatlah berdampak pada naiknya tagihan listrik pondok sekitar 25% dari bulan-bulan biasanya, lampu-lampu itu hanya dipasang ketika bulan Syawwal, Lomba Perkemahan Penggalang dan Penegak (LP3), dan Drama Arena (DA) ataupun Panggung Gembira (PG). Demi menghemat pengeluaran, Dwi Cahyono sempat berpesan kepada seluruh santri, agar mematikan dan menyalakan lampu tepat pada waktunya.
 

Wisma Hadi Juarai Lomba Baris Berbaris Antar Rayon

0
DARUSSALAM—Rentetan acara Pekan Perkenalan Khutbatu-l-‘Arsy 1430 H/2009 M di Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) terus berlanjut dengan berbagai aktivitas yang melibatkan seluruh penghuni Kampung Damai. Dari sekian banyak acara yang termasuk dalam Pekan Perkenalan ini adalah Lomba Ketangkasan Baris Berbaris (LKBB) Antar Rayon, Jum’at (16/10) pagi. Dalam perlombaan yang diikuti seluruh rayon se-Darussalam tersebut, Wisma Hadi (WH) keluar sebagai juara LKBB Antar Rayon tahun ini dari kategori rayon sighor. Sedangkan untuk kategori rayon kibar, gelar juara berhasil diraih rayon Saudi 1/3.


Adapun jumlah peserta yang mengikuti perlombaan ini sebanyak 20 rayon yang terbagi dalam dua kategori; rayon sighor dan rayon kibar. Terdaftar sebanyak 12 rayon yang bersaing di kategori rayon sighor, yaitu Alighar ½, WH, Darul Hijroh, Indonesia 1/1, Indonesia ½, Indonesia 2/1, Indonesia 2/2, Indonesia 3, Indonesia 4, Saudi 1/1, Saudi 3/1 dan Solihin 1. Selain itu, terdapat delapan rayon yang berkompetisi di kategori rayon kibar, antara lain Alighar 1/1, Saudi ½, Saudi 1/3, Saudi 3/2, Saudi 3/3, Solihin 2, Palestina dan Yaman. Setiap barisan dari tiap-tiap rayon peserta LKBB berjumlah 10 orang.

Menurut penuturan Adli Ahdiyat, siswa kelas 6-F yang menjadi penanggung jawab LKBB Antar Rayon dari Panitia Pekan Perkenalan Khutbatu-l-'Arsy (P3KA), hasil perlombaan ini merupakan nilai komulatif dari tiga kategori penampilan baris-berbaris dari setiap peserta. “Maksudnya, setiap peserta harus menampilkan tiga bentuk barisan. Pertama, LKBB dengan gaya baris-berbaris resmi (LKBB resmi-red) dengan dinilai dua orang juri, yakni Ust. Priyo Widodo dan Ust. Ibadurrahman. Kedua, LKBB dengan isyarat (LKBB isyarat-red) yang ditampilkan di hadapan tiga orang juri; Ust. Rofiq Al-Habib Sa’ud, Ust. Ramadhan Koso dan Ust. Anshor Zulhelmi. Sedanya kategori ketiga adalah LKBB dengan variasi barisan (LKBB variasi-red) dengan dua orang juri; Ust. Sudrajatullah dan Ust. Amin Mujahid,” paparnya menjelaskan, Ahad (18/10) lalu.

Untuk menjadi juara atau yang terbaik, ungkap siswa Kulliyatu-l-Mu'allimin Al-Islamiyah (KMI) ini, setiap peserta lomba harus memperhatikan kriteria yang telah ditentukan. Adapun kriteria tersebut meliputi kerapian barisan, kekompakan barisan dan keselarasan gerakan dari setiap anggota barisan. Ketiga kriteria ini berhasil dilaksanakan sepenuhnya oleh WH dan Saudi 1/3 yang berhasil menjuarai LKBB Antar Rayon tahun ini.

Selain kedua rayon tersebut, juara kedua dan ketiga berturu-turut diraih rayon Saudi 3/2 dan Solihin 2 untuk kategori rayon kibar. Sedangkan untuk kategori rayon sighor, gelar juara kedua dan ketiga berhasil direbut rayon Indonesia 2/2 dan Saudi 3/1.  
 

Saudi 1 Lantai 2 Raih Gelar Juara Umum Lomba Senam

0

GONTOR—Setelah melalui tiga kali gladi, akhirnya acara Lomba Senam Antar Rayon Se-Darussalam berhasil digelar di lapangan hijau Pondok Modern Darussalam Gontor, Jum’at (16/10) pagi. Berkat kekompakan dan kerapian timnya, Saudi ½ berhasil dengan gemilang membawa pulang gelar bergengsi sebagai juara umum Lomba Senam Antar Rayon Se-Darussalam yang juga merupakan salah satu rangkaian acara Pekan Perkenalan Khutbatu-l-‘Arsy. Dengan demikian, rayon kibar yang satu ini telah menyingkirkan 20 peserta lainnya yang juga mengikuti lomba tersebut.


Seperti halnya Lomba Ketangkasan Baris Berbaris (LKBB) Antar Rayon, lomba senam ini juga terbagi ke dalam dua kategori; Rayon Sighor dan Rayon Kibar. Adapun untuk kategori Rayon Sighor berjumlah 13 peserta, sedangkan dari kategori Rayon Kibar, pesertanya berjumlah delapan rayon. Setiap kelompok peserta terdiri dari 21 orang dengan satu orang sebagai pimpinan kelompok untuk rayonnya masing-masing.

Aditya Nur, salah seorang penanggung jawab lomba ini, menyatakan, kriteria penilaian lomba senam tersebut meliputi gerakan senam, benar atau tidaknya gerakan senam dan urutan gerakan haruslah sesuai dengan kaidah senam yang sudah ditentukan. Di samping itu, setiap peserta juga harus mengutamakan kekompakan termasuk kerapian tim ketika senam berlangsung. Selain itu, hafal tidaknya peserta atas gerakan yang ditentukan panitia juga dinilai dewan juri. Untuk itu, tutur siswa kelas 6 Kulliyatu-l-Mu’allimin Al-Islamiyah (KMI) ini, ketika lomba berlangsung, setiap peserta diharuskan untuk menutup matanya dengan kain sehingga masing-masing tidak mengetahui gerakan yang lainnya. Di sinilah hafalan gerakan setiap peserta diuji.

Adapun dewan juri untuk lomba senam ini sebanyak 11 orang. Masing-masing memberikan penilaian untuk gerakan senam, hafalan dan kekompakan setiap peserta. Kesebelas juri tersebut adalah Ust. Chairuddin Lubis, Ust. Adam Pratama, Ust. Muhammad Erfan, Ust. Abbas Abu Hasan, Ust. Ayyub Attamimi, Ust. Faqih Nidzom, Ust. Mujahid Imaduddin, Ust. Ruhul Jihad Fi Sabilillah, Ust. Taufik Hidayat, Ust. Lalu Fahrizal dan Ust. Wahyu Diantoro.
 
Melalui penilaian dewan juri tersebut Saudi ½ meraih gelar juara pertama untuk kategori Rayon Kibar sekaligus sebagai juara umum lomba senam tahun ini. Sedangkan rayon Aligarh 1/1 harus puas sebagai juara kedua dengan disusul Saudi 3/2 sebagai juara ketiga. Adapun untuk kategori Rayon Sighor, Gontor 2 meraih nilai tertinggi dan berhasil mendapatkan juara pertama, disusul Aligarh ½ sebagai juara kedua dan Wisma Hadi sebagai juara ketiga.

Kunjungan Wakil Gubernur Jawa Timur ke PMDG

0

GONTOR-Senin, 27 Rajab 1430/21 Juli 2009, Wakil Gubernur Jawa Timur Drs. Syaifullah Yusuf berkunjung ke Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG). Selain untuk bersilaturrahim, beliau juga bertujuan untuk mendapatkan informasi langsung tentang adanya isu flu babi yang merebak di PMDG. Rombongan diterima langsung oleh Pimpinan Pondok, K.H Hasan Abdullah Sahal, K.H. Syamsul Hadi Abdan dan beberapa guru senior, tepat pada pukul 13.00 WIB di Kantor Pimpinan.

Setelah berbincang-bincang tentang PMDG dan hubungannya dengan pesantren lainnya, Wagub yang sekaligus merupakan Ketua Umum PP. GP Ansor bersama Pimpinan berkeliling untuk mengunjungi langsung Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM) PMDG, untuk melihat langsung kondisi beberapa santri yang sakit dan mendapatkan informasi yang jelas dari dokter dan asatidz yang bertugas di BKSM tersebut.

 

Sementara itu, beberapa point yang dibicarakan dalam kunjungan kali ini adalah:
1. Tentang keamanan di Jawa Timur.
2. Kepedulian tentang peningkatan dan pemerataan pendidikan.
3. Tentang sertifikasi dan bantuan untuk para guru.
4. Pelurusan tentang isu adanya flu babi di PMDG.
5. Pengadaan bantuan berupa obat-obatan dari Dinkes untuk PMDG.
6. Mendukung dan mendesak kepada Pimpinan Pondok dan dokter, dengan bantuan Dinkes untuk membuat proposal pendirian Rumah Sakit PMDG sesegera mungkin.
7. Penambahan jumlah dokter untuk melayani santri dan masyarakat, dengan perbandingan 1:1000.

Sebelum berpamitan untuk melanjutkan perjalanan, Syaifullah Yusuf menyempatkan diri untuk bertemu langsung dengan para santri dan berwawancara dengan beberapa wartawan yang ada, beliau selalu menjelaskan bahwa di PMDG negative akan adanya flu babi, sedangkan santri yang sakit di RS. Aisyiyah ternyata hanya demam biasa dan diantaranya terjangkit tifus, dan beliau juga menginstruksikan Dinkes untuk membantu dan mengatasi masalah yang ada di PMDG ini, sehingga dapat terselesaikan dengan cepat dan tepat.

Klarifikasi Virus Flu Babi

0

Menindaklanjuti banyaknya kabar yang tidak benar tentang santri Gontor yang berada di RS Aisiyah Ponorogo, dan satu anak meninggal dunia. Adapun kronologi kejadian sebenarnya adalah santri kelas 1 K Satria Afif Muqofi dari Kalimantan yang meninggal sebelum masuk ke Pondok santri tersebut pernah menderita sakit asma. Tiga hari sebelumnya asma yang diderita kambuh karena perubahan cuaca akhir-akhir ini. Udara di Pondok akhir-akhir ini dingin sekali, sehingga staf pengasuhan santri mewajibkan santri menggunakan jaket dan belajar di dalam ruangan.

Asma santri tersebut kambuh lagi sehingga santri tersebut harus rawat inap di Balai Kesehatan Santri Masyarakat (BKSM) selama 3 hari. Akan tetapi karena keterbatasannya daya tampung BKSM sehingga santri harus dirawat di Asrama/Rayon. Selama 2 hari di rayon kemudian sempat kambuh lagi yang kemudian harus dibawa ke BKSM akan tetapi sesampai di BKSM santri tersebut meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.

Dalam musim seperti ini seperti zaman-zaman dahulu juga banyak yang kena demam. begitupun tahun ini, banyak anak yang daya tahannya menurun sehingga banyak yang kena panas/demam. Karena jumlah santri yang sakit panas melonjak, maka daya tampung BKSM tidak mencukupi dan dokter kewalahan. Akhirnya ada yang di rujuk ke RSU Aisyiah Ponorogo, untuk secepatnya ditangani.

Maka kepada semua pihak, harap dicermati betul tentang berita yang sedang beredar. Kami sampaikan bahwa tidak ada Flu Babi di Pondok Kami tercinta. Demam yang ada sekarang dikarenakan perubahan cuaca.